
Mengenal Socratic Method dalam Pendidikan Agama Islam
Oleh: Hilmi Shuhaibur Romyi*
UMBANDUNG.AC.ID -- Merefleksi sejarah adalah hal yang penting untuk memberikan pelajaran supaya kita bisa membangun peradaban yang lebih maju dengan didasari oleh kebajikan yang menuntun manusia kepada suatu kesadaran yakni pendidikan.
Pendidikan adalah upaya sadar yang menginformasikan mana yang baik dan buruk, antara keindahan dan kejelekan. Maka dari itu, peradaban akan hadir pada saat upaya sadar itulah yang menyadarkan setiap kepala-kepala manusia.
Istilah socratic method mungkin masih asing di benak masyarakat. Pada dasarnya istilah tersebut bermula dari kebiasaan Socrates (filsuf Yunani Kuno) yang suka menanyakan sesuatu kepada muridnya, orang-orang di pasar, dan di saat ia berjalan menuju suatu tempat.
Dari situlah Socrates mendapatkan informasi yang dimodifikasi olehnya dan menjadi sebuah pemikiran khas Socrates. Seiring berkembangnya zaman, kebiasaan tersebut dijadikan metode dan sampai saat ini pun hal ini masih sering diaplikasikan oleh masyarakat terutama siswa, mahasiswa, bahkan guru dan dosen.
Bahwa yang dimaksud dengan socratic method adalah belajar dengan cara mempertanyakan sesuatu hal yang berkenaan dengan kebaikan, keadilan, dan lain-lain. Metode tersebut dapat melatih diri supaya memiliki kualitas critical thingking.
Menerapkan taktik pembelajaran Socrates harus dibangun dengan memberikan serangkain pertanyaan yang telah Socrates pernah lakukan. Yang mana pertanyaan tersebut harus sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Adapun prosedur-prosedur metode Socrates sebagai berikut:
Pertama, mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang akan disampaikan. Kedua, guru atau dosen mengajukan pertanyaan yang diharapkan siswa dan mahasiswa menjawab soal tersebut. Ketiga, mengajarkan kenapa hal itu harus diketahui dan memberikan arahan untuk memecahkan masalah tersebut.
Keempat, mengarahkan siswa dalam proses pembelajaran, dengan syarat membantu dalam menjelajahi, mengindentifikasi masalah. Kelima, memberikan umpan balik mengenai benar atau salah jalan pikiran siswa.
Keenam, jikalau siswa telah menjawab soal maka guru harus melanjutkan atau mengecoh jawaban siswa agar mendapat pemahaman lebih mendalam.
Ketujuh, jika pertanyaan yang telah terjawab dan belum memenuhi syarat dari jawaban tersebut maka guru atau dosen diharapkan mengulangi pertanyaan tersebut.
Adapun beberapa contoh pertanyaan-pertanyaan bagaimana metode Socrates menyesuaikan dengan jenis pertanyaan:
Mengapa Anda berpendapat seperti itu? Dan apakah pendapat Anda akan memberikan solusi? Dari mana Anda mendapat ide untuk melakukan penelitian masalah ini? Apakah jawaban yang Anda telah sampaikan itu sesuai dengan era over information?
Apa yang ingin Anda capai dalam hal ini? Menurut Anda, bagaimana kita semua bisa mengetahuinya? Apa maksud dari teks ini?
Tentunya metode Socrates memiliki karakteristik tersendiri, ada beberapa karakternya:
Dialektik, artinya metode ini harus ada dua orang, yang satunya pro, yang satunya lagi kontra. Konfersasi, bahwa dalam metode ini juga harus ada percakapan atau komunikasi dengan orang lain. Tentatif, artinya kebenaran yang berisfat sementara supaya membuka pintu-pintu kemungkinan yang ada.
Empiris dan induktif, artinya segala sesuatu yang diketahui harus bersifat empiris dan dapat diselesaikan secara empiris. Konsepsional, artinya pengetahuan dapat dicapai dengan pengertian yang terkonsep.
Selanjutnya dalam metode tersebut ada beberapa hal yang penting, ada lima tahapan dalam dialog Socrates:
Wonder, keheranan atau kekaguman tahap awal untuk memperdalam pengetahuan adalah dengan memiliki rasa penasaran terhadap persoalan-persoalan tentang kehidupan, karena hal ini menjadi salah satu karakteristik dari seorang filsuf.
Reflect, merenung atau merefleksikan maksudnya adalah mempertimbangkan kembali argumen-argumen yang telah diketahui dalam rangka memikirkan kembali asumsi yang telah diyakini orang. Selain itu, untuk mengindentifikasi inkoherensi dan kontradiksi dalam sebuah argumen.
Refine croos-examine, memurnikan atau memperhalus memiliki makna menyempurnakan dan mengklarifikasi kembali argumen, seperti memperjelas kembali definisi, cek kembali kesalahan dan ambiguitas bahasa, dan mengembangkan pemahaman.
Restate, mengulang atau menyatakan kembali berarti menyampaikan argumen yang sama supaya dipahami dengan baik atau memastikan bahwa dia paham dengan argumen tersebut.
Repeat, mengulang secara pengertian sama dengan restate, tetapi satu perbedaan yang dapat dilihat adalah restate memiliki tujuan untuk menghancurkan asumsi, sedangkan repeat menyusun kembali argumen.
Telah dipaparkan berbagai prosedur, tahapan-tahapan, dan pertanyaan-pertanyaan yang pernah Socrates lakukan. Dengan itu semua maka socratic method dapat berjalan dengan baik dan dapat menumbuhkan minat untuk memperdalam ilmu pengetahuan.
Tentunya dalam pendidikan Islam telah dicontohkan oleh Rasullulah SAW. Allah SWT berfirman, “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.” (QS Al-Ahzab [33]: 21).
Dari potongan ayat di atas, bisa diketahui bahwa Rasulullah menjadi panutan dalam segala aspek kehidupan. Selanjutnya setelah beliau wafat, yang menjadi panutan umat adalah para sahabat. Ketika sahabat tidak mengetahui sesuatu, mereka menanyakan persoalan yang hadir dalam lingkup mereka kepada Rasulullah, salah satu contohnya adalah sesuai hadis berikut.
“Wahai Rasulullah, siapa yang paling berhak aku perlakukan dengan baik?” Nabi menjawab, “Ibumu.” “Lalu siapa lagi?” Nabi menjawab, “Ibumu.” “Lalu siapa lagi?” Nabi menjawab, “Ibumu.” “Lalu siapa lagi?” Nabi pun menjawab, “Ayahmu, lalu yang lebih dekat setelahnya, dan setelahnya.” (HR Al-Bukhari dalam Adabul Mufrad, sanadnya hasan).
Contoh di atas menjadi salah satu metode pendidikan Islam dan menjadi dasar bahwa Islam juga memiliki metode untuk melatih critical thingking. Sebagaimana dalam hadis Tarbawi dijelaskan bahwa ini menjadi salah satu metode pembelajaran tanya jawab, maka dalam dunia pendidikan, terutama pendidikan Islam, mestinya terdapat socratic method.
*Mahasiswa Pendidikan Agama Islam UM Bandung