Berita

Ketua BPH UM Bandung: Al-Quran Ajarkan Pesan Toleransi Yang Indah

UMBANDUNG.AC.ID, Jakarta -- Ketua Badan Pembinan Harian (BPH) UM Bandung Dadang Kahmad mengungkapkan bahwa banyak pesan toleransi yang terkandung dalam kitab suci Al-Quran.

Hal itu Dadang sampaikan dalam pengajian Nuzulul Qur’an di Masjid At Tanwir Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Menteng, Jakarta, belum lama ini.

Pesan toleransi itu di antaranya terdapat dalam Al-Quran surah Al-An’am ayat 52:

"Janganlah engkau (Nabi Muhammad) mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan petang hari, sedangkan mereka mengharapkan keridaan-Nya. Engkau tidak memikul tanggung jawab sedikit pun terhadap perbuatan mereka dan mereka (pun) tidak memikul tanggung jawab sedikit pun terhadap perbuatanmu sehingga engkau (tidak berhak) mengusir mereka. (Jika dilakukan,) engkau termasuk orang-orang yang zalim."

Dadang menyebutkan, dalam surat tersebut jelas sekali Al-Quran melarang seseorang mengganggu ibadah yang dilakukan oleh orang lain, baik orang itu beribadah di kuil, gereja, dan sebagainya.

“Ibadah apa pun jangan kamu ganggu, orang beribadah menyembah Tuhannya siang atau malam,” ungkap Dadang yang juga Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini seperti dikutip dari laman resmi Muhammadiyah pada Senin (01/04/2024).

Mengulas makna surah Al-An’am ayat 52, Dadang mengungkapkan bahwa aturan toleran yang diajarkan oleh Al-Quran begitu indah.

Bahkan untuk menjaga peribadatan seseorang, orang yang sengaja mengganggu peribadatan orang lain akan dicap sebagai perbuatan yang sangat zalim.

Selain itu, Al-Quran juga melarang umat Islam melarang sesembahan atau tuhan dari agama lain sebagaimana disebutkan dalam surah Al-An’am ayat 108.

Di tengah kemajemukan umat manusia, Al-Quran sejak awal turunnya telah mengajarkan bagaimana cara hidup agar bisa berdampingan dengan harmonis.

Namun, pada beberapa kejadian, masih terjadi kasus penghinaan terhadap agama lain. Hal itu disebutkan Dadang karena rendahnya literasi umat terhadap rujukan kitab sucinya.

Padahal, Al-Quran merupakan kitab yang mengajarkan manusia untuk menjalin hubungan baik dengan Tuhan, dan dengan manusia.

Oleh karena itu, pada bulan Ramadan yang mulia ini Dadang berpesan supaya umat Islam mendekatkan dan mengakrabkan diri dengan Al-Quran.

Mantan Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Barat ini menjelaskan bahwa jika umat Islam serius dalam mendekati Al-Quran, Al-Quran akan membuka rahasia-rahasia yang ada dalam dirinya.

Sebaliknya, jika Al-Quran hanya diletakkan tanpa interaksi tentu rahasia-rahasia yang terkandung di dalamnya tidak akan tersampaikan.

Maka dari itu, kembali Dadang berpesan supaya bulan Ramadan ini tidak hanya disemarakkan dengan membaca Al-Quran, tetapi harus memahami maknanya.***

___

Sumber: muhammadiyah.or.id

Editor: FA

Administrator

Muhammadiyah Jadi Teladan Praktik Islam Rahmatan Lil Alamin dalam Pembangunan Sosial di Indonesia

UMBANDUNG.AC.ID, Bandung – Dosen UM Bandung Ahmad Rifai mengatakan bahwa secara teologi, kehadiran Islam di muka bumi sebagai rahmatan lil alamin memiliki misi untuk menyelamatkan umat manusia.

Dalam pandangan umum, kata Rifai, sejatinya Islam memiliki fungsi sebagai agama yang mempererat hubungan manusia satu sama lain.

”Agama Islam mengajarkan kepada kita untuk membuat ikatan kekeluargaan ataupun persaudaraan yang intinya itu saling menyayangi satu sama lain,” ucap Rifai seperti dikutip dari Youtube UM Bandung pada Sabtu (30/03/2024).

Kehadiran agama Islam di dunia sebagai rahmatan lil alamin akan mampu memberikan keselamatan bagi manusia.

Implementasi keimanan umat muslim yang diwujudkan dalam bentuk amal saleh ataupun kasih sayang, kata Rifai, menjadi contoh Islam sebagai agama rahmatan lil alamin.

Selain itu, Islam juga banyak sekali memberikan bukti konkret dalam menjalankan misinya sebagai agama rahmatan lil alamin.

”Nabi Muhammad SAW ketika diutus menjadi rasul dan nabi ke dunia, ia memberikan keselamatan bagi umat manusia, mulai dari menghapus perbudakan hingga melarang perzinaan,” imbuh Rifai.

Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar senantiasa melaksanakan berbagai amal kebaikan, khususnya lagi pada bulan Ramadan, karena pahalanya dilipatgandakan.

”Kita melihat umat muslim yang memberikan makan dan minum kepada orang yang berpuasa itu menjadi suatu proses nyata saling mengasihi satu sama lain,” kata Rifai.

Konsep dan praktik rahmatan lil alamin juga, ucap Rifai, sudah dijalankan oleh Muhammadiyah.

Sebagai organisasi Islam, Muhammadiyah telah menunjukkan bukti konkret Islam sebagai agama rahmatan lil alamin.

Misalnya saja Muhammadiyah sudah mendirikan sekolah ataupun rumah sakit (amal usah) bagi masyarakat Indonesia termasuk di daerah timur yang selama ini masih agak tertinggal dalam hal pembangunan.

”Hal tersebut dilakukan karena memang tujuannya itu agar kehadiran Muhammadiyah bisa memberikan dampak atau rahmat dan keselamatan kepada masyarakat,” ungkap Rifai.

Muhammadiyah banyak mendirikan berbagai amal usaha yang bisa dimanfaatkan semua kalangan masyarakat menjadi jawaban bagi tantangan dakwah Islam selama ini.

”Muhammadiyah dengan spiritnya ingin menunjukkan bahwa Islam lahir sebagai agama penyelamat,” terang Rifai.

Oleh karena itu, Rifai mengajak umat muslim untuk menjadikan Islam sebagai agama yang memberikan petunjuk untuk keselamatan dunia dan akhirat.

”Mari kita berislam dengan cara menyemai nilai-nilai kebaikan agar itu semua menjadi rahmat bagi alam semesta,” tandas Rifai.***(FK)

Administrator

Berislam Kontekstual Ala Muhammadiyah

Oleh: Dadang Kahmad, Ketua BPH UM Bandung

UMBANDUNG.AC.ID -- Muhammadiyah dalam abad ke-2 ini dituntut untuk dapat mengembangkan wawasan dan cara beragama yang lebih kontekstual-fungsional.

Sehingga Muhammadiyah menjadi solusi konkret bagi penyelesaian problem masyarakat. 

Kontekstualisasi tersebut di atas, menuntut sebuah keniscayaan untuk berislam secara kontekstual.

Dengan berislam secara kontekstual, Islam dapat disuguhkan secara fungsional, artikulatif, dan transformatif. 

Fungsional artinya dapat memberikan manfaat bagi penyelesaian berbagai persoalan kehidupan.

Artikulatif artinya menjadi tempat pengaduan dan rujukan setiap persoalan.

Adapun transformatif mengandung arti dapat memberikan hidayah perubahan dalam masyarakat, memberikan pencerahan kebudayaan dan peradaban.

Dalam konteks Indonesia, berislam harus sesuai dengan situasi sosial Indonesia.

Jika situasi sosial Indonesia ditandai dengan kemiskinan dan kebodohan, berislam secara kontekstual harus dapat merespons dan menyelesaikan problem kemiskinan dan kebodohan tersebut.

Jika kemiskinan tersebut diakibatkan oleh kemungkaran sosial dan struktur kuasa yang tidak berkeadilan, berislam secara kontekstual di Indonesia, berarti melawan kemungkaran sosial dan mengubah struktur kuasa yang tidak berkeadilan menjadi struktur kuasa yang berkeadilan.

Dengan demikian, berislam secara kontekstual di Indonesia seharusnya lebih menampilkan akhlak sosial.

Kemungkaran sosial dalam bentuk tindakan yang merugikan masyarakat, seperti korupsi, perusakan hutan, dan lingkungan, sedapat mungkin harus dihindari dengan lebih mengedepankan kesalehan sosial. 

Sementara itu, struktur kuasa yang tidak berkeadilan dalam bentuk akhlak kekerasan dan keserakahan, serta ketidakberpihakan kepada kaum duafa, sedapat mungkin harus diubah dengan lebih mengedepankan akhlak kuasa yang berkeadilan.

Berislam yang ditampilkan harus kepekaan kepada krisis sosial.

Oleh karena itu, bentuk perilaku apa pun yang menimbulkan kecemburuan sosial dan mengganggu rasa keadilan adalah bertentangan dengan nilai keberislaman yang sejati. 

Dalam hal ini, memamerkan kepemilikan kekayaan oleh individu ataupun lembaga yang berlimpah di tengah penderitaan masyarakat, tidak sesuai dengan akhlak sosial Islam.

Demikian pula memakai perhiasan yang menyolok mata atau melaksanakan kegiatan di hotel sembari berpesta dengan penuh tawa merupakan perilaku kemungkaran yang bertentangan dengan semangat ajaran tanggung jawab sosial Islam.

Hal utama yang juga penting dalam berislam secara kontekstual di Indonesia adalah pengembangan aspek muamalah.

Berislam yang seharusnya ditampilkan dalam konteks keindonesiaan adalah berislam yang dapat menggiatkan pemberdayaan ekonomi umat, meningkatkan etos kerja, dan berislam yang dapat menjaga kelestarian alam dan keseimbangan lingkungan.

Berislam yang dapat mengawal jalannya ekonomi, politik, dan ekologi melalui etika, moralitas, dan akhlak al-karimah (kejujuran, ketulusan, kerendahan hati, keramahan, adil, dan kedermawanan).

Berislam di Indonesia harus memperkuat ukhuwah dan kerja sama untuk kemanusiaan.

Berislam untuk mengobati yang sakit, memberi makan yang lapar, memberi minum yang haus, menyantuni pengemis, meneduhkan mereka yang kehujanan dan kepanasan, serta menegarkan kembali mereka yang kehilangan keluarga, rumah, dan harta benda.

Dengan demikian, revitalisasi pemikiran keagamaan dalam Muhammadiyah perlu mengembangkan wawasan dan cara berislam yang bersifat kontekstual, khususnya dalam merespons problem kebangsaan di Indonesia.

Dalam realisasinya, berislam secara kontekstual ini memerlukan suatu rancangan teologi baru.

Yakni cara pandang keagamaan yang lebih menekankan pada penajaman akhlak sosial dan pengembangan aspek muamalah.***(SM edisi 06/16-31/2024)

Administrator

Berkah Ramadan, UM Bandung Berbagi Takjil Gratis Kepada Masyarakat

UMBANDUNG.AC.ID, Bandung – Dalam semangat berbagi dan kepedulian terhadap sesama, tim Promosi dan Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung membagikan ratusan porsi takjil kepada masyarakat untuk berbuka puasa Ramadan.

Aksi mulia ini dilaksanakan di depan gerbang masuk UM Bandung pukul 17.00 WIB pada Selasa 26 Maret 2024. Rencananya, berbagi takjil ini akan berlangsung selama Ramadan.

Firman, salah satu staf Promosi dan PMB UM Bandung yang ikut membagikan takjil, mengaku bahagia saat bisa berbagi kebahagiaan kepada masyarakat termasuk juga mahasiswa.

Pembagian takjil gratis ini, lanjut Firman, merupakan wujud nyata dari semangat kebersamaan dan solidaritas umat Islam di bulan suci Ramadan.

"Tujuan utama dari pembagian takjil ini adalah untuk memberikan dukungan moral dan menghidupkan semangat kebersamaan. Terutama kepada mereka yang mungkin kesulitan untuk memenuhi kebutuhan berbuka puasa," ujar Firman.

Selain itu, kegiatan ini juga merupakan bagian dari komitmen UM Bandung dalam mempromosikan kampus kepada masyarakat secara luas.

"Melalui takjil gratis ini, kami berharap dapat membantu meringankan beban sesama saudara kita yang barangkali sedang sulit. Kegiatan ini juga menjadi ajang promosi UM Bandung, terlebih kampus kami saat ini sudah terakreditasi baik sekali dari BAN-PT," tambahnya.

Selain dari Promosi dan PMB, kegiatan berbagi takjil gratis juga dilakukan oleh Lazismu Kantor Layanan UM Bandung.

Lazismu KL UM Bandung membagikan ratusan kolak kepada masyarakat yang sama-sama disambut antusias masyarakat.

Pembagian takjil gratis ini disambut antusias masyarakat yang lewat di Jalan Soekarno-Hatta Nomor 752 atau di depan gerbang masuk UM Bandung.

Mereka di antaranya ada driver ojek online, pemotor, sopir angkot, sopir truk, mahasiswa, pemulung, dan sebagainya.

Dalam suasana sore yang sangat cerah, mereka antre dengan tertib untuk mendapatkan takjil gratis dari Divisi Promosi dan PMB UM Bandung dan juga Lazismu KL UM Bandung.***(FA)

Administrator

Buya Cecep Ajak Umat Muslim Tingkatkan Kualitas Ibadah Saum di Bulan Ramadan

UMBANDUNG.AC.ID, Bandung — Wakil Dekan Fakultas Agama Islam (FAI) UM Bandung Cecep Taufikurrohman mengatakan bahwa dalam menjalankan ibadah saum di bulan Ramadan, umat muslim perlu mengetahui apa saja yang harus dilakukan dan ditinggalkan.

Buya Cecep–sapaan akrabnya–mengatakan dalam sebuah hadis diterangkan bahwa setiap awal malam pertama bulan Ramadan, Rasulullah SAW selalu mengumpulkan para sahabat untuk diberi tahu akan kedatangan syahrun adzim atau bulan yang agung.

”Rasulullah SAW menegaskan bahwa di bulan Ramadan Allah SWT membuka pintu surga dan menutup pintu neraka serta menyeru kepada yang lain untuk melakukan berbagai kebaikan,” ucap Buya Cecep.

Menurut Buya Cecep, ada banyak kebaikan yang bisa umat muslim lakukan saat menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan.

”Dan setiap kebaikan yang kita lakukan selama bulan Ramadan itu Allah SWT lipat gandakan setiap pahalanya,” lanjutnya.

Ketika berada di Ramadan, umat muslim perlu memastikan ibadah saum yang dijalankannya itu merupakan ibadah yang salim.

”Kita perlu menjalankan kebaikan yang mendukung kualitas ibadah saum Ramadan agar bisa diterima oleh Allah SWT,” kata Buya Cecep.

Buya Cecep mengajak umat muslim untuk selalu memperbanyak amal kebaikan selama Ramadan sesuai dengan kemampuan masing-masing.

”Rasulullah SAW memberikan contoh dalam memperbanyak amal saleh seperti membaca Al-Quran, zikir, dan menolong orang lain,” tanggapnya.

Selain amal kebaikan, ada beberapa pantangan yang perlu umat muslim hindari saat menjalankan ibadah di bulan Ramadan.

Di antaranya umat muslim harus meninggalkan perkataan dan perbuatan yang tidak bermanfaat bahkan sampai menyakiti orang lain.

”Allah SWT tidak memiliki kepentingan dengan ibadah seseorang yang melakukan perbuatan tidak bermanfaat dan yang menyakiti orang lain,” ungkap Buya Cecep.

Jika manusia masih menjalankan hal seperti itu, menurut alumnus Universitas Al-Azhar Mesir ini, ibadah saum yang dijalankan mereka tidak akan memiliki kualitas apa pun.

”Kita harus bisa menjadikan ibadah saum sebagai pengantar frekuensi kita semakin dekat dengan Allah SWT,” terangnya.

Maka dari itu, menurutnya, umat muslim perlu menjadikan ibadah saum sebagai cara untuk membentengi diri dari segala keburukan.

”Maka dari itu kita harus memposisikan ibadah saum kita sebagai ibadah yang bermutu dan dapat mengantarkan kita ke derajat kemuliaan di sisi Allah SWT,” tandasnya.***(FK)

Administrator

Bisa Masuk Tanpa Tes, UM Bandung Sediakan Jalur Undangan Bagi Siswa Yang Tak Lolos SNBP

UMBANDUNG.AC.ID, Bandung — Sebanyak 40 perguruan tinggi negeri (PTN) di seluruh Indonesia serempak mengumumkan hasil Seleksi Nasional Berbasis Prestasi (SNBP) tahun 2024 pada Selasa (26/03/2024).

Pengumuman berlangsung pada pukul 15:00 WIB melalui website utama Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru Balai Pengelolaan Pengujian Pendidikan (SNPMB BPPP) dan 40 link PTN Mirror yang tersedia.

Pada tahun ini, ada sebanyak 702.312 siswa dari seluruh sekolah di Indonesia yang mendaftar ke berbagai perguruan tinggi negeri.

Mengutip akun Youtube resmi SNPMB BPPP, kuota pada SNBP sendiri sebanyak 166.460 dari keseluruhan kuota SNMPB tahun ini yakni 589.442 orang.

Adapun jalur masuk perguruan tinggi negeri lainnya yakni Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) dan jalur mandiri.

Dalam hal ini, SNBT memiliki kuota penerimaan mahasiswa sebesar 246.667 orang, sedangkan kuota jalur mandiri sebesar 176.315 orang.

Para peserta jalur SNBP yang sudah dinyatakan lulus harus segera daftar ulang. Jika tidak daftar ulang, para peserta akan kehilangan kesempatan dalam pendaftaran.

Dalam mengatasi para peserta yang tidak lolos SNBP, perguruan tinggi swasta di seluruh Indonesia juga menyelenggarakan penerimaan mahasiswa baru.

Salah satu perguruan tinggi swasta di Bandung yakni Universitas Muhammadiyah Bandung (UM Bandung) menyediakan jalur undangan yang tepat untuk para siswa.

Jalur undangan sendiri merupakan jalur masuk kuliah yang diperuntukan bagi calon mahasiswa baru yang pernah mengikuti ujian masuk PTN seperti SNBP.

Para siswa cukup melampirkan kartu ujian masuk PTN yang pernah diikuti tanpa harus mengikuti ujian lainnya.

UM Bandung yang bernaung di bawah Muhammadiyah ini menyediakan 18 program studi dari 4 fakultas, yakni Fakultas Sains dan Teknologi, Fakultas Sosial dan Humaniora, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, dan Fakultas Agama Islam.

Saat ini, UM Bandung sudah memasuki gelombang pendaftaran pertama hingga April 2024. Bagi para lulusan SMA/SMK/MA yang ingin mendaftar, bisa langsung mengakses website https://pmb.umbandung.ac.id/.

Bisa juga melihat update informasi terbaru UM Bandung di Instagram & TikTok @umbandung, Facebook @pmbuniversitasmuhammadiyahbandung, Youtube @universitasmuhammadiyahbandung.***(FK)

Administrator