Berita

Mendidik Tidak Bisa Mendadak

Oleh: Ace Somantri, Dosen UM Bandung

UMBANDUNG.AC.ID -- Proses evolusi manusia berlangsung secara bertahap seiring dengan pertumbuhan fisik tubuh yang didukung oleh asupan nutrisi makanan yang bergizi.

Perkembangan ini tidak terlepas dari pengaruh lingkungan, baik itu lingkungan keluarga maupun lingkungan sosial sekitar sekitar.

Dengan menggunakan bunyi A-I-U-E-O dan susunan BA-BI-BU-BE-BO, manusia belajar membentuk kata-kata dan kemudian berbicara sehingga mereka akhirnya mampu membaca meskipun dengan kesulitan awal.

Fakta menunjukkan bahwa secara umum, anak-anak kita baru dapat membaca dengan lancar setelah menghabiskan waktu 4-6 tahun sejak lahir. Prosesnya tidak instan. Butuk kesabaran luar biasa.

Kesungguhan dan dedikasi dalam membimbing serta merawat anak hingga dewasa membutuhkan energi ekstra. Oleh karena itu, menjadi orang tua ataupun guru membutuhkan kecerdasan yang tidak sepele.

Waktu, kekayaan, tenaga, mental, dan fisik menjadi suatu kesatuan yang tidak terpisahkan. Semuanya dipersembahkan untuk kebaikan anak.

Kadang-kadang, dalam kesibukan mengurus anak, kita bisa saja melupakan diri sendiri. Kita tidak peduli pada keadaan yang berhubungan dengan diri sendiri. 

Namun, dengan berbagai cara, kita berupaya membuat strategi agar perkembangan anak dapat optimal dan mereka menjadi individu yang berguna bagi masyarakat.

Mendidik anak adalah tugas yang unik dan membutuhkan energi yang besar. Ini tidak hanya tentang memberikan pengajaran, tetapi tentang proses pembelajaran bersama.

Sikap dan perilaku orang tua akan menjadi contoh yang ditiru oleh anak-anak. Mereka akan menjadi sosok yang dihormati dan dijadikan teladan oleh anak-anak.

Di rumah, kita berusaha menciptakan lingkungan yang hangat dan memelihara hubungan yang harmonis antara anggota keluarga. Saling menghormati satu sama lain.

Membangun keharmonisan dalam keluarga bukanlah hal yang mudah. Namun, itu merupakan bagian dari proses belajar dalam pendidikan khususnya dalam keluarga.

Pada kenyataannya, diperlukan waktu yang cukup lama untuk membina hubungan yang erat antar anggota keluarga.

Berinteraksi secara akrab pada waktu bersama-sama kadang-kadang dianggap tabu karena jarang dilakukan.

Oleh karena itu, sulit bagi kita untuk mengenali diri sendiri ketika kita tumbuh dewasa. Semua ini adalah bagian dari proses terkadang dilakukan kurang tepat.

Meskipun kita lahir dari rahim yang sama dan tumbuh di rumah yang sama, proses pendidikan memerlukan upaya ekstra dan keahlian khusus.

Mendidik tidak bisa dilakukan dengan instan, seperti memasak mi yang bisa langsung dihidang dan dinikmati.

Terlebih lagi, jika kita menginginkan hasil yang cepat, kecuali jika dengan cara-cara yang tidak benar.

Namun, pendidikan tidak bisa dipersingkat dengan hanya memiliki selembar ijazah dari sekolah. Tidak seperti itu.

Entah lambat atau cepat, pendidikan tetap memerlukan waktu. Ada proses panjang yang harus dilewati, bukan hanya tentang mencapai tingkat pendidikan tertentu.

Seorang pendidik harus menanamkan, mengembangkan, merawat, dan memberikan makan nilai-nilai moral, keagamaan, dan kebangsaan kepada generasi muda.

Pendidikan bukanlah sekadar mentransfer pengetahuan seperti mengirim data dari satu perangkat ke perangkat lain dalam waktu singkat.

Banyak pengalaman masa lalu yang menyisakan masalah yang masih terasa hingga saat ini dalam hal pendidikan.

Banyak generasi saat ini yang masih buta huruf. Tidak tahu huruf-huruf. Bahkan--ini yang sangat berbahaya--lebih menyedihkan lagi, buta nilai moral dan keagamaan.

Generasi masa kini terkesan ingin segalanya instan. Tidak mau berproses dari nol seperti umumnya orang-orang sukses.

Beberapa pihak berpendapat bahwa dalam era global-digital ini, pendidikan cenderung menuju arah yang lebih cepat dan instan.

Sementara itu, pembentukan karakter dan moral sering diabaikan hanya karena agar lebih cepat dan instan tersebut.

Banyak yang menganggap penting untuk memperoleh kekayaan dan kekuasaan dengan cepat. Bahkan, tidak peduli jika itu melanggar aturan dan nilai-nilai agama.

Meskipun pendidikan yang berorientasi pada hasil cepat bisa membuat seseorang merasa bahagia sejenak, tetapi kebahagiaan tersebut hanya bersifat sementara.

Pendidikan yang menekankan pada integritas moral dan nilai-nilai agamalah yang akan menyelamatkan bangsa dan negara.

Pendidikan akan meningkatkan martabat manusia sebagaimana digambarkan dalam Al-Quran surah Al-Mujadilah ayat 11: "Allah niscaya akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan."

Yang dimaksud orang yang berilmu dan beramal saleh adalah orang yang telah melewati proses panjang untuk memperoleh pengetahuan dan amal.

Hanya dengan kejujuran yang objektif, rasional, dan logislah yang mampu mendidik dan memikul tanggung jawab dengan kesadaran sebagai hamba-Nya.

Kecerdasan yang tercermin dalam kreativitas dan inovasi sebagai penyedia solusi dan pembawa pesan yang mampu disampaikan dengan motivasi dan inspirasi penuh.***

Administrator

Tauhid Menjadi Penentu Selamat Atau Tidaknya Umat Islam

UMBANDUNG.AC.ID, Bandung – Ketua Badan Pembina Harian UM Bandung Dadang Kahmad mengatakan bahwa sesungguhnya masyarakat Sunda itu walaupun tidak ada Islam, tetapi kenyataannya sudah berlaku islami.

“Secara muamalah, orang Sunda itu sudah islami. Mereka nyaah ka nu leutik (menyayangi kepada orang kecil), nyaah ka sasama (menyayangi sesama), tulung-tinulungan (tolong-menolong), soméah hadé ka sémah (ramah ke tamu), dan sebagainya. Mungkin yang harus diperbaiki itu masalah akidah dan tauhidnya,” tutur Dadang saat mengisi kegiatan silaturahmi bakda Idul Fitri di Auditorium KH Ahmad Dahlan lantai tiga UM Bandung pada Rabu (25/04/2024).

Tauhid, lanjut salah satu pendiri Pusat Studi Sunda ini, merupakan aspek yang sangat penting bagi umat Islam. Pasalnya, tauhidlah yang akan menjadi penentu umat Islam itu selamat atau tidak kelak saat sudah ada di negeri akhirat.

Mantan Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Barat ini lantas menyitir QS Az-Zumar aya 65 yang intinya bahwa jika manusia itu berbuat syirik, niscaya akan terhapuslah amalnya dan tentulah manusia termasuk orang-orang yang merugi.

“Jadi, diterimanya amal ibadah, masuk surga atau tidak kita nanti, itu bergantung kepada bagaimana keyakinan atau tauhid kita kepada Allah SWT,” imbuh Dadang yang juga pernah menjabat sebagai Direktur Pascasarjana UIN SGD Bandung.

Selain eks Bupati Purwakarta dan Anggota DPR RI Dedi Mulyadi dan Ketua PP Muhammadiyah Dadang Kahmad, hadir pula pada kegiatan ini kasepuhan dan muwakif Cucu Suryati, Wakil Ketua PWM Jabar Yadi Janwari, dan Ketua PWA Jabar Ia Kurniati.

Hadir juga Direktur RSMB Kautsar Boesari, Rektor Unisa Bandung Tia Setiawati, Camat Panyileukan, Lurah Cipadung Kidul, Polsek Panyileukan, Dirbinmas Polda Jabar Kombes Pol Gunarso, para Wakil Rektor UM Bandung, para dekan, para kaprodi, para kepala lembaga, para kepala bagian, dan sebagainya.

Kegiatan silaturahmi bakda Idul Fitri ini pun dilanjutkan dengan saling bersalaman dan memaafkan di antara pimpinan dan sivitas UM Bandung. Kemudian ditutup dengan makan bersama di balkon lantai empat Auditorium KH Ahmad Dahlan.***(FA)

Administrator

Top! 5 Tim Mahasiswa UM Bandung Lolos Seleksi Pendanaan PKM Tahun 2024

UMBANDUNG.AC.ID, Bandung — Pada tahun ini, sebanyak 5 tim mahasiswa UM Bandung berhasil lolos seleksi pendanaan PKM 8 bidang 2024 yang diumumkan pada Jumat (19/04/2024).

Bidang PKM yang berhasil diraih oleh tim dari UM Bandung adalah PKM Riset Eksakta (PKM-RE) sebanyak empat tim dan PKM Riset Sosial Humaniora (PKM-RSH) sebanyak satu tim.

Pada tahun ini pula UM Bandung berhasil meraih peringkat ke-8 dalam peraihan lolos pendanaan PKM 8 Bidang 2024 dari 35 perguruan tinggi pada lingkup LLDIKTI Wilayah IV.

Perlu diketahui, Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) merupakan kegiatan untuk meningkatkan mutu mahasiswa di perguruan tinggi yang ada di seluruh Indonesia.

PKM berguna untuk menjadikan mahasiswa sebagai masyarakat yang memiliki kemampuan akademis dan dapat menerapkan hingga menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian, dan memperkaya budaya nasional.

PKM 8 bidang tersebut meliputi PKM-RE (Riset Eksakta), PKM-RSH (Riset Sosial Humaniora), PKM-K (Kewirausahaan), PKM-PM (Pengabdian Kepada Masyarakat), PKM-PI (Penerapan Iptek), PKM Karsa Cipta (PKM-KC), PKM-KI (karya Inovatif), dan PKM-VGK (Video Gagasan Konstruktif).

Ketua Bidang Divisi PKM Tim PKM Center UM Bandung Fauzia Ningrum Syaputri memberikan apresiasi dan bersyukur atas capaian yang membanggakan ini.

Fauzia menyampaikan bahwa pencapaian Divisi PKM ini sangat signifikan setelah melalui berbagai proses dan kerja sama semua pihak.

”Semoga tahun depan kita dari Divisi PKM bisa lebih banyak lagi proposal yang lolos seleksi,” ucap Fauzia di UM Bandung pada Senin (22/04/2024).

Nantinya, lanjut Fauzia, pencapaian itu juga menjadi penunjang bagi kampus dalam mengikuti Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) tahun ini.

”Kita secepatnya akan mempersiapkan dan menyelesaikan capaian atau luaran dari proposal yang sudah diajukan sebagai syarat untuk lolos PIMNAS tahun ini,” tegasnya.

Berikut tim mahasiswa UM Bandung yang berhasil lolos seleksi pendanaan PKM 8 Bidang 2024:

Ketua Pengusul: Mahirah Mardiyah, Jenis PKM: PKM-RE, Judul: "Formulasi dan Uji Aktivitas Nano Spray Gel Ekstrak Daun Singkong (Manihot esculenta) sebagai Antioksidan pada Wajah".

Ketua Pengusul: Aflah Afina Nurdin, Jenis PKM: PKM-RE, Judul: "Analisis Kemampuan Bakteri Asam Laktat Weissella paramesenteroides yang diisolasi dari Makanan Fermentasi Kimchi sebagai Kandidat Probiotik."

Ketua Pengusul: Muhammad Farid Maksum, Jenis PKM: PKM-RE, Judul: "Pemanfaatan Limbah Ikan sebagai Sumber Pepton untuk Media Pertumbuhan Bakteri Asam Laktat."

Ketua Pengusul: Ridwan Mu'zizat, Jenis PKM: PKM-RE, Judul: "Uji Aktivitas Ekstrak Buah Pepaya dan Temu Mangga sebagai Anoreksansia Model Uji Anoreksia pada Inovasi Sediaan Marshmallow."

Ketua Pengusul: Putri Wulandari, Jenis PKM: PKM-RSH, Judul: "Aktualisasi Pendidikan Agama Islam Hubungannya Dengan Emotional Spiritual Quotient Pada Remaja Muslim Di Kota Bandung."***(FK)

Administrator

Menjadi Kartini Untuk Bumi

Oleh: Luthfia Hastiani Muharram*

UMBANDUNG.AC.ID -- Tanggal 21 April bertepatan dengan Hari Kartini, hari lahirnya salah seorang sosok perempuan perubahan Indonesia, yaitu Raden Ajeng Kartini. Berturut-turut, tanggal 22 April bertepatan dengan Hari Bumi. Kita dapat mengambil refleksi dari kedua momentum ini.

Hari Bumi (Earth Day) ditetapkan secara internasional tanggal 22 April, dimulai pada 1970. Peringatan ini ditujukan untuk menunjukkan kepedulian dan dukungan terhadap Bumi tempat kita tinggal dan hidup bersama-sama.

Udara yang kita hirup, air yang kita minum, tanah tempat tumbuh sumber pangan yang kita makan, semua berasal dari bumi yang kita pijak bersama.

Tahun-tahun ini kita tengah menghadapi pesatnya jumlah penduduk bumi. Seiring meningkatnya populasi manusia, semakin banyak sumber daya bumi yang dihabiskan.

Begitu juga dengan residu aktivitas yang kita hasilkan. Setidaknya karbondioksida hasil pernapasan, polusi udara dari kendaraan, juga pabrik dan industri-industri untuk memenuhi kebutuhan manusia masa kini.

Belum lagi sampah yang sehari-hari dihasilkan. Saking melimpahnya volume sampah, Bumi kita semakin terbebani. Gunungan sampah meninggi tidak tertampung lagi.

Sampah mengalir ke sungai dan bermuara menghiasi lautan. Sudah penuh di daratan, sampah pun dibakar, menambah warna polusi di angkasa.

Tiga unsur utama kehidupan kita di bumi, yakni tanah, air, dan udara semakin terdampak. Lantas bagaimana nasib bumi dan penghuninya kelak?

Kondisi sekarang, berbagai tanda tidak seimbangnya alam sudah semakin terasa. Perubahan cuaca yang tidak menentu, berdampak pada hasil bumi dan munculnya berbagai penyakit. Banjir sudah jelas lagi.

Jika Bumi diciptakan seperti manusia, dia pasti sangat marah dan payah. Ia sudah protes tidak ingin melayani lagi penghuni Bumi.

Allah SWT sebagai pencipta dan pemelihara Bumi sangat pemurah, Bumi tetap tangguh dan bersahaja. Bumi memberikan teguran halus melalui tanda-tanda untuk kita berpikir.

Mengambil inspirasi dan semangat sosok Kartini, Kartini menjadi pelaku perubahan terhadap permasalahan pada masa itu, yakni akses dan kesempatan pendidikan bagi kaum perempuan.

Dari kegelapan (kebodohan) menjadi cahaya (pendidikan). Kini kita berada pada era yang sangat benderang, khususnya perempuan mendapatkan akses yang luas pada pendidikan, karier, politik, bahkan kepemimpinan.

Mengambil semangat itu, bagaimana kita dapat meneruskan perjuangan Kartini dengan memanfaatkan mudahnya akses pengetahuan dan pendidikan untuk bisa menyelesaikan persoalan kita saat ini, salah satunya bagaimana melestarikan bumi.

Jika Kartini menjadi sosok perubahan permasalahan pada masanya, bagaimana kita juga bisa menjadi agen perubahan berbagai permasalahan pada masa kini.

Perempuan menjadi lakon utama pelaku perubahan. Bagaimana tidak, di tangan seorang perempuan berbagai urusan dan keputusan dilimpahkan.

Urusan rumah, makanan, pakaian, dan pendidikan. Kepedulian dan perubahan yang dimulai oleh perempuan, berdampak besar bagi Bumi. Setiap dari kita adalah Kartini. Menjadilah Kartini, sosok-sosok perubahan untuk Bumi.***

*Dosen Bioteknologi dan Ketua Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Muhammadiyah Bandung

Administrator

Menuju Pendidikan Berkualitas: Merdeka Belajar Sebagai Paradigma Baru

Oleh: Ace Somantri, dosen UM Bandung

UMBANDUNG.AC.ID -- Manusia pada awalnya tidak memiliki pengetahuan apa pun, tetapi dalam jiwa dan tubuhnya terdapat berbagai potensi yang tersimpan.

Tidak ada yang terjadi pada manusia "simsalabim abrakadabra" di dunia ini. Namun, ada sebab-akibat dan proses yang harus dilewati.

Begitu juga dalam dinamika kehidupan dalam sebuah komunitas bangsa dan negara. Mereka berjuang melawan penindasan dan penjajahan hingga meraih kemenangan dan kemerdekaan hakiki.

Ini berarti bahwa setiap tujuan yang dicapai melalui proses yang dijalani dan strategi yang digunakan. Hal yang sama juga berlaku dalam membangun sumber daya manusia melalui pendidikan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi.

Ini merupakan kata kunci mutlak bahwa kemajuan sebuah bangsa dan negara, salah satunya, bergantung pada indeks pendidikan warganya.

Sebagai konsekuensinya, diperlukan sistem pendidikan yang baik dan benar sesuai dengan falsafah negara. Dibutuhkan juga strategi dan mekanisme pendidikan yang dinamis dan adaptif.

Dinamika pendidikan di Indonesia, secara kasatmata selama ini terindikasi mengalami keterlambatan dalam pencapaian, meskipun ada peningkatan anggaran pendidikan.

Pada Maret 2022, menurut data dari Pusat Statistik Pendidikan, sebanyak 59,88 persen penduduk Indonesia menamatkan sekolah dasar dan 29,97 persen memiliki pendidikan menengah.

Data ini dengan jelas menunjukkan bahwa negara kita jauh tertinggal dibandingkan dengan negara lain, di mana rata-rata pendidikan menengah dari penduduknya. Bahkan, ada yang mencapai rata-rata strata pendidikan diploma.

Data ini seharusnya menjadi catatan penting bagi pemerintah dan pihak-pihak terkait yang memiliki tanggung jawab moral akan pentingnya pendidikan.

Keterlibatan organisasi masyarakat seperti Muhammadiyah dalam membangun bangsa melalui pendidikan sangat penting. Namun, kita juga harus mengapresiasi langkah-langkah pemerintah Indonesia melalui kementerian terkait.

Proporsi penduduk yang menamatkan pendidikan tertinggi pada usia 15 tahun ke atas pada Maret 2023 menunjukkan bahwa hanya 30,22 persen yang menamatkan SMA/sederajat dan hanya 10,15 persen yang melanjutkan ke perguruan tinggi (databoks [27/11/2023]).

Upaya keras pemerintah dengan meningkatkan anggaran adalah bukti nyata dari komitmen ini. Namun, hal itu tentu harus perlu diperkuat dengan kebijakan yang agresif dan masif di tingkat pelaksanaan.

Selain penggunaan anggaran yang baik dan benar, penting untuk diketahui bahwa beberapa indikator kemajuan bukan hanya sebatas tamatan pendidikan formal, melainkan kualitas tamatan pendidikan.

Kualitas lulusan adalah kunci dari sistem pendidikan Indonesia. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum harus terus ditingkatkan pada berbagai tingkat pendidikan.

Merdeka belajar, yang telah digulirkan selama beberapa tahun terakhir, merupakan upaya pemerintah untuk membangun tradisi baru dalam pembelajaran.

Pergeseran dari pola pikir dalam ruangan ke pola pikir di luar ruangan telah memberikan warna baru dalam paradigma pendidikan Indonesia.

Pro dan kontra terhadap konsep merdeka belajar dan kampus merdeka (MBKM) sejatinya telah diterapkan sejak lama. Apa pasal? konsep tersebut dapat merangsang para pembelajar untuk memiliki cara berpikir kreatif dan terbuka.

Merdeka belajar adalah hak asasi setiap pembelajar untuk menentukan dan mengembangkan minatnya. Setiap pembelajar berhak mengembangkan minat dan bakatnya tanpa terkungkung kurikulum yang seakan-akan membatasi.

Sebaliknya, pembelajaran yang membatasi atau memaksa tanpa memperhatikan minat, bakat, dan potensi individu dapat dianggap sebagai pelanggaran terhadap hak asasi pendidikan.

Sebelum kebijakan merdeka belajar diimplementasikan, banyak penyelenggara pendidikan yang secara substansial telah menerapkan nilai-nilai merdeka belajar yang disesuaikan dengan minat, bakat, dan potensi pembelajar.

Namun, karena kurangnya familiaritas dengan konsep ini di masyarakat umum secara luas, minatnya pun masih terbatas.

Sebelum adanya kebijakan merdeka belajar, kebanyakan sekolah nonformal yang tidak terlalu kaku telah mengadopsi pendekatan yang lebih fleksibel dan menyesuaikan dengan kebutuhan dan potensi siswa.

Merdeka belajar tidak hanya memfasilitasi kreativitas, tetapi memberikan dorongan bagi kemandirian berpikir khususnya si pembelajar. Tentu konsep ini akan membantu mengembangkan sikap kritis dalam berpikir dan berkarya.

Melalui pendekatan ini, pemahaman antara pelajar dan para pemangku kepentingan akan lebih baik. Dengan demikian, akan lebih mudah untuk menyesuaikan pendekatan pembelajaran dengan kemampuan dan keterampilan individu.

Selain itu, merdeka belajar juga akan memuaskan bagi orang tua yang melihat anak-anak mereka tumbuh dengan sikap mandiri dengan keterampilan yang mumpuni.

Regulasi yang kuat diperlukan untuk memastikan pelaksanaan program ini dapat dipertanggungjawabkan secara transparan dan akuntabel. Ini akan membantu mempercepat peningkatan kualitas pendidikan bangsa Indonesia pada semua tingkatan. Wallahu'alam.***

Administrator

UM Bandung Akan Gelar Workshop Penerapan Disiplin Positif dalam Pengembangan Program Anti Perundungan

UMBANDUNG.AC.ID, Bandung – Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung akan menggelar workshop yang akan diikuti sekitar seratus orang guru bimbingan konseling (PK) SMA, SMK, dan sederajat. 

Acara “Workshop Penerapan Disiplin Positif dalam Pengembangan Program Anti Perundungan” akan berlangsung di Auditorium KH Ahmad Dahlan pada Selasa 30 April 2024. Kegiatan ini akan dilaksanakan dari pukul 07.00 hingga 15.00 WIB dengan diselingi istirahat, makan siang, dan salat.

Tema “Disiplin Positif dalam Pengembangan Program Anti Perundungan” akan diuraikan oleh kader muda Muhammadiyah dan Founder Peace Generation Irfan Amalee.

Sementara itu, tema “Penerapan Disiplin Positif dan Karakteristik Siswa Tahapan Restitusi” (diskusi kelompok dan role play) dan “Mewujudkan Budaya Disiplin Positif Melalui Nilai Kebajikan” (aktivitas kelompok) akan dipandu oleh dosen Psikologi UM Bandung dan praktisi psikologi pendidikan Rika Dwi Agustiningsih.

Ketua Panitia Kegiatan Workshop Riyanda Utari menjelaskan bahwa pengetahuan dan keterampilan guru BK SMA, SMK, atau sederajat dalam memahami dan menerapkan disiplin positif memainkan peran kunci dalam mengembangkan program anti perundungan yang efektif di lingkungan sekolah.

Riyanda mengutarakan, menurut penelitian yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pada 2021, terdapat korelasi signifikan antara pengetahuan serta keterampilan guru BK dalam disiplin positif dengan keberhasilan program anti perundungan di sekolah.

Penelitian tersebut melibatkan 500 guru BK dari berbagai wilayah di Indonesia. Hasilnya ditemukan bahwa sekolah yang memiliki guru BK terlatih dalam disiplin positif memiliki tingkat kejadian perundungan yang lebih rendah hingga 40 persen dibandingkan dengan sekolah yang tidak melaksanakan pelatihan serupa.

“Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa investasi dalam pelatihan dan pengembangan keterampilan guru BK dalam memahami dan menerapkan disiplin positif memiliki dampak positif yang nyata dalam menangani perundungan di sekolah,” tutur Riyanda di UM Bandung pada Senin (22/04/2024).

Guru BK yang mampu mengenali dan mengelola perilaku siswa dengan pendekatan yang positif, lanjut Riyanda, dapat menciptakan lingkungan belajar yang aman, mendukung, dan inklusif bagi semua siswa.

“Oleh karena itu, pelatihan dan peningkatan pengetahuan serta keterampilan guru BK dalam hal ini menjadi sangat penting sebagai bagian dari strategi pencegahan perundungan di sekolah,” tegas Riyanda.

Riyanda menyampaikan bahwa UM Bandung konsisten dalam memberantas perundungan khususnya di dunia pendidikan.

Salah satunya dengan menggelar “Workshop Penerapan Disiplin Positif dalam Pengembangan Program Anti Perundungan” untuk para guru BK.

Menghadirkan dua narasumber ahli, yaitu Irfan Amalee Rika Dwi Agustiningsih, UM Bandung akan menjelajahi strategi dan praktik yang efektif dalam menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan bebas dari perundungan.

“Kami berharap semoga workshop ini menjadi menjadi langkah awal dalam menghadirkan perubahan positif di lingkungan pendidikan kita. Mari bergabung dalam workshop ini untuk mendapatkan keterampilan dalam memahami dan menerapkan disiplin positif,” tandas Riyanda.***(FK/FA)

Administrator