
UM Bandung Gelar Seminar Internasional, Bahas Perbandingan Fiqih Muamalah Malaysia-Indonesia
UMBANDUNG.AC.ID, Bandung -- Program Studi Ekonomi Syariah Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung sukses menggelar Seminar Internasional bertajuk “Kajian Perbandingan Implementasi Fiqih Muamalah Kontemporer Malaysia dan Indonesia” pada Senin, 26 Mei 2025.
Bertempat di Auditorium KH Ahmad Dahlan UM Bandung, acara ini dihadiri empat narasumber dari dalam dan luar negeri serta mendapat sambutan antusias dari mahasiswa dan dosen.
Ketua Prodi Ekonomi Syariah UM Bandung, Yudistia Teguh A Fikri, menyampaikan bahwa kegiatan ini menjadi bagian penting dalam pengembangan keilmuan, baik dari sisi akademik maupun potensi kolaborasi riset internasional.
Ia mendorong mahasiswa memanfaatkan forum ini sebagai ruang diskusi serta pendalaman terhadap isu-isu fiqih muamalah kontemporer yang terus berkembang.
Yudistia menyoroti pentingnya pembahasan praktik-praktik muamalah seperti kontrak tawarruq yang berkembang di Malaysia namun belum banyak dikenal di Indonesia.
Ia berharap, seminar ini tidak berhenti sebagai forum diskusi, melainkan berlanjut ke kerja sama nyata seperti pertukaran mahasiswa, penelitian kolaboratif, hingga program pengabdian lintas negara.
Sesi pertama seminar diisi oleh Khalilullah Amin bin Ahmad, Pensyarah Kanan Universiti Sains Malaysia (USM).
Ia menjelaskan pendekatan istinbat hukum fiqih muamalah di Malaysia, khususnya bagaimana institusi fatwa seperti Jawatankuasa Fatwa Negeri Perlis (JFNP) dan Majelis Tarjih dan Tajdid (MTT) Muhammadiyah menggunakan hadis sahih, mursal, dan daif dalam menetapkan hukum.
Ia menekankan pentingnya keseimbangan antara pendekatan literal, maqasid syariah, dan konteks modern.
Narasumber kedua, Muhammad Fathullah Al Haq bin Muhamad Asni dari USM sekaligus Penasihat Syariah Co-opbank Pertama Malaysia, mengkritisi dominasi penggunaan tawarruq dalam perbankan syariah Malaysia.
Menurutnya, ketergantungan yang tinggi terhadap kontrak ini dapat memunculkan risiko syariah dan operasional, terutama di tengah tantangan global seperti krisis iklim dan fluktuasi ekonomi dunia.
Sementara itu, dosen Prodi Ekonomi Syariah UM Bandung, Heni Mulyasari, memaparkan kajiannya tentang penyelesaian utang dalam keuangan syariah.
Ia mengulas penerapan konsep ibra’, syuf’ah, dan taflis berdasarkan studi fiqih kontemporer.
Ia menyoroti belum optimalnya implementasi taflis, yang seharusnya juga mencakup pembebasan tanggung jawab secara syariah, bukan hanya penghapusan utang administratif.
Seminar ini juga menghadirkan Muhammad Wafiy Adli Ramli dari School of Humanities, USM, yang menyampaikan strategi publikasi ilmiah di jurnal bereputasi seperti Scopus dan Web of Science.
Ia menekankan pentingnya publikasi sebagai indikator pencapaian akademik dan visibilitas riset.
Ia turut membagikan tips memilih jurnal, menyiapkan naskah sesuai standar internasional, serta memanfaatkan teknologi seperti kecerdasan buatan dan referensi digital.
Kegiatan ini tidak hanya memperkaya wawasan akademik peserta, tetapi juga memperkuat jejaring keilmuan antara Indonesia dan Malaysia.
Seminar ini menjadi langkah strategis dalam mengembangkan fiqih muamalah kontemporer yang adaptif dan aplikatif, sejalan dengan kebutuhan umat dan dinamika zaman.***(FA/FK)