Mendidik Tidak Bisa Mendadak

Oleh: Ace Somantri, Dosen UM Bandung

UMBANDUNG.AC.ID -- Proses evolusi manusia berlangsung secara bertahap seiring dengan pertumbuhan fisik tubuh yang didukung oleh asupan nutrisi makanan yang bergizi.

Perkembangan ini tidak terlepas dari pengaruh lingkungan, baik itu lingkungan keluarga maupun lingkungan sosial sekitar sekitar.

Dengan menggunakan bunyi A-I-U-E-O dan susunan BA-BI-BU-BE-BO, manusia belajar membentuk kata-kata dan kemudian berbicara sehingga mereka akhirnya mampu membaca meskipun dengan kesulitan awal.

Fakta menunjukkan bahwa secara umum, anak-anak kita baru dapat membaca dengan lancar setelah menghabiskan waktu 4-6 tahun sejak lahir. Prosesnya tidak instan. Butuk kesabaran luar biasa.

Kesungguhan dan dedikasi dalam membimbing serta merawat anak hingga dewasa membutuhkan energi ekstra. Oleh karena itu, menjadi orang tua ataupun guru membutuhkan kecerdasan yang tidak sepele.

Waktu, kekayaan, tenaga, mental, dan fisik menjadi suatu kesatuan yang tidak terpisahkan. Semuanya dipersembahkan untuk kebaikan anak.

Kadang-kadang, dalam kesibukan mengurus anak, kita bisa saja melupakan diri sendiri. Kita tidak peduli pada keadaan yang berhubungan dengan diri sendiri. 

Namun, dengan berbagai cara, kita berupaya membuat strategi agar perkembangan anak dapat optimal dan mereka menjadi individu yang berguna bagi masyarakat.

Mendidik anak adalah tugas yang unik dan membutuhkan energi yang besar. Ini tidak hanya tentang memberikan pengajaran, tetapi tentang proses pembelajaran bersama.

Sikap dan perilaku orang tua akan menjadi contoh yang ditiru oleh anak-anak. Mereka akan menjadi sosok yang dihormati dan dijadikan teladan oleh anak-anak.

Di rumah, kita berusaha menciptakan lingkungan yang hangat dan memelihara hubungan yang harmonis antara anggota keluarga. Saling menghormati satu sama lain.

Membangun keharmonisan dalam keluarga bukanlah hal yang mudah. Namun, itu merupakan bagian dari proses belajar dalam pendidikan khususnya dalam keluarga.

Pada kenyataannya, diperlukan waktu yang cukup lama untuk membina hubungan yang erat antar anggota keluarga.

Berinteraksi secara akrab pada waktu bersama-sama kadang-kadang dianggap tabu karena jarang dilakukan.

Oleh karena itu, sulit bagi kita untuk mengenali diri sendiri ketika kita tumbuh dewasa. Semua ini adalah bagian dari proses terkadang dilakukan kurang tepat.

Meskipun kita lahir dari rahim yang sama dan tumbuh di rumah yang sama, proses pendidikan memerlukan upaya ekstra dan keahlian khusus.

Mendidik tidak bisa dilakukan dengan instan, seperti memasak mi yang bisa langsung dihidang dan dinikmati.

Terlebih lagi, jika kita menginginkan hasil yang cepat, kecuali jika dengan cara-cara yang tidak benar.

Namun, pendidikan tidak bisa dipersingkat dengan hanya memiliki selembar ijazah dari sekolah. Tidak seperti itu.

Entah lambat atau cepat, pendidikan tetap memerlukan waktu. Ada proses panjang yang harus dilewati, bukan hanya tentang mencapai tingkat pendidikan tertentu.

Seorang pendidik harus menanamkan, mengembangkan, merawat, dan memberikan makan nilai-nilai moral, keagamaan, dan kebangsaan kepada generasi muda.

Pendidikan bukanlah sekadar mentransfer pengetahuan seperti mengirim data dari satu perangkat ke perangkat lain dalam waktu singkat.

Banyak pengalaman masa lalu yang menyisakan masalah yang masih terasa hingga saat ini dalam hal pendidikan.

Banyak generasi saat ini yang masih buta huruf. Tidak tahu huruf-huruf. Bahkan--ini yang sangat berbahaya--lebih menyedihkan lagi, buta nilai moral dan keagamaan.

Generasi masa kini terkesan ingin segalanya instan. Tidak mau berproses dari nol seperti umumnya orang-orang sukses.

Beberapa pihak berpendapat bahwa dalam era global-digital ini, pendidikan cenderung menuju arah yang lebih cepat dan instan.

Sementara itu, pembentukan karakter dan moral sering diabaikan hanya karena agar lebih cepat dan instan tersebut.

Banyak yang menganggap penting untuk memperoleh kekayaan dan kekuasaan dengan cepat. Bahkan, tidak peduli jika itu melanggar aturan dan nilai-nilai agama.

Meskipun pendidikan yang berorientasi pada hasil cepat bisa membuat seseorang merasa bahagia sejenak, tetapi kebahagiaan tersebut hanya bersifat sementara.

Pendidikan yang menekankan pada integritas moral dan nilai-nilai agamalah yang akan menyelamatkan bangsa dan negara.

Pendidikan akan meningkatkan martabat manusia sebagaimana digambarkan dalam Al-Quran surah Al-Mujadilah ayat 11: "Allah niscaya akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan."

Yang dimaksud orang yang berilmu dan beramal saleh adalah orang yang telah melewati proses panjang untuk memperoleh pengetahuan dan amal.

Hanya dengan kejujuran yang objektif, rasional, dan logislah yang mampu mendidik dan memikul tanggung jawab dengan kesadaran sebagai hamba-Nya.

Kecerdasan yang tercermin dalam kreativitas dan inovasi sebagai penyedia solusi dan pembawa pesan yang mampu disampaikan dengan motivasi dan inspirasi penuh.***