Berita

RW 05 Cipadung Kidul Jadi Percontohan Pengelolaan Sampah Berkat Program UM Bandung

UMBANDUNG.AC.ID, Bandung -- Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung menunjukkan kepeduliannya terhadap masalah sampah melalui program Pengabdian Masyarakat Pengelolaan Sampah Rumah Tangga.

Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2023, rumah tangga menjadi sumber utama sampah di Kota Bandung, dengan 60 persen sampah berasal dari rumah tangga. Sebagian besar sampah tersebut adalah sisa makanan, mencapai 44,52 persen.

”Sampah rumah tangga yang tercampur dan tidak terkelola dengan baik memperburuk permasalahan karena menimbulkan bau, panas, menjadi sumber penyakit, dan sulit diolah. Melalui Program Pengabdian Masyarakat Pemula Kemdikbud 2024, UM Bandung berupaya menghadirkan solusi untuk masalah ini,” ujar Luthfia Hastiani Muharram, Ketua Pengabdian UM Bandung, pada Sabtu (21/09/2024).

Luthfia menjelaskan, tujuan utama program ini adalah meningkatkan kepedulian dan partisipasi warga dalam mengelola sampah organik rumah tangga secara mandiri, sehingga volume sampah dapat berkurang dari sumbernya.

Mitra pengabdian dalam program ini adalah kelompok PKK RW 05 Cipadung Kidul, Panyileukan, Kota Bandung. Tim pengabdian terdiri dari Luthfia Hastiani Muharram dan Wulan Pertiwi dari Prodi Bioteknologi serta Siti Marlida dari Prodi Komunikasi Penyiaran Islam.

Program ini fokus pada pelatihan keterampilan pengelolaan sampah rumah tangga melalui kegiatan Training of Trainer (ToT) menggunakan teknik Octaco.

Peserta dilatih mengompos di rumah dan diharapkan dapat melatih warga lain di sekitarnya. Pelatihan ToT ini dilaksanakan pada 6 Juli 2024 di kampus UM Bandung dengan 16 peserta dari pengurus PKK RW 05.

”Setelah pelatihan, peserta melakukan praktik mengompos di rumah masing-masing, dan tim pengabdian melakukan pendampingan melalui grup Whatsapp. Peserta melaporkan perkembangan dan kendala yang dihadapi, kemudian diberikan solusi oleh tim. Setelah sukses mengompos secara mandiri, mitra PKK RW 05 mulai melatih warga lainnya untuk mengompos di rumah, sehingga keterampilan ini dapat menyebar meskipun program pengabdian sudah berakhir,” tambah Luthfia.

Program ini menggabungkan dua pendekatan, yaitu teknologi dan media. Pendekatan teknologi berupa penggunaan teknik mengompos dengan Octaco dan alat Inpos.

Octaco adalah inovasi teknik mengompos yang mengadaptasi keranjang takakura, menggunakan sabut kelapa dan pupuk kasgot (bekas magot) sebagai starter yang kaya mikroba untuk mempercepat proses pengomposan.

Sementara itu, Inpos adalah alat pengomposan yang dikembangkan Prodi Bioteknologi UM Bandung, menghasilkan pupuk cair dan padat dari sampah organik.

Sebanyak 36 kit kompos Octaco diserahkan kepada mitra untuk digunakan di rumah, bersama dengan satu unit alat Inpos yang ditujukan untuk mengelola sampah organik dari usaha katering warga RW 05.

Bantuan lain juga diserahkan untuk mendukung program mengompos dan berkebun di Komunitas Buruan Sae RW 05.

Pendekatan media meliputi pembuatan video edukatif tentang pentingnya pengelolaan sampah rumah tangga dan cara pengelolaannya, yang dapat diakses melalui channel Youtube.

Selain itu, dibuat poster panduan pengelolaan sampah rumah tangga dan teknik mengompos dengan Octaco, yang dibagikan secara elektronik di grup Whatsapp dan dicetak sebagai spanduk besar untuk dipasang di fasilitas umum RW 05.

Hasil dari program ini menunjukkan peningkatan keterampilan mitra, di mana seluruh peserta ToT (16 orang pengurus PKK RW 05) berhasil mengompos secara mandiri dan siap menjadi trainer untuk warga sekitar.

Kompos yang dihasilkan dimanfaatkan untuk berkebun di rumah dan di kebun komunitas Buruan Sae kemudian digunakan kembali untuk proses pengomposan.

Linda Herliany, Ketua PKK RW 05 Cipadung Kidul, menyampaikan rasa puasnya setelah mengikuti pelatihan ini.

Menurutnya, pelatihan ini sangat bermanfaat bagi setiap keluarga di lingkungannya. Ia berharap RW 05 dapat menjadi percontohan dalam pengelolaan sampah dan menginspirasi wilayah lain. Linda juga berencana mengedukasi warga secara door-to-door mengenai pemilahan sampah yang benar.

”Hasil pengelolaan sampah bisa dijadikan pupuk untuk dijual, menambah penghasilan keluarga,” tuturnya.***(FA)

Administrator

Top! Sebanyak 1.657 Mahasiswa Baru UM Bandung Ikuti PESONAMU 2024

UMBANDUNG.AC.ID, Bandung -- Universitas Muhammadiyah Bandung (UM Bandung) menyambut dengan antusias 1.657 mahasiswa baru dalam acara Pekan Sosialisasi dan Orientasi Mahasiswa Baru (PESONAMU) 2024 yang berlangsung di Auditorium KH Ahmad Dahlan, lantai tiga gedung utama kampus, Jalan Soekarno-Hatta Nomor 752, Bandung, pada Rabu (18/09/2024).

Dalam sambutannya, Rektor UM Bandung Profesor Herry Suhardiyanto mengajak seluruh mahasiswa baru untuk selalu bersyukur atas nikmat Allah SWT, yang memungkinkan mereka berkumpul dalam suasana penuh kegembiraan di UM Bandung.

Ia juga menyampaikan ucapan selamat atas bergabungnya para mahasiswa baru ke kampus ini, seraya berharap mereka mampu menimba ilmu dan menjadi technopreneur Islami yang tangguh dan berkontribusi bagi masyarakat.

Rektor menggarisbawahi pentingnya mahasiswa untuk mempersiapkan diri menghadapi tantangan global di era digital saat ini.

"Dunia yang kita hadapi penuh dengan perubahan yang cepat dan tidak stabil. Jika kita tidak mempersiapkan diri dengan baik, kita akan menghadapi masalah yang lebih besar di masa depan," ujar Rektor, merujuk pada situasi Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity (VUCA) yang mendefinisikan tantangan dunia saat ini.

Dalam era revolusi industri 4.0, kata Rektor, perkembangan kecerdasan buatan, big data, cloud computing, dan internet of things akan membuka lapangan pekerjaan baru, tetapi juga akan menghapus jenis pekerjaan lama.

Oleh karena itu, mahasiswa diharapkan dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis, kolaborasi, dan fleksibilitas dalam memecahkan masalah kompleks.

Lebih jauh, Rektor juga menekankan pentingnya membangun karakter yang kuat sebagai fondasi kesuksesan mahasiswa.

"Membangun karakter sama pentingnya dengan menguasai teknologi. Keyakinan, kesadaran, sikap, dan tindakan yang didasari nilai-nilai Islami akan menghasilkan prestasi yang bermanfaat bagi umat," tegasnya.

Ia juga mengingatkan mahasiswa baru bahwa mereka tidak hanya dituntut untuk belajar ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi membentuk karakter islami yang akan menjadi pondasi dalam menjalani kehidupan.

"Sebagai technopreneur islami, kalian diharapkan mampu melakukan inovasi yang membawa kebaikan dan kebermanfaatan bagi umat," tambahnya.

Acara ini juga sebagai momentum bagi UM Bandung untuk menegaskan visi menjadi Islamic Technopreneurial University yang unggul.

Dengan fasilitas kampus yang terus berkembang dan dosen-dosen berkualifikasi tinggi, UM Bandung berkomitmen untuk membekali mahasiswa dengan literasi data, teknologi, dan kemampuan manusia yang holistik.

Rektor mengajak mahasiswa tidak hanya fokus pada pencapaian akademik, tetapi harus menjadi individu yang berkarakter kuat dan berkontribusi positif bagi masyarakat.

"Jangan sia-siakan kesempatan ini. Ukir prestasi sebanyak mungkin. Masih banyak generasi Z yang belum mampu mengakses pendidikan tinggi. Sebagai generasi muda yang beruntung, kalian harus memanfaatkan kesempatan ini untuk menatap masa depan,” tandas Rektor.***(FA/FK)

Administrator

Mahasiswa UM Bandung Harus Siap Menjadi Pemimpin Masa Depan

UMBANDUNG.AC.ID, Bandung -- Ketua Badan Pembina Harian Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung Prof Dr H Dadang Kahmad MSi memberikan pesan inspiratif kepada 1.657 mahasiswa baru saat menyampaikan sambutannya dalam acara Pekan Sosialisasi dan Orientasi Mahasiswa Baru (Pesonamu) di Auditorium KH Ahmad Dahlan, lantai tiga gedung UM Bandung, Jalan Soekarno-Hatta Nomor 752, pada Rabu (18/09/2024).

Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini menekankan pentingnya rasa syukur karena tidak semua lulusan SMA memiliki kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

Dari 3 juta lulusan SMA, hanya 1,8 juta yang dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi. "Kita harus bersyukur karena memiliki orang tua yang peduli dengan pendidikan," ujarnya.

Lebih lanjut, eks Ketua PWM Jawa Barat ini menyampaikan bahwa diterimanya mahasiswa di UM Bandung merupakan anugerah besar.

Pasalnya, UM Bandung merupakan bagian dari 172 Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) yang tersebar di seluruh Indonesia.

Saat ini, lebih dari 180 ribu mahasiswa tergabung di PTM, termasuk di UM Bandung. "Mempercayakan pendidikan kepada Muhammadiyah adalah pilihan yang tepat," tambahnya.

Dadang juga menekankan keunggulan UM Bandung yang salah satunya menawarkan mata kuliah Al-Islam dan Kemuhammadiyahan yang tidak ditemukan di banyak perguruan tinggi lain.

Mata kuliah ini, menurutnya, akan membentuk soft skill mahasiswa, seperti rendah hati, dermawan, dan sopan santun. "Gunakan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya," pesannya.

Dadang mengingatkan dua hal penting yang harus dipegang oleh para mahasiswa agar sukses, baik di UM Bandung maupun dalam kehidupan setelah lulus.

Pertama, rajin membaca. Ia menegaskan bahwa membaca merupakan kewajiban. Kalau hal ini diabaikan, seseorang tidak akan maju dalam bidang apa pun. Muhammadiyah, kata Dadang, merupakan lembaga yang sangat peduli terhadap literasi.

Kedua, memiliki semangat belajar. "Jangan malas belajar," ujarnya, menekankan bahwa belajar bisa dilakukan melalui buku, diskusi, ataupun menghadiri perkuliahan.

Dadang juga mengutip surah Al-Baqarah ayat 31 yang mengajarkan pentingnya ilmu pengetahuan.

"Generasi muda Islam harus memiliki semangat belajar agar bisa menjadi orang yang pandai dan mampu menguasai dunia," tegasnya.

Dengan memegang teguh kedua prinsip tersebut, Dadang yakin mahasiswa UM Bandung tidak hanya akan sukses dalam pendidikan, tetapi menjadi sarjana yang dapat dibanggakan oleh orang tua dan bangsa.

"Kami berharap kalian bisa menggantikan orang-orang hebat yang ada di hadapan kalian saat ini," tutupnya.***(FA/FK)

Administrator

Ini Perbedaan Konsep Andragogi dan Pedagogi Menurur Pakar UM Bandung

UMBANDUNG.AC.ID, Bandung -- Dosen prodi Psikologi Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung Dr Irianti Usman MA mengupas konsep andragogi dan pedagogi dalam Training of Trainer Aisyiyah Jawa Barat. 

Kegiatan ini berlangsung di Pesantren Mahasiswa Unisa Bandung, Jalan Terusan Rancagoong II, Nomor 1, Gumuruh, Kota Bandung, pada Minggu (15/09/2024). 

Tema utama yang diangkat adalah seputar perbedaan antara andragogi, yang difokuskan pada pembelajaran orang dewasa, dan pedagogi, yang lebih berkaitan dengan pendidikan anak-anak dan remaja.

Irianti menjelaskan bahwa inti dari andragogi adalah pendekatan pembelajaran yang dirancang khusus untuk orang dewasa.

Menurutnya, proses belajar orang dewasa berbeda secara signifikan dibandingkan dengan anak-anak karena faktor kedewasaan, tanggung jawab, dan pengalaman hidup yang sudah dimiliki oleh peserta didik dewasa.

"Pembelajaran untuk orang dewasa menuntut pendekatan yang lebih partisipatif dan kolaboratif. Mereka bukan lagi sekadar penerima informasi, melainkan berperan aktif dalam proses belajar," ujar Irianti.

Ia menekankan bahwa orang dewasa belajar berdasarkan motivasi yang lebih personal. Misalnya, seperti kebutuhan untuk berkembang dalam karier atau untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih jauh, dosen yang juga pakar psikolog ini menguraikan perbedaan utama antara andragogi dan pedagogi.

Pedagogi, kata Irianti, berfokus pada instruksi dari pengajar yang mengarahkan seluruh proses pembelajaran.

Adapun andragogi lebih memberdayakan peserta didik untuk mengambil peran utama dalam mengarahkan pembelajaran mereka sendiri.

"Perbedaan ini mencerminkan peran pengajar. Dalam pedagogi, guru cenderung menjadi pusat dari segala proses, sedangkan dalam andragogi, pengajar berfungsi lebih sebagai fasilitator yang membantu peserta didik mencapai tujuan belajarnya sendiri," ungkap Irianti.

Konteks pembelajaran

Irianti juga menyoroti pentingnya memahami perbedaan konteks pembelajaran antara anak-anak dan orang dewasa.

Ia menekankan bahwa orang dewasa cenderung mencari relevansi langsung dari materi yang dipelajari, sedangkan anak-anak lebih sering menerima apa yang diajarkan sebagai bekal masa depan.

Selain itu, Irianti menjelaskan bahwa andragogi menuntut pendekatan yang fleksibel, baik dari sisi metode maupun waktu.

Orang dewasa sering kali memiliki tanggung jawab pekerjaan dan keluarga yang membuat mereka memerlukan metode pembelajaran yang lebih dinamis dan sesuai dengan jadwal mereka.

Dalam kesempatan tersebut, Irianti juga menyinggung bahwa pentingnya konsep self-directed learning dalam andragogi.

"Orang dewasa biasanya lebih mandiri dalam belajar. Oleh karena itu, mereka sering kali lebih efektif ketika diberi kesempatan untuk mengatur sendiri kecepatan dan cara belajarnya," tambahnya.

Melalui pembahasan ini, Irianti berharap bahwa para pengajar, khususnya di lingkungan Muhammadiyah, dapat lebih memahami karakteristik unik dari peserta didik dewasa dan menyesuaikan pendekatan pembelajaran yang lebih relevan dan efektif.

Dengan memahami konsep andragogi, diharapkan pendidik dan peserta didik dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih kondusif bagi pembelajaran sepanjang hayat.

Tolok ukur kedewasaan

”Teori belajar andragogi sebagai orientasi baru pendidikan dapat diterapkan apabila diyakini bahwa peserta didik adalah pribadi-pribadi yang matang, dapat mengarahkan sendiri, dan dapat mengambil keputusan yang menyangkut dirinya sendiri,” tandasnya.

”Tolok ukur kedewasaan bukanlah umur, melainkan sikap dan perilaku. Sebab, tidak jarang orang yang sudah berumur, tetapi belum dewasa. Setiap orang akan menjadi orang tua karena hukum alam dan keharusan. Namun, menjadi dewasa adalah sebuah pilihan yang tidak setiap individu memilihnya seiring dengan semakin lanjut usia,” pungkasnya.***(FA)

Administrator

UM Bandung Jadi Tuan Rumah Ujian Kenaikan Tingkat dan Pelantikan Kader Tapak Suci Jawa Barat

UMBANDUNG.AC.ID, Bandung -- Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung menjadi tuan rumah kegiatan Ujian Kenaikan Tingkat (UKT) Kader dan Pelantikan Kader Kehormatan yang digelar oleh Pimpinan Wilayah VII Tapak Suci Putera Muhammadiyah Jawa Barat.

Kegiatan yang diikuti oleh 112 kader dari berbagai tingkatan ini berlangsung di Auditorium KH Ahmad Dahlan, gedung UM Bandung lantai tiga, Jalan Soekarno-Hatta Nomor 752, dari Sabtu-Minggu (07-08/09/2024).

Para peserta yang hadir berasal dari 19 Pimpinan Daerah Tapak Suci se-Jawa Barat, dari total 24 Pimpinan Daerah yang ada.

Ratusan peserta tersebut terbagi dalam beberapa tingkatan, yaitu 7 kader tingkat dasar, 44 kader tingkat pemuda, 34 kader tingkat madya, 14 kader tingkat kepala, dan 13 kader tingkat utama.

Hadir dalam acara yang berlangsung khidmat ini Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Barat Ahmad Dahlan, Ketua Pimpinan Wilayah VII Tapak Suci Putera Muhammadiyah Jawa Barat Mus Suherman, dan sejumlah tamu undangan lainnya.

Mus Suherman menyampaikan dukungannya terhadap kegiatan ini dan menekankan pentingnya penguatan keilmuan di lingkungan Tapak Suci dalam rangka mendukung kaderisasi yang baik di Muhammadiyah.

"Kita harus mendorong kaderisasi Muhammadiyah melalui Tapak Suci. Bahkan setiap pimpinan di beberapa daerah Muhammadiyah harus mengenal dan memperkuat Tapak Suci," ujar Suherman.

Ia juga menegaskan pentingnya penguasaan dan pemahaman Al-Islam Kemuhammadiyahan (AIK) dan kemampuan dalam gerakan pencak silat sebagai modal utama dalam organisasi Tapak Suci Muhammadiyah.

"AIK dan gerakan pencak silat merupakan modal utama dalam organisasi Tapak Suci Muhammadiyah," jelasnya.

Oleh karena itu, Suherman berharap acara seperti ini dapat menjadi momen evaluasi bagi para peserta terkait penguasaan ilmu di Tapak Suci.

"Mari kita jadikan hasil ujian ini sebagai evaluasi agar ke depannya bisa lebih baik," tambahnya.

Ketua PWM Jawa Barat Ahmad Dahlan juga memberikan sambutannya dan menyatakan dukungannya terhadap acara ini.

Ia menekankan bahwa Tapak Suci berperan penting dalam membangun dimensi akhlak dalam organisasi Islam terbesar di Indonesia ini.

"Kita sebagai kader Muhammadiyah harus bisa menjalankan aktivitas organisasi secara totalitas, tidak hanya menuntaskan tugas," kata Ahmad Dahlan.

Ia juga berpesan kepada para peserta untuk tetap menjadi pribadi yang terus berupaya mencari investasi positif dalam langkah kehidupan.

"Tapak Suci ini menjadi investasi yang positif bagi para kader Muhammadiyah di masa depan," tutup Ahmad Dahlan.

Selain Ketua PWM Jawa Barat Ahmad Dahlan (kader utama), dalam kegiatan ini hadir juga kader-kader Kehormatan Tapak Suci Putera Muhammadiyah Jawa Barat lainnya. Mereka adalah Iu Rusliana (kader kepala), Acep Muharom T Syamsudin (kader kepala), Dadang Syaripudin (kader kepala), Herry Suhardiyanto (kader kepala), Hendar Riyadi (kader madya), Ahmad Diponegoro (kader madya), dan Zamah Sari (kader madya).***(FK)

Administrator

Pembelajaran Modern Harus Bervisi Teologis dan Adaptif

UMBANDUNG.AC.ID, Bandung -- Kaprodi Pendidikan Agama Islam (PAI) UM Bandung Iim Ibrohim menyampaikan pandangannya mengenai karakteristik ideal guru PAI di abad 21.

Menurut Iim, perubahan zaman dan perkembangan teknologi mengharuskan guru PAI untuk terus beradaptasi dan menghadirkan metode pengajaran yang relevan dan efektif.

Dalam sebuah buku berjudul “Al Arabiyyah Baina Yadaik” karya Abdurrahman bin Ibrahim Al-Fauzan dkk disebutkan bahwa pembelajaran di masa lalu sangat terbatas hanya untuk orang kaya atau penduduk kota. Kini, pendidikan sudah menjadi hak setiap individu.

"Pembelajaran kini bagaikan air dan udara," ungkap Iim, menggambarkan betapa mudahnya akses pendidikan di era modern ini. Hal tersebut Iim sampaikan saat memberikan pembekalan kepada mahasiswa prodi PAI angkatan 2020 dalam Baitul Arqam Purna Studi di Aula Al-Irfani, Komplek Perguruan Muhammadiyah, Jalan Kadipaten Nomor 04-06, Antapani, Kota Bandung, pada Jumat (06/09/2024) lalu.

Lebih lanjut, Iim menjelaskan bahwa dahulu para siswa harus menempuh perjalanan jauh untuk belajar, sedangkan sekarang sekolah-sekolah sudah ada di setiap kota dan desa. Bahkan, dengan kemajuan teknologi, siswa dapat belajar dari rumah melalui internet.

“Namun, ada pergeseran motivasi, baik dari guru maupun siswa. Dulu, guru mengajar tanpa mengharapkan gaji dan siswa belajar untuk ilmu, bukan sekadar ijazah,” tambahnya.

Melihat kondisi ini, Iim menekankan pentingnya guru PAI meluruskan niat para siswa untuk belajar demi ilmu, bukan sekadar mengejar gelar.

"Generasi X, Y, Z hingga Alpha perlu didampingi dengan panduan teologis yang tepat agar proses pembelajaran sesuai dengan perkembangan zaman," ujar Iim.

Menurutnya, ajaran Ali bin Abi Thalib yang mengarahkan agar pembelajaran disesuaikan dengan zaman sangat relevan untuk diterapkan saat ini.

Pembentuk karakter

Menurut Iim, tantangan guru PAI tidak hanya terletak pada pembelajaran formal di kelas. Guru PAI juga diharapkan menjadi ujung tombak dalam membentuk karakter islami para siswa.

“Guru PAI telah diwanti-wanti oleh Al-Quran agar tidak meninggalkan generasi dalam keadaan lemah, baik dari segi pengetahuan maupun akhlak,” jelasnya, merujuk pada surah An-Nisa ayat 9.

Lebih lanjut, Iim mengutip kitab "Ta'lim Muta'allim" karya Syekh Azzarnuji yang menyebutkan bahwa siapa pun yang mengajarkan satu huruf dalam agama dianggap sebagai "ayah dalam urusan agama."

“Kedudukan ini adalah penghargaan tertinggi yang dapat mengantarkan seorang guru ke surga Allah SWT,” tambahnya.

Dalam konteks pendidikan Islam, Iim mengaitkan konsep hadis tentang rawi, sanad, dan matan untuk menggambarkan pentingnya dua standar utama yang harus dimiliki seorang guru: intelektualitas dan karakter.

"Guru PAI ideal harus memiliki intelektualitas dan karakter yang baik. Keduanya harus terus diasah dengan belajar dan berakhlak mulia," tegasnya.

Menghadapi tantangan saat ini yang penuh dengan keterbukaan informasi, Iim menekankan pentingnya beberapa keterampilan bagi guru PAI.

Misalnya, berpikir kritis, berkomunikasi efektif, berkolaborasi, selalu berinovasi, dan kreatif dalam pembelajaran. "Semua itu adalah tuntutan zaman yang tidak bisa dihindari," ujarnya.

Pendekatan baru

Dalam kaitannya dengan hal ini, Iim juga mengingatkan pesan Rasulullah SAW, "Allimu, wayassiru, wala tu’assiru", yang artinya ajarilah dengan mempermudah, bukan mempersulit.

Guru PAI, menurutnya, perlu terus mencari pendekatan dan metode baru yang lebih efektif agar siswa lebih mudah memahami materi.

Sebagai penutup, Iim mengingatkan bahwa sesuai dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003, guru tidak hanya dituntut untuk memiliki kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial.

Namun, bagi guru PAI, perlu ada tambahan kompetensi spiritual, kepemimpinan, dan technopreneurship.

"Guru PAI harus menjadi teladan dalam doa dan zikir serta mampu mengelola teknologi untuk mengembangkan usaha," pungkas doktor lulusan Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung ini.***(FA)

Administrator