
Aktif Secara Sosial dan Spiritual, Kunci Lansia Tetap Berdaya
UMBANDUNG.AC.ID, Bandung -- Usia senja bukanlah akhir dari segalanya, melainkan fase kehidupan yang tetap dapat dijalani dengan sehat, bahagia, berdaya, dan penuh berkah.
Hal ini disampaikan oleh dosen program studi Psikologi Universitas Muhammadiyah Bandung Nurlaela Hamidah dalam kajian Gerakan Subuh Mengaji (GSM) bertema ”Psikologi Lansia: Sehat, Bahagia, Berdaya, Berkah di Usia Senja” belum lama ini.
Dalam paparannya, Nurlaela menjelaskan bahwa periode dewasa akhir ditandai dengan penurunan fungsi fisik dan kognitif serta adanya perubahan peran sosial.
Lansia juga sering kali terjebak dalam stereotip negatif, seperti dianggap pelupa, membosankan, atau tidak produktif.
”Sikap sosial terhadap lansia sangat bergantung pada budaya dan kelas sosial, dan hal ini kerap berpengaruh pada konsep diri lansia itu sendiri,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia memaparkan bahwa lansia memiliki tugas-tugas perkembangan yang penting, seperti menyesuaikan diri terhadap pensiun, kehilangan pasangan, dan membentuk hubungan sosial yang memuaskan.
Keberhasilan dalam menjalani tugas-tugas ini akan berdampak positif terhadap kebahagiaan dan kesejahteraan psikologis para lansia.
Dalam konteks psikologis, lansia mengalami penurunan daya ingat dan kecepatan berpikir, serta cenderung lebih rentan terhadap emosi negatif seperti kesepian dan depresi.
Di Indonesia, diperkirakan sekitar 10 persen lansia mengalami depresi. Oleh karena itu, penting untuk menjaga kesehatan fisik, kognitif, dan emosional melalui berbagai cara yang terintegrasi.
Nurlaela menyarankan sejumlah kiat praktis untuk menjaga kualitas hidup lansia, mulai dari aktivitas fisik ringan, konsumsi makanan sehat, hingga menjaga tidur dan manajemen stres.
Selain itu, ia menekankan pentingnya stimulasi kognitif, seperti menghafal ayat Al-Quran, membaca, berdiskusi, atau mengikuti kajian seperti GSM.
Ia juga mendorong lansia untuk terus menjalin hubungan sosial dengan bergabung dalam komunitas seperti Aisyiyah dan Muhammadiyah.
”Hubungan sosial yang aktif dapat meningkatkan kebahagiaan, mengurangi isolasi, serta memberi rasa tujuan dan makna hidup yang lebih besar,” imbuhnya.
Selain itu, lansia juga dianjurkan untuk menemukan makna dan keberkahan hidup melalui kegiatan spiritual dan amal.
Meningkatkan intensitas ibadah, berbagi pengalaman dengan generasi muda, dan tetap bersyukur atas setiap fase kehidupan diyakini dapat memperkuat kualitas mental dan spiritual lansia.
Dalam penutupnya, Nurlaela menegaskan pentingnya peran keluarga dan masyarakat dalam mendampingi lansia.
Dukungan emosional, akses terhadap layanan kesehatan, serta lingkungan yang ramah lansia sangat dibutuhkan agar para lansia tetap merasa dihargai, terjaga kesehatannya, dan berdaya di usia senja.***