Pendidikan Tinggi Harus Sentuh Akar Rumput

Oleh: Ace Somantri*

UMBANDUNG.AC.ID, Bandung -- Mengetahui dan memahami berbagai hal memerlukan proses information transferring dari satu individu ke individu lainnya. Pendidikan menjadi jalur yang benar dan efektif dalam proses pemindahan informasi ini, yang kemudian menjadi dasar untuk mengetahui dan memahami segala sesuatu yang ada di sekitar makhluk hidup, terutama manusia. Dalam pelaksanaannya, pendidikan membutuhkan formula yang tepat agar mampu mencapai visi, misi, dan tujuan yang telah ditetapkan.

Formula pendidikan dirancang berdasarkan hasil kajian empiris dan teoretis yang relevan dengan jenis serta jenjang satuan pendidikan, baik di tingkat dasar, menengah, maupun perguruan tinggi. Setiap formula yang dikembangkan harus melalui proses pengujian validitas dan akurasi secara ilmiah. Kajian serta analisisnya dilakukan dengan berlandaskan kaidah ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan.

Suatu ketika, dalam suasana santai di ruang Profesor Fauzan, terjadi diskusi ringan mengenai dinamika perkembangan dunia pendidikan, khususnya pendidikan tinggi di Indonesia. Beliau menyinggung produktivitas karya ilmiah para dosen, termasuk guru besar, yang seharusnya memberikan manfaat nyata dalam pengembangan sumber daya manusia serta mampu menjawab permasalahan di masyarakat.

Namun kenyataannya, banyak hasil riset atau karya ilmiah akademisi hanya berakhir tersimpan di rak perpustakaan atau arsip akademik lainnya. Profesor Fauzan mengamati bahwa "Kecenderungan ilmuwan di Indonesia sering kali seperti 'menara gading' yang jarang sekali menyentuh kehidupan masyarakat akar rumput."

Merespon kondisi tersebut, selama masa kepemimpinannya sebagai rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Profesor Fauzan mencetuskan inisiatif "Gerakan Profesor Membangun Masyarakat." Gerakan ini diinisiasi secara langsung dengan melibatkan diri secara aktif turun ke masyarakat, memberikan pencerahan, pembimbingan, dan arahan teknis dalam mengembangkan berbagai hal yang bermanfaat.

Melalui gerakan ini, paradigma akademisi sebagai kelompok elit perlahan bergeser menjadi pendekatan yang lebih solutif dan memberdayakan. Profesor tidak lagi dilihat sebagai jabatan elit yang menciptakan jarak sosial, tetapi sebagai sosok populis yang dekat dengan masyarakat. Dengan demikian, gagasan dan ilmu pengetahuan para profesor menjadi katalisator berbagai inovasi ekonomi masyarakat.

UMM sendiri telah menjadi contoh nyata keberhasilan integrasi pendidikan tinggi dengan pembangunan masyarakat. Selain melahirkan lulusan dari berbagai jenjang dan disiplin ilmu, UMM juga memberikan kontribusi signifikan dalam industri pendidikan tinggi dan menciptakan dampak positif di berbagai sektor kehidupan masyarakat.

Berdasarkan pengalaman tersebut, Profesor Fauzan merumuskan lima gagasan strategis bagi pendidikan tinggi Indonesia. Pertama, merumuskan strategi efektif untuk menurunkan angka kemiskinan. Kedua, meningkatkan kualitas SDM untuk swasembada pangan. Ketiga, mendukung swasembada energi. Keempat, memastikan kebijakan subsidi tepat sasaran. Kelima, memperkuat kemampuan hilirisasi komoditas bernilai tambah.

Meski tantangan untuk mencapai target tersebut tidaklah mudah, upaya ini harus dilakukan secara masif dan intensif. Peran penting para guru besar melalui gerakan "profesor membangun masyarakat" menjadi krusial dalam memberikan pencerahan dan wawasan yang mengintegrasikan teori dan praktik secara sederhana dan aplikatif.

Pendidikan memang memegang peranan kunci dalam kehidupan manusia, sesuai dengan syariat pertama yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW, yaitu perintah untuk membaca (iqra). Berbekal wahyu tersebut, telah terbangun peradaban yang menjadi referensi penting bagi dunia hingga saat ini.

Target pemerintah Indonesia untuk mencapai swasembada pangan dan energi merupakan langkah strategis yang tepat, terutama jika difokuskan melalui peran pendidikan tinggi. SDM yang dihasilkan harus benar-benar memiliki kemampuan dan keahlian sehingga tahapan pencapaiannya dapat terukur dan mencerminkan kesungguhan yang serius.

Sebagai Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Profesor Fauzan optimis dapat mewujudkan harapan tersebut karena dianggap rasional dan realistis. Beberapa target yang disampaikannya di berbagai forum akademik telah dirancang dengan jelas dan tegas. Harapan ini bukan sekadar visi pribadi, melainkan bentuk amanah dari Presiden Republik Indonesia untuk kemajuan bangsa.

*Dosen UM Bandung dan Wakil Ketua PWM Jabar