Tujuh Praktek Islam Berkemajuan Menurut Ketua BPH UM Bandung

UMBANDUNG.AC.ID, Bandung – Ketua Pimpian Pusat Muhammadiyah Dadang Kahmad menyampaikan bahwa ada tujuh praktek nyata Islam berkemajuan yang harus diinternalisasi oleh warga Muhammadiyah saat ini.

Pertama, tauhid murni yang tidak bercampur dengan kegiatan yang bersifat takhayul, bidah, dan churafat (TBC). Tauhid yang hanya kepada Allah SWT. “Oleh karena itu, jangan sampai di Muhammadiyah itu ada keyakinan-keyakinan lain,” tutur Dadang seperti dikutip dari bandungmu.com pada Rabu (22/05/2024).

Kedua, berpegang teguh kepada Al-Quran dan As-Sunnah kemudian mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari. Memahami isi Al-Quran dan As-Sunnah kata Dadang jangan sampai berhenti hanya di kepala saja.

Oleh karena itu, Ketua BPH UM Bandung ini berharap ke depan ada pengajian yang mengupas ayat per ayat untuk kemudian dipaktekkan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari.

“Orang Muhammadiyah itu tidak harus banyak-banyak dalam memahami ayat Al-Quran, sedikit juga tidak apa-apa karena yang paling penting bisa dipraktekkan,” tegas tokoh Muhammadiyah yang juga produktif menulis artikel ini.

Dalam hal tafsir ayat Al-Quran juga, kata Dadang, Muhammadiyah tidak selalu bergantung kepada kitab tafsir karya ulama dari luar. Pasalnya, dalam bab muamalah, kata Dadang, bisa Muhammadiyah menyesuaikan dengan kondisi dan situasi lokal.

“Di Muhammadiyah itu sudah ada Tafsir At-Tanwir yang insyaallah akan terus kita kembangkan. Tafsir ini patut kita baca. Isinya sangat kontekstual Indonesia,” ungkap Dadang.

Ketiga, menjunjung tinggi ilmu pengetahuan. Keempat, amal saleh yang fungsional dan solutif. Dadang menjelaskan bahwa bagi Muhammadiyah, hal yang disebut amal atau amalan itu bukan melulu soal bacaan zikir, melainkan memberikan makan orang miskin, menyantuni anak yatim, membuat amal usaha rumah sakit, sekolah, panti asuhan, dan sebagainya.

“Itulah yang disebut dengan amal saleh. Oleh karena itu, orang-orang Muhammadiyah itu dermawan. Kalau ada orang Muhammadiyah pelit, itu bukan orang Muhammadiyah,” tutur Dadang yang disambut tawa peserta pengajian.

Kelima, berorientasi masa kini dan masa depan. Orang Muhammadiyah kata Dadang tidak berorientasi atau selalu mengenang masa lalu. Kalau orang tua kebanyakan orientasi ke masa lalu, tetapi anak-anak muda harus berorientasi dan berpikir ke masa lalu.

“Harus ada target-target masa depan. Misalnya Anda tahun 2030 itu harus jadi apa, sekarang belum doktor, nah harus segera jadi doktor, saya belum profesor, harus cepat jadi profesor. Jadi, jangan membiarkan waktu lalu berlalu begitu saja,” ucap Dadang.

Keenam, adaptif dengan modernisasi. Terbuka dalam berpikir dan adaptif dengan perkembangan zaman. Dadang lantas mencontohkan bagaimana para pengurus Muhammadiyah di masa lalu yang berpakaian rapi dengan memakai jas.

“Waktu zaman itu jas itu diharamkan, tetapi Muhammadiyah tetap memakai jas dan dasi. Kita ini adaptif dengan perubahan dan modernisme,” kata Dadang.

Ketujuh, mendirikan organisasi untuk berdakwah. Ini dilakukan oleh KH Ahmad Dahlan pada tahun 1912 dengan mendirikan Muhammadiyah untuk berdakwah yang hingga sekarang ormas Islam terbesar di Indonesia ini masih eksis.***(FA)