Kunci Kesejahteraan Pekerja Menurut Ahli Psikologi Industri UM Bandung

UMBANDUNG.AC.ID, Bandung -- Dosen Program Studi Psikologi Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung Tasya Augustiya menyatakan bahwa pemahaman mengenai kesejahteraan di tempat kerja, atau yang dikenal sebagai workplace well-being, kini semakin mendapat perhatian serius.

Bahkan, WHO turut menyoroti isu kesehatan mental di lingkungan kerja dalam peringatan Hari Kesehatan Mental Sedunia pada Oktober 2024, menandakan betapa krusialnya aspek ini bagi kesejahteraan pekerja.

Ahli psikologi industri dan organisasi ini juga menekankan pentingnya mengintegrasikan nilai spiritual dan psikologis dari praktik salat Subuh ke dalam dunia kerja. Langkah ini bertujuan untuk mendukung kesejahteraan pekerja secara menyeluruh, baik secara fisik, mental, maupun emosional.

Tasya menekankan bahwa salat Subuh tidak sekadar ibadah. Namun, juga sebagai awal yang dapat menghidupkan semangat dan ketenangan batin sebelum memasuki rutinitas pekerjaan.

“Momentum ini dapat dimanfaatkan untuk memperkuat mental dan emosi melalui zikir dan doa pagi, yang mampu mengatur pikiran menjadi lebih tenang dan terkendali sepanjang hari,” ujar Tasya seperti dikutip dari program Gerakan Subuh Mengaji (GSM) Aisyiyah Jawa Barat belum lama ini.

Data dari survei global Gallup menunjukkan bahwa sekitar 41 persen pekerja mengalami stres pada 2023. Begitu pula menurut The Health & Safety Executive (HSE), sebanyak 1,8 juta orang mengalami sakit terkait pekerjaan, dengan 875.000 di antaranya mengalami stres, depresi, atau kecemasan. Hal ini menandakan bahwa ketidakseimbangan kehidupan kerja menjadi tantangan serius yang perlu ditangani.

Dalam paparannya, Tasya menjelaskan bahwa kesejahteraan di tempat kerja bukan hanya soal bebas dari stres, melainkan mencakup aspek penting lain. Misalnya menemukan makna dalam pekerjaan, memiliki hubungan sosial yang positif, serta menjaga keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan.

Melalui penerapan lima pilar kesejahteraan PERMA (positive emotion, relationships, engagement, meaning, achievement), pekerja dapat mencapai kondisi yang optimal di tempat kerja.

Sebagai salah satu solusi, Tasya mendorong para pekerja untuk membawa semangat Subuh ke dalam pekerjaan mereka. Ia menyarankan untuk memulai hari dengan doa dan bersyukur, serta mengatur waktu sebaik mungkin, terutama dengan menuntaskan tugas-tugas penting pada pagi hari. ”Menghindari menunda pekerjaan dan mensyukuri setiap pencapaian juga dapat meningkatkan kesejahteraan diri,” katanya.

Lebih lanjut, ia juga menekankan pentingnya menjaga keseimbangan hidup dengan menyediakan waktu untuk keluarga dan diri sendiri. Ia menyarankan agar pagi hari dijadikan momen apresiasi terhadap rekan kerja serta melakukan evaluasi diri pada malam hari sebagai refleksi untuk perbaikan di hari berikutnya.

“Dengan menerapkan prinsip-prinsip tersebut, diharapkan para pekerja tidak hanya merasa puas secara profesional. Namun, juga mampu menemukan makna dalam pekerjaan mereka yang pada akhirnya dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih bahagia dan produktif,” tandasnya.***(FA/FK)