Seperti Ini Peluang dan Tantangan Bisnis Digital di Indonesia Menurut Presdir PT INTI

UMBANDUNG.AC.ID, Bandung -- Presiden Direktur PT INTI Edi Witjara menyoroti pertumbuhan pesat industri digital di Indonesia sebagai peluang besar, terutama di sektor startup. Edi menyebutkan bahwa meningkatnya aktivitas modal ventura menjadi indikator tingginya kepercayaan investor terhadap potensi ekonomi digital Indonesia.

”Saat ini adalah waktu yang ideal untuk memulai bisnis startup, didukung oleh ekosistem teknologi yang semakin matang,” ujar Edi dalam seminar nasional bertajuk “Bisnis Digitalisasi Sebagai Peluang Entrepreneur Menghadapi Industri 5.0” yang digelar di Auditorium KH Ahmad Dahlan UM Bandung pada Senin (13/01/2025).

Indonesia saat ini memegang kendali 40 persen ekonomi digital ASEAN dengan nilai GMV (Gross Merchandise Value) sebesar USD 82 miliar pada 2023 dan diproyeksikan mencapai USD 130 miliar pada 2025. Kontribusi besar ini menempatkan Indonesia sebagai pemain utama di kawasan. Namun, Edi menekankan pentingnya pengembangan kompetensi inti dan memaksimalkan keunggulan ekosistem yang dimiliki startup untuk menjaga momentum tersebut.

Meski peluangnya besar, Edi juga mengingatkan adanya tantangan signifikan yang harus dihadapi bisnis digital di Indonesia. Infrastruktur digital yang belum merata dan ketatnya persaingan di antara perusahaan menjadi kendala utama. ”Startup harus mampu mencapai valuasi tinggi melalui inovasi, efisiensi operasional, dan dukungan modal yang kuat,” kata Edi.

Salah satu peluang strategis yang bisa dimanfaatkan adalah pertumbuhan valuasi perusahaan. Indonesia telah melahirkan beberapa startup unicorn dengan valuasi lebih dari USD 1 miliar, bahkan beberapa telah mencapai status decacorn. Namun, menurut Edi, perjalanan menuju status tersebut memerlukan strategi bisnis yang matang dan kemampuan untuk menghadapi ketidakpastian pasar.

Transformasi digital di berbagai sektor juga dinilai membuka peluang besar, terutama melalui implementasi teknologi seperti blockchain, cloud computing, dan layanan digital lainnya. Teknologi ini tidak hanya meningkatkan efisiensi operasional, tetapi memberikan dampak sosial dan ekonomi yang signifikan, termasuk di sektor pendidikan, kesehatan, dan layanan publik.

Untuk mendukung pertumbuhan ekonomi digital yang berkelanjutan, Edi merekomendasikan penggunaan metode valuasi yang tepat. Metode seperti Discounted Cash Flow (DCF) dan Market Comparable menjadi alat penting dalam menilai potensi bisnis secara akurat. Hal ini memungkinkan perusahaan menarik lebih banyak investasi sekaligus mengurangi risiko yang dapat muncul.

Edi optimis bahwa masa depan bisnis digital di Indonesia sangat cerah. Dengan kerja sama lintas sektor, inovasi yang berkelanjutan, serta penguatan infrastruktur digital, Indonesia dapat memaksimalkan potensi besar yang dimilikinya di era digital ini. ”Adaptasi terhadap perubahan teknologi dan kebutuhan pasar adalah kunci keberhasilan,” pungkasnya.

Seminar nasional yang diselenggarakan oleh Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Komisariat UM Bandung ini dihadiri oleh ratusan mahasiswa yang memenuhi auditorium, didampingi oleh kehadiran sejumlah dosen yang turut meramaikan acara tersebut.***(FA)