Berita

Ketua Prodi HKI UM Bandung Ajak Mahasiswa Perkaya Pengalaman Selama Kuliah

UMBANDUNG.AC.ID, Bandung -- Ketua Program Studi Hukum Keluarga Islam (HKI) Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung Yudi Daryadi mendorong mahasiswa untuk terus memperkaya pengetahuan melalui berbagai pengalaman selama masa perkuliahan.

Dalam sambutannya pada pelantikan pengurus baru Pimpinan Komisariat (PK) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) HKI, yang berlangsung di lantai dua Gedung UM Bandung, Jalan Soekarno-Hatta Nomor 752, Kota Bandung, pada Kamis (12/09/2024), Yudi menekankan pentingnya pemanfaatan waktu kuliah dengan optimal.

Yudi, yang merupakan lulusan doktor dari Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, mengingatkan bahwa mahasiswa UM Bandung tidak hanya datang ke kampus untuk kuliah dan pulang, tetapi harus lebih dari itu.

"Mahasiswa perlu membekali diri dengan memperbanyak pengalaman selama di bangku kuliah. Kami berharap mahasiswa bisa menjadi aktivis yang aktif di luar perkuliahan. Namun, mereka juga harus memiliki keterampilan, sehingga pengalaman di luar kampus tersebut mampu membentuk pribadi yang tangguh, sesuai harapan UM Bandung," jelasnya.

Pelantikan ini mengusung tema “Rekonstruksi Kepemimpinan Kritis dan Responsif Menuju Ikatan yang Unggul dan Karismatik” dan melantik sebanyak dua puluh pengurus baru PK IMM HKI.

Ketua PK IMM HKI terpilih, Luqman Nurrahman, menjelaskan bahwa salah satu misi kepemimpinannya adalah menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang unggul, kritis, serta peka terhadap isu sosial dan lingkungan.

"Tujuan kami ialah menyiapkan SDM yang unggul. Kepemimpinan harus kritis, artinya mampu peka terhadap isu-isu sosial dan lingkungan, sehingga ke depannya dapat menjadi pemimpin yang karismatik. Saat ini, mahasiswa cenderung kurang kritis dalam aspek tersebut, oleh karena itu PK IMM HKI ingin memberikan fokus pada hal ini," ungkap Luqman.

Selama masa kepemimpinannya, Luqman berharap pengurus PK IMM HKI dapat menjalankan tiga hal utama. Pertama, menjaga eksistensi dengan menyebarkan nilai-nilai religiusitas.

Kedua, berkolaborasi dan bersinergi dengan ketua program studi. Ketiga, bekerja sama dalam membentuk SDM yang unggul.

Dalam waktu dekat, PK IMM HKI juga akan mengadakan Masa Ta’aruf (Masta) sebagai wadah bagi mahasiswa HKI dan Pimpinan Komisariat untuk saling mengenal.

"Setelah pelantikan ini, kami akan melaksanakan Masta. Kegiatan ini bertujuan untuk mendekatkan mahasiswa HKI dan Pimpinan Komisariat agar mereka dapat saling mengenal dan menghilangkan kecanggungan," ujar Luqman.

Bagas Abdillah, Ketua Pelaksana Pelantikan PK IMM HKI, juga menyampaikan harapannya kepada pengurus dan anggota yang baru dilantik.

"Saya berharap para anggota yang baru dilantik dapat menjiwai IMM dengan kesadaran penuh. Kadang-kadang yang hilang dari anggota IMM adalah kesadaran bahwa mereka sedang menjalankan peran penting di IMM. Kesadaran ini, meskipun sederhana, merupakan hal yang luar biasa," kata Bagas.

Pelantikan ini juga dihadiri oleh Staf Kemahasiswaan dan Pengembangan Karier Hendriana, Ketua DPD IMM Jawa Barat Faisal Amien Prawira, Ketua PC IMM Kota Bandung Ananda Fathin, Wakil Presiden Mahasiswa UM Bandung Alif Lery Samudra, serta perwakilan dari berbagai organisasi mahasiswa.***(Rahmi/Wafa)

Administrator

Tekad Kuat Elen dan Naufal Untuk Mengukir Masa Depan di UM Bandung

UMBANDUNG.AC.ID, Bandung -- Elen Apphylia Indrawaty Peni, mahasiswa baru yang memilih studi pada Kriya Tekstil dan Fashion Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung, merupakan contoh nyata bagaimana kecintaan terhadap seni dan kreativitas bisa mengantarkan seseorang melintasi pulau demi meraih impian.

Memeluk agama Kristen dan berasal dari Nusa Tenggara Timur (NTT), Elen tidak hanya berani meninggalkan kampung halamannya, tetapi membawa semangat dan harapannya untuk mengeksplorasi dunia baru yang diminatinya.

Keputusan Elen untuk kuliah di UM Bandung bermula dari penelusuran yang tidak terduga di media sosial.

“Saya tertarik dari Instagram Kriya Tekstil UM Bandung. Saya lihat pameran-pameran mereka dan langsung merasa, ‘oh, bagus ya!’” ungkapnya.

Dari ketertarikan itu, dia pun berkunjung ke Bandung dan akhirnya mendaftar. “Ternyata saya lolos tes dan bisa lanjut,” tambahnya dengan senyum bangga.

Namun, perjalanan Elen di Bandung bukan tanpa tantangan. Saat ditanya tentang pengalaman pertama yang membuatnya merasakan budaya baru, ia mengisahkan pengalamannya yang menggelikan.

“Biasanya di rumah, saya bisa duduk sampai larut malam, tapi di sini, saya kaget. Pintu kos sudah tutup pukul sembilan malam!” candanya, menggambarkan betapa berbeda dan teraturnya kehidupan di kota besar dibandingkan dengan di kampung halaman.

Meski demikian, Elen menemukan banyak hal positif dari lingkungan barunya. “Kesan saya bagus, luar biasa. Saya bisa bertemu teman-teman baru yang sangat terbuka dan ramah,” ujarnya dengan semangat.

Perjalanan baru ini bukan hanya soal akademis, melainkan tentang menjalin relasi dan memahami keragaman budaya.

Kehidupan di Bandung, dengan segala keunikannya, telah memberikan warna baru dalam perjalanan Elen.

Dia tidak hanya belajar tentang studi tekstilnya, tetapi tentang kebersamaan dan adaptasi. Dengan tekad yang kuat dan semangat yang membara, Elena siap mengejar mimpinya dan mengukir jejak di dunia Kriya Tekstil UM Bandung.

Lingkungan mendukung

Sama halnya dengan Elen, dari seberang pulau lainnya, Muhammad Naufal. Mahasiswa baru Studi Manajemen Universitas Muhammadiyah Bandung ini berasal dari Makassar dan kini tinggal di Jayapura, Papua.

Keputusan Naufal untuk merantau ke Bandung bukan hanya soal pendidikan, melainkan tentang mengejar cita-cita dan membangun masa depan.

“Bagi saya, merantau itu seperti membuka peluang. Di Bandung, saya merasa apa yang ingin dicapai bisa lebih mudah,” ungkap Naufal, mencerminkan harapan dan keyakinannya yang menggebu.

Menurutnya, lingkungan yang mendukung dan berbagai kesempatan di kota ini sangat penting bagi pertumbuhan pribadi dan profesionalnya.

Naufal menjelaskan mengapa ia memilih Universitas Muhammadiyah Bandung. “UM Bandung jauh lebih modern dibandingkan dengan universitas swasta lainnya,” katanya.

Informasi ini didapatkan melalui penelusuran daring yang memberinya keyakinan bahwa tempat ini adalah pilihan yang tepat untuk melanjutkan studinya.

Namun, setiap perubahan tentu membawa tantangannya sendiri. “Culture shock yang saya alami lebih ke nada bicara. Di sini, cara orang berbicara terasa berbeda,” ujarnya.

Naufal menyadari bahwa memahami cara berinteraksi yang baru adalah bagian dari proses penyesuaian diri.

Dalam acara pekan sosialisasi dan orientasi mahasiswa baru (Pesonamu) yang dihadirinya, Naufal terkesan dengan suasana dan fasilitas kampus.

“Kesan pertama saya sangat positif. Fasilitas kampus sangat mendukung dan membuat saya merasa nyaman untuk belajar,” tambahnya.

Dia melihat komitmen universitas untuk menyediakan lingkungan yang baik bagi mahasiswa.

Harapan Naufal di UM Bandung pun sangat besar. “Saya ingin menjadi lebih baik dan berkontribusi pada pengembangan sumber daya manusia yang lebih baik dari sebelumnya,” ucapnya dengan semangat.

Ia percaya bahwa pendidikan bukan hanya tentang teori, melainkan tentang bagaimana mengaplikasikan ilmu untuk pemberdayaan masyarakat.

Dengan semangat yang tinggi, Muhammad Naufal siap menjalani perjalanan pendidikannya di Kota Bandung. Setiap langkah yang diambilnya adalah bagian dari upaya meraih impian, berkontribusi, dan tumbuh sebagai pribadi yang lebih baik.

Naufal meyakini Bandung bukan sekadar tempat belajar, melainkan rumah baru untuk membangun masa depan yang lebih cerah.***(Nurul/Kaisan/Bewara)

Administrator

Dosen UM Bandung Jelaskan Pentingnya Pendidikan Ekonomi Islam Bagi Generasi Muda

UMBANDUNG.AC.ID, Bandung -- Dosen prodi Ekonomi Syariah Universitas Muhammadiyah Bandung Yudi Haryadi mengatakan bahwa prinsip-prinsip ekonomi Islam harus diajarkan kepada generasi muda untuk menciptakan kesadaran finansial yang etis dan berkelanjutan.

Yudi menyampaikan hal tersebut saat menjadi narasumber dalam Gerakan Subuh Mengaji Aisyiyah Jawa Barat yang dilaksanakan secara virtual pada Selasa (24/09/2024).

Ia menekankan bahwa memahami dan menerapkan prinsip ekonomi Islam membantu membentuk pola pikir wirausaha yang sesuai dengan ajaran agama.

Yudi menjelaskan bahwa ekonomi Islam memiliki ciri-ciri khas, seperti kesatuan, keseimbangan, kebebasan, dan tanggung jawab.

Kesatuan menekankan hubungan antar umat dalam kegiatan ekonomi, sedangkan keseimbangan mengajak masyarakat untuk tidak hanya memikirkan dunia, tetapi juga akhirat. 

”Prinsip kebebasan memberikan ruang bagi individu untuk berkreasi dalam batas etika Islam dan tanggung jawab mengharuskan setiap tindakan diselesaikan sesuai dengan kemampuan,” ujar Yudi.

Dalam hal pengelolaan keuangan, Yudi menekankan pentingnya menjauhkan diri dari praktik-praktik yang dilarang dalam Islam, seperti maysir (judi), gharar (penipuan atau ketidakjelasan), dan riba.

Maysir dapat merugikan salah satu pihak dalam transaksi, sedangkan gharar berpotensi merugikan karena ketidakjelasan informasi.

Riba, di sisi lain, kata Yudi, memang diharamkan karena pengambilan keuntungan secara tidak adil.

Lebih lanjut, Yudi menjelaskan bahwa pengelolaan keuangan syariah mendorong individu untuk memanfaatkan rezeki halal, memenuhi kewajiban seperti membayar utang, serta mengalokasikan dana untuk zakat, infak, dan sedekah.

”Pengelolaan yang bijak akan membantu kita mengendalikan uang, bukan sebaliknya,” ujarnya.

Selain itu, ia juga menekankan pentingnya memiliki rencana waris yang komprehensif agar aset dapat dikelola dengan baik.

Yudi juga menyoroti langkah-langkah praktis dalam mengelola keuangan, termasuk membuat anggaran bulanan, menyiapkan dana darurat, serta menabung dan berinvestasi untuk masa depan.

Menurutnya, penting bagi setiap individu untuk mengalokasikan penghasilan dengan bijak, dengan minimal 5 persen dari pemasukan dialokasikan untuk zakat, dan sekitar 15 persen untuk dana darurat atau investasi.

Prinsip syariah

Dalam diskusinya mengenai investasi, Yudi menekankan bahwa investasi yang dilakukan sesuai dengan prinsip syariah akan menghasilkan bagi hasil yang adil dan berkah.

Ia mencontohkan, investasi dalam bentuk aset produktif dapat memberikan keuntungan yang tidak hanya duniawi, tetapi bermanfaat bagi masyarakat luas.

”Pentingnya bagi kita untuk membedakan antara kebutuhan dan keinginan dalam pengelolaan keuangan. Sering kali kita terjebak dalam gaya hidup hedonisme yang mengutamakan kesenangan sesaat. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengendalikan pengeluaran dan memprioritaskan kebutuhan yang benar-benar mendesak,” jelas Yudi.

Sebagai penutup, Yudi menyampaikan bahwa pengelolaan keuangan syariah merupakan bagian dari persiapan masa depan yang lebih baik, baik dari segi spiritual maupun finansial.

”Dengan mengelola keuangan secara bijak, kita tidak hanya mempersiapkan kehidupan di dunia, tetapi membangun bekal untuk akhirat," pungkas Yudi.***(FA)

Administrator

Ratusan Mahasiswa Baru dari FST dan FEB Ikuti Baitul Arqam

UMBANDUNGAM, Bandung -- Sebanyak 728 mahasiswa baru Fakultas Sains dan Teknologi (FST) serta Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung mengikuti Baitul Arqam yang merupakan program perkaderan penting di lingkungan kampus Muhammadiyah.

Kegiatan Baitul Arqam ini dilaksanakan di Auditorium KH Ahmad Dahlan, lantai tiga kampus UM Bandung, Jalan Soekarno-Hatta Nomor 752, dari Selasa-Rabu (24-25/09/2024).

Kepala Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (LPPAIK) UM Bandung Dikdik Dahlan Lukman menjelaskan bahwa kegiatan ini diselenggarakan sebagai upaya untuk menanamkan nilai-nilai Al-Islam dan Kemuhammadiyahan serta meneladani kehidupan Nabi Muhammad SAW.

”Sebetulnya Baitul Arqam bukan hanya diperuntukkan bagi mahasiswa, tetapi berlaku bagi dosen, tenaga kependidikan, pimpinan, termasuk rektor. Tujuannya adalah menyamakan persepsi bahwa ketika kita melibatkan diri dalam institusi Muhammadiyah, seluruh aktivitas kita harus mencontoh Rasulullah SAW,” ujar Dikdik.

Kata Dikdik, Baitul Arqam dirancang agar peserta menginap meskipun sebagian kegiatan dilakukan secara daring pada malam hari.

Kegiatan ini berlangsung selama 32 jam, dimulai dari pagi hingga sore hari berikutnya. Dikdik menekankan bahwa program ini sangat penting sebagai fondasi pemahaman bagi seluruh mahasiswa yang akan menempuh pendidikan di UM Bandung selama empat tahun ke depan.

”Baitul Arqam ini merupakan menu wajib yang harus diikuti oleh semua mahasiswa. Jika tidak dinyatakan lulus, mahasiswa tidak bisa mengikuti ujian skripsi, berapa pun hebatnya karya ilmiah mereka,” tambah Dikdik.

Hal ini menunjukkan betapa krusialnya program Baitul Arqam sebagai syarat mutlak kelulusan di UM Bandung. Dikdik juga mengingatkan mahasiswa harus serius mengikuti kegiatan perkaderan ini.

"Saya mengajak kita semua mulai saat ini untuk fokus dan menyamakan persepsi sebagai bagian dari sivitas akademika UM Bandung,” ajaknya.

Baitul Arqam, lanjutnya, merupakan bentuk pembinaan karakter agar seluruh mahasiswa UM Bandung dapat menjadi generasi yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi memiliki kepribadian Islami yang kuat.

Melalui Baitul Arqam, Dikdik berharap UM Bandung dapat mencetak lulusan yang mampu berperan aktif dalam masyarakat dengan menjunjung tinggi nilai-nilai keislaman dan kemuhammadiyahan yang menjadi softskill penting sebagai modal sarjana.

Ratusan mahasiswa FST dan FEB Universitas Muhammadiyah Bandung selama dua hari akan mendapatkan materi keislaman, kemuhammadiyahan, tilawah Al-Quran, fikih dan praktek ibadah dengan dibimbing satu mentor dalam satu kelompok.

Mereka mendapatkan materi, diskusi, dan bimbingan cara beribadah sesuai dengan ketentuan yang diyakini Muhammadiyah.

Para mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia ini sudah memenuhi Auditorium KH Ahmad Dahlan sejak pagi dengan mengenakan pakaian putih hitam.

Selain di Auditoium KH Ahmad Dahlan, Baitul Arqam juga akan berlangsung secara virtual melalui aplikasi zoom sejak menjelang subuh dengan diawali salat tahajud.***(FA/FK)

Administrator

Nabi Muhammad SAW Merupakan Teladan Sempurna Bagi Umat Islam Sepanjang Masa

UMBANDUNG.AC.ID, Tasikmalaya -- Pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang diselenggarakan di Pesantren Bidayatul Hidayah, Tasikmalaya, Jawa Barat, Minggu (15/09/2024), Kaprodi Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Bandung Iim Ibrahim menyampaikan pesan penting terkait kehidupan Rasulullah SAW sebagai teladan utama bagi umat Islam.

Ia menekankan bahwa kelahiran Nabi Muhammad SAW telah menjadi momen penting yang membawa perubahan signifikan dalam sejarah umat manusia.

Bahkan, jauh sebelum kelahirannya, Nabi Isa AS telah memberikan kabar gembira mengenai kedatangan seorang rasul yang namanya disebut sebagai "Ahmad" yang tak lain adalah Nabi Muhammad SAW sebagaimana diabadikan dalam Al-Quran Surah Al-Shaff ayat 6.

Dalam pesannya, Iim Ibrahim mengingatkan akan peristiwa besar seperti serangan Raja Abrahah terhadap Ka'bah yang merupakan salah satu tanda kebesaran Allah SWT.

Kejadian ini diabadikan dalam Al-Quran Surah Al-Fil ayat 1-5, di mana Allah SWT menggagalkan upaya Abrahah untuk menghancurkan Ka'bah.

"Tiga bulan setelah peristiwa ini, Nabi Muhammad SAW lahir, menandai permulaan masa kenabian yang membawa rahmat bagi seluruh alam," ujar Iim Ibrohim.

Doktor lulusan UIN Sunan Gunung Djati Bandung ini juga menyoroti berbagai fase kehidupan Nabi Muhammad SAW yang penuh dengan pelajaran bagi umat.

Pada masa kecil, meskipun ditinggalkan oleh kedua orang tuanya dan kakeknya pada usia dini, Nabi Muhammad tetap menunjukkan ketegaran dan kepribadian yang kuat.

"Nabi dirawat oleh pamannya, Abu Thalib, yang menjadi figur penting dalam masa pertumbuhannya. Saat remaja, Nabi Muhammad SAW mempelajari keterampilan hidup, seperti berkuda, memanah, dan menggembala kambing. Beliau juga terlibat dalam perdagangan, belajar berdikari, dan membantu pamannya mencari nafkah," kata Iim Ibrohim.

Pada masa dewasa, lanjut Iim Ibrohim, kejujuran dan integritasnya dalam berdagang menjadikannya terkenal dengan gelar "Al-Amin" (yang dapat dipercaya) sehingga hal itu menarik perhatian Khadijah binti Khuwailid yang akhirnya menikah dengannya.

"Sebagai seorang suami, Nabi Muhammad SAW menjadi teladan dalam kasih sayang, tanpa pernah berlaku kasar atau berselisih dengan istri-istrinya. Keluarga Nabi dilandasi ketakwaan yang kuat sehingga tercapailah kehidupan keluarga yang penuh dengan sakinah, mawaddah, dan rahmah," imbuh Iim Ibrohim.

Tak pernah lelah bersyiar

Dalam peran sebagai seorang dai, Nabi Muhammad SAW tidak pernah lelah menyebarkan ajaran Islam dengan penuh hikmah, menggunakan pendekatan yang baik, dan berdialog dengan cara yang elegan.

Nabi juga menegaskan bahwa ketakwaan merupakan ukuran kemuliaan seseorang, bukan status sosial.

Selain itu, sebagai seorang ayah dan kakek, Nabi Muhammad SAW memberikan perhatian penuh kepada anak dan cucunya, bahkan sering membawa cucunya, Hasan dan Husain, ke masjid untuk salat bersamanya.

"Keberadaan keluarga dalam hidup Nabi Muhammad SAW menjadi contoh nyata bagaimana membangun kebersamaan dan keselamatan, baik di dunia maupun di akhirat," tandas Iim Ibrohim.

Pada akhir hayatnya, Nabi Muhammad SAW meninggalkan pesan kepada seluruh umatnya agar selalu berpegang teguh pada dua peninggalannya yakni Al-Quran dan Hadits.

"Pesan ini mengandung makna bahwa siapa pun yang mengikuti ajaran dari kedua pusaka ini akan mendapatkan keselamatan di dunia dan akhirat," ucap Iim Ibrohim.

Iim Ibrahim menutup pesannya dengan menegaskan bahwa Nabi Muhammad SAW merupakan suri teladan yang sempurna bagi seluruh umat manusia.

Allah SWT sendiri telah menyebutkan dalam Al-Quran Surah Al-Ahzab ayat 21 bahwa di dalam diri Rasulullah SAW terdapat teladan yang baik bagi mereka yang mengharapkan rahmat Allah dan hari akhir.***(FA)

Administrator

RW 05 Cipadung Kidul Jadi Percontohan Pengelolaan Sampah Berkat Program UM Bandung

UMBANDUNG.AC.ID, Bandung -- Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung menunjukkan kepeduliannya terhadap masalah sampah melalui program Pengabdian Masyarakat Pengelolaan Sampah Rumah Tangga.

Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2023, rumah tangga menjadi sumber utama sampah di Kota Bandung, dengan 60 persen sampah berasal dari rumah tangga. Sebagian besar sampah tersebut adalah sisa makanan, mencapai 44,52 persen.

”Sampah rumah tangga yang tercampur dan tidak terkelola dengan baik memperburuk permasalahan karena menimbulkan bau, panas, menjadi sumber penyakit, dan sulit diolah. Melalui Program Pengabdian Masyarakat Pemula Kemdikbud 2024, UM Bandung berupaya menghadirkan solusi untuk masalah ini,” ujar Luthfia Hastiani Muharram, Ketua Pengabdian UM Bandung, pada Sabtu (21/09/2024).

Luthfia menjelaskan, tujuan utama program ini adalah meningkatkan kepedulian dan partisipasi warga dalam mengelola sampah organik rumah tangga secara mandiri, sehingga volume sampah dapat berkurang dari sumbernya.

Mitra pengabdian dalam program ini adalah kelompok PKK RW 05 Cipadung Kidul, Panyileukan, Kota Bandung. Tim pengabdian terdiri dari Luthfia Hastiani Muharram dan Wulan Pertiwi dari Prodi Bioteknologi serta Siti Marlida dari Prodi Komunikasi Penyiaran Islam.

Program ini fokus pada pelatihan keterampilan pengelolaan sampah rumah tangga melalui kegiatan Training of Trainer (ToT) menggunakan teknik Octaco.

Peserta dilatih mengompos di rumah dan diharapkan dapat melatih warga lain di sekitarnya. Pelatihan ToT ini dilaksanakan pada 6 Juli 2024 di kampus UM Bandung dengan 16 peserta dari pengurus PKK RW 05.

”Setelah pelatihan, peserta melakukan praktik mengompos di rumah masing-masing, dan tim pengabdian melakukan pendampingan melalui grup Whatsapp. Peserta melaporkan perkembangan dan kendala yang dihadapi, kemudian diberikan solusi oleh tim. Setelah sukses mengompos secara mandiri, mitra PKK RW 05 mulai melatih warga lainnya untuk mengompos di rumah, sehingga keterampilan ini dapat menyebar meskipun program pengabdian sudah berakhir,” tambah Luthfia.

Program ini menggabungkan dua pendekatan, yaitu teknologi dan media. Pendekatan teknologi berupa penggunaan teknik mengompos dengan Octaco dan alat Inpos.

Octaco adalah inovasi teknik mengompos yang mengadaptasi keranjang takakura, menggunakan sabut kelapa dan pupuk kasgot (bekas magot) sebagai starter yang kaya mikroba untuk mempercepat proses pengomposan.

Sementara itu, Inpos adalah alat pengomposan yang dikembangkan Prodi Bioteknologi UM Bandung, menghasilkan pupuk cair dan padat dari sampah organik.

Sebanyak 36 kit kompos Octaco diserahkan kepada mitra untuk digunakan di rumah, bersama dengan satu unit alat Inpos yang ditujukan untuk mengelola sampah organik dari usaha katering warga RW 05.

Bantuan lain juga diserahkan untuk mendukung program mengompos dan berkebun di Komunitas Buruan Sae RW 05.

Pendekatan media meliputi pembuatan video edukatif tentang pentingnya pengelolaan sampah rumah tangga dan cara pengelolaannya, yang dapat diakses melalui channel Youtube.

Selain itu, dibuat poster panduan pengelolaan sampah rumah tangga dan teknik mengompos dengan Octaco, yang dibagikan secara elektronik di grup Whatsapp dan dicetak sebagai spanduk besar untuk dipasang di fasilitas umum RW 05.

Hasil dari program ini menunjukkan peningkatan keterampilan mitra, di mana seluruh peserta ToT (16 orang pengurus PKK RW 05) berhasil mengompos secara mandiri dan siap menjadi trainer untuk warga sekitar.

Kompos yang dihasilkan dimanfaatkan untuk berkebun di rumah dan di kebun komunitas Buruan Sae kemudian digunakan kembali untuk proses pengomposan.

Linda Herliany, Ketua PKK RW 05 Cipadung Kidul, menyampaikan rasa puasnya setelah mengikuti pelatihan ini.

Menurutnya, pelatihan ini sangat bermanfaat bagi setiap keluarga di lingkungannya. Ia berharap RW 05 dapat menjadi percontohan dalam pengelolaan sampah dan menginspirasi wilayah lain. Linda juga berencana mengedukasi warga secara door-to-door mengenai pemilahan sampah yang benar.

”Hasil pengelolaan sampah bisa dijadikan pupuk untuk dijual, menambah penghasilan keluarga,” tuturnya.***(FA)

Administrator