UM Bandung Bersama MPI Jabar Kupas Buku "Kosmopolitanisme Islam Berkemajuan"

UMBANDUNG.AC.ID, Bandung -- Majelis Pustaka dan Informasi PWM Jawa Barat bekerja sama dengan Lingkar Studi Islam Berkemajuan Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung menggelar bedah buku bertajuk Kosmopolitanisme Islam Berkemajuan pada Kamis (30/01/2025) malam. Acara ini menghadirkan Ketua Pusat Studi Islam Berkemajuan, Tati, serta Roni Tabroni sebagai pembedah utama.

Dalam sambutannya, Tati mengapresiasi kehadiran peserta dan tamu undangan, termasuk Wakil Rektor I UM Bandung Hendar Riyadi dan perwakilan Pimpinan Muhammadiyah. Ia menekankan pentingnya forum ini sebagai wadah diskusi kritis untuk menghubungkan pemikiran dalam buku dengan perkembangan Muhammadiyah di berbagai sektor, seperti pendidikan dan kesehatan. Salah satu isu utama yang dibahas adalah internasionalisasi pendidikan Muhammadiyah seiring berkembangnya Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) di berbagai negara.

Roni Tabroni sebagai pembedah buku menguraikan pemikiran inti Kosmopolitanisme Islam Berkemajuan. Buku yang diterbitkan Suara Muhammadiyah ini menyoroti peran kaderisasi serta kontribusi Islam dalam ilmu pengetahuan. Ia menjelaskan bahwa konsep kosmopolitanisme Islam dalam Muhammadiyah bertujuan menunjukkan bahwa Islam adalah agama inklusif, terbuka, dan mampu beradaptasi dengan perubahan zaman.

Diskusi juga menyoroti tokoh-tokoh pemikir Islam modern seperti Buya Hamka dan KH Ahmad Dahlan yang menekankan pentingnya keterbukaan terhadap ilmu pengetahuan Barat. Hendar Riyadi menambahkan bahwa pemikiran kosmopolitan dalam Muhammadiyah juga dikembangkan oleh Amien Rais, Ahmad Syafii Maarif, dan Din Syamsuddin, yang mengelaborasikan diskursus Barat dan Timur.

Berbagai tantangan Muhammadiyah di era modern turut menjadi perhatian, seperti kualitas pendidikan di lembaga Muhammadiyah, penguatan kaderisasi, serta optimalisasi layanan kesehatan di rumah sakit Muhammadiyah. Kritik dari para akademisi, termasuk Nakamura dan Amien Rais, menyoroti perlunya perbaikan dalam aspek kaderisasi dan semangat beramal saleh di kalangan anggota.

Sebagai solusi, Muhammadiyah didorong untuk memperkuat kaderisasi intelektual, meningkatkan kualitas pendidikan dan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM), serta mengembangkan literasi akademik, terutama bagi perempuan Muhammadiyah. Digitalisasi dan inovasi juga menjadi prioritas agar Muhammadiyah tetap relevan dalam menghadapi tantangan global. Dengan langkah ini, Muhammadiyah diharapkan terus berkembang sebagai gerakan Islam berkemajuan yang berkontribusi di tingkat nasional dan global.***