Berita

Pergaulan Lingkungan Berpotensi Sebabkan Penyalahgunaan Napza

UMBANDUNG.AC.ID, Bandung – Belakangan ini penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif (Napza) kian meningkat di kalangan masyarakat. Padahal, hal tersebut sebetulnya bisa digunakan secara baik sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.

Begitulah salah satu poin penting yang mengemuka pada talkshow inspiratif prodi Farmasi UM Bandung di Auditorium KH Ahmad Dahlan lantai tiga kampus pada Rabu (13/07/2022).

Dwintha Lestari sebagai pembicara acara mengatakan bahwa dalam dunia medis obat-obatan yang tergolong narkotika digunakan untuk pengobatan. Kemudian digunakan juga saat melakukan operasi pada pasien.

”Namun, beberapa obat tersebut sering disalahgunakan oleh kalangan tertentu, seperti artis untuk meningkatkan adrenalin mereka,” ucap Dwintha Lestari.

Perempuan yang didapuk menjadi salah satu dosen terbaik UM Bandung ini juga menyoroti penyalahgunaan narkotika pada kalangan remaja yang semakin mengkhawatirkan kondisinya.

Menurut Dwintha Lestari, penyalahgunaan narkotika di kalangan yang sangat rentan ini diakibatkan oleh pergaulan lingkungan sekitar yang kurang terkontrol.

”Hal ini yang mesti diwaspadai oleh kita semua. Dari pergaulan ini biasanya diawali dengan ajakan untuk merokok yang kemudian beberapa di antaranya menjurus penggunaan obat suntik,” lanjut Dwintha Lestari.

Hidup sehat

Dosen Farmasi UM Bandung ini mengungkapkan tak sedikit efek yang dirasakan ketika seseorang menggunakan Napza.

Misalnya, memberikan efek senang, bertenaga, bergairah, tenang, dan beberapa efek negatif lainnya.

”Padahal, semua itu sebetulnya bisa kita dapatkan tanpa harus menggunakan Napza. Kita bisa memulainya dari pola hidup sehat sehingga kita tetap bisa bahagia dan bergairah,” tandasnya.

Pembicara yang lain, yakni Asti Yunia Rindarwati, menyoroti soal penggunaan Napza yang berlebihan.

Menurut Asti, jika ada seseorang yang ketergantungan Napza, maka itu akan sulit dilepaskan dan dihentikan.

Jangan coba-coba

Zat adiktif, sambung Asti, susah untuk dilepaskan. Oleh karena itu, ia mengimbau agar jangan coba-coba menggunakan Napza.

Selain itu, kata Asti jangan pula disalahgunakan karena bisa berpengaruh pada perilaku dan psikologi.

Tidak hanya itu, bila obat yang digunakan tidak sesuai dengan petunjuk tidak akan menimbulkan efek terapi, tapi menimbulkan efek toxic atau efek samping yang kurang baik.

”Penggunaan dengan cara tersebut akan berakibat atau bereaksi toxic dan menimbulkan adiksi, hal itu juga ditimbulkan akibat penggunaan yang sangat berlebihan,” katanya.

Sejak 2015, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sudah mengatur alur produksi obat-obatan seperti pemroduksian dan penjualan.

”BPOM waktu itu membuat suatu aturan untuk pelayanan distribusi, penyimpanan, dan pelaporan obat-obat tertentu,” terangnya.*** (FK)

Administrator

Top! Jurnal Studi Islam Fastabiq UM Bandung Raih Sinta 4 dari Kemendikbudristek

UMBANDUNG.AC.ID, Bandung -- Jurnal Studi Islam Fastabiq di bawah pengelolaan Fakultas Agama Islam UM Bandung berhasil meraih akreditasi Sinta 4 dari Kemendikbudristek pada awal Juni 2022.

“Kami bersyukur jurnal yang kami kelola akhirnya meraih sinta 4,” tutur pengelola Fastabiq Sopaat Rahmat Selamet di kampus UM Bandung pada Rabu (13/07/2022).

Jurnal Fastabiq bertujuan menyebarluaskan hasil penelitian atau kajian tentang perkembangan ilmiah studi Islam yang mencakup beberapa aspek kajian.

Misalnya Pendidikan Islam, Pendidikan Anak Usia Dini, Ekonomi Syariah, Hukum Keluarga Islam, dakwah, Komunikasi Penyiaran Islam, Pemikiran Islam, Tafsir Al Quran, Tafsir Hadis, dan Sosial Budaya (humaniora).

Dosen turut mengapresiasi

Kang Sopaat bersyukur karena semua dosen di Fakultas Agama Islam UM Bandung mengapresiasi dan mendukung jurnal studi Islam Fastabiq ini.

“Jurnal ini terbit berkala setahun dua kali. Tulisan tersebut berasal dari hasil penelitian ilmiah dari akademisi UM Bandung dan pemerhati studi Islam,” kata Kang Sopaat.

Dosen UM Bandung itu berharap dengan terakreditasinya jurnal Fastabiq di Kemendikbudristek menjadi motivasi bagi akademisi UM Bandung untuk menghadirkan penelitian dan artikel ilmiah.

Selain itu, tutur Kang Sopaat, terakreditasinya Fastabiq bisa menjadi pemantik bagi jurnal-jurnal lain pada prodi atau fakultas di bawah naungan UM Bandung. Pun mampu menerbitkan dan mengelolanya secara konsisten.

“Ini juga yang menjadi harapan dari Warek I UM Bandung ketika memberikan arahan. Bahkan, kita berharap jurnal di UM Bandung bukan saja terakreditasi jurnal nasional, melainkan masuk jurnal bereputasi internasional,” tandas Kang Sopaat.

Iklim akademik

Sopaat mengajak para dosen untuk menghidupkan kegiatan ilmiah yang menghasilkan luaran dalam bentuk artikel jurnal.

“Semua kegiatan itu saya kira sangat penting karena tugas kita sebagai dosen adalah meneliti dan menulis. Dan kita harus memaksimalkan jurnal Fastabiq ini khususnya, juga jurnal-jurnal lainnya,” tutur sejarawan muda Muhammadiyah pengagum KH Ahmad Dahlan ini.

Sopaat berpesan agar para dosen dan kaprodi bisa memotivasi mahasiswanya agar produktif menghasilkan artikel ilmiah dan mensitasinya dari jurnal.*** (FA)

Administrator

Komisi Penyiaran Indonesia dan UM Bandung Perkuat Kerja Sama

UMBANDUNG.AC.ID, Bandung – UM Bandung menerima kunjungan Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Barat dan menandatangani naskah kerja sama kedua lembaga di Rektorat UM Bandung pada Kamis (09/03/2023).

Hadir dalam kegiatan ini Rektor dan Wakil Rektor II UM Bandung, Wakil Ketua dan Komisioner KPID Jawa Barat, Dekan dan Wakil Dekan Fakultas Sosial dan Humaniora, serta ketua dan para dosen program studi Ilmu Komunikasi UM Bandung.

Usai pertemuan, Wakil Ketua KPID Jawa Barat Achmad Abdul Basith menyampaikan bahwa selain memformalkan kolaborasi yang terlaksana sebelumnya, KPID Jawa Barat juga mengajak UM Bandung terlibat dalam program-program yang sudah ada. 

MoU untuk memformalkan kolaborasi yang selama ini sebenarnya sudah dilakukan antara KPID Jawa Barat dan UM Bandung," tutur Achmad.

"Setelah ini akan ada program-program kolaborasi. Misalnya soal siaran moderasi beragama, pemberdayaan siaran perempuan dan anak, pembinaan ekosistem radio dan televisi, kami mengajak UM Bandung untuk ikut terlibat dalam program-program itu,” ucap Achmad.

Ia juga menyampaikan bahwa untuk memberikan pemahaman seputar literasi media kepada mahasiswa, KPID Jawa Barat akan segera melaksanakan kegiatan bersama UM Bandung.

“Program terdekat kami salah satunya soal literasi media. Kita akan belajar bersama dengan mahasiswa untuk memahami ekosistem media hari ini termasuk juga soal Undang-Undang (UU) Penyiaran dan Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS),” kata Achmad.

Achmad mengatakan melalui program sekolah P3SPS dengan membedah aturan dalam UU Penyiaran, mahasiswa dapat mengetahui konten mana yang sesuai dan tidak sesuai dengan regulasi.

“Kita bedah aturannya sehingga mengetahui mana konten yang sesuai dan tidak sesuai dengan regulasi sehingga yang tidak sesuai itu KPID Jawa Barat bisa menindaklanjuti dengan mengedukasi dan memberi teguran,” tutur Achmad.

Dengan adanya MoU ini Achmad berharap dapat bersama-sama mewujudkan program kolaborasi.

“Kami berharap ini tidak hanya formalitas atau hitam di atas putih, tetapi ada tindak lanjut dari program kolaborasi, baik yang diinisiasi oleh KPID Jawa Barat maupun UM Bandung,” harap Achmad.

Selain itu, ia juga berharap dengan kerja sama ini dapat mewujudkan warga Jawa Barat yang bisa menjaga mata dan telinga.

Artinya warga yang dapat memilah dan memilih mana program televisi dan radio yang layak atau tidak untuk tayang.

Sementara itu, Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi UM Bandung Euis Evi Puspitasari mengaku bahwa adanya kerja sama dengan KPID Jawa Barat dapat memberikan banyak manfaat, khususnya untuk mahasiswa UM Bandung.

Ada beberapa agenda kerja sama yang akan ditindaklanjuti oleh kedua lembaga khususnya program studi Ilmu Komunikasi.

Di antaranya dalam waktu dekat tim dosen akan melaksanakan penelitian yang berkait dengan program moderasi beragama.

"Mahasiswa juga nantinya bisa magang di KPID. Kemudian nanti akan ada pelatihan mahasiswa untuk menjadi reporter, juga belajar intensif, menjadi jurnalis," tandas Euis.

Mahasiswa yang magang di KPID, tutur Euis, untuk menjadi tenaga pengawas terhadap konten televisi dan radio.

Di antaranya mengawal program perlindungan anak dan perempuan agar konten pemberitaan di televisi dan radio ramah perempuan dan anak.

Kerja sama lainnya, kata Euis, yakni para komisioner KPID Jawa Barat dapat diundang menjadi narasumber atau dosen tamu dalam proses perkuliahan di UM Bandung.***(FK/MPAF)

Administrator

Tiga Kunci Kesuksesan Kampus Menurut Wakil Rektor UM Bandung

UMBANDUNG.AC.ID, Bandung – Wakil Rektor I UM Bandung Dr Hendar Riyadi MAg mengatakan bahwa minimal ada tiga hal yang akan membuat sebuah kampus menjadi kuat dan hebat.

Pertama, arsitektur pendidikannya. Kedua, masifnya riset dan publikasi karya ilmiah. Ketiga, adanya pelayanan publik yang berkualitas.

Hendar Riyadi menuturkan para pendiri UM Bandung percaya bahwa visi akademik Islamic Technopreneurial University akan mampu mempromosikan arsitektur pendidikan, riset, dan pelayanan publik yang kuat dan hebat.

Semua itu, kata Hendar Riyadi, dalam rangka menyiapkan sumber daya manusia masa depan yang berintegritas, islami, memiliki kemampuan leadership dan kemandirian, serta keterampilan wirausaha dengan kecakapan teknologi.

”Dengan demikian, mereka akan mampu berkontribusi meningkatkan kesejahteraan dan daya saing bangsa dalam percaturan global,” ucap Hendar Riyadi saat menjadi pemateri dalam kegiatan ”Mimbar Iqra” di ruang pertemuan lantai 5 UM Bandung pada Selasa (16/08/2023).

Kemudian Hendar Riyadi menjelaskan terkait empat prinsip Islamic Technopreneurial University yang menunjang kesuksesan UM Bandung.

Pertama, nilai-nilai Islam. Ini menjadi nilai dasar, prinsip universal, dan spirit peradaban. Kedua, kemandirian. Hal ini terkait dengan kemerdekaan ekonomi, politik, dan sosial.

Termasuk juga soal pentingnya kolaborasi, menguasai teknologi, hingga koneksi bisnis.

Ketiga, leadership atau kepemimpinan. Hal ini termasuk di dalamnya kepeloporan, manageral skill, komunikasi, dan sebagainya.

Keempat, manfaat. Yakni segala hal yang dilakukan harus memberikan manfaat dan berdampak positif hingga konstruktif secara luas.

”Pada intinya, UM Bandung memandang bahwa agama (Islam), sains, teknologi, seni, dan entrepreneurship (kewirausahaan) merupakan kesatuan senyawa yang tidak bisa dipisahkan,” tandas Hendar Riyadi.

Melestarikan tradisi keilmuan

Penggagas Mimbar Iqra UM Bandung Roni Tabroni mengatakan bahwa kegiatan diskusi semacam ini berlangsung dalam rangka memelihara tradisi akademik dan kelimuan di UM Bandung. Terlebih sivitas yang aktif sebagai aktivis di Muhammadiyah.

”Ini forum yang sangat baik untuk mendiskusikan berbagai hal. Termasuk inovasi, produk, pemikiran, pengabdian, dan sebagainya. Dengan diskusi semacam ini, kita bisa menyerap berbagai ilmu pengetahuan dan beradu gagasan,” kata Roni.

Ada sekira dua puluhan dosen hingga mahasiswa yang mengikuti kegiatan ini. Mereka tampak antusias mengikuti dan berdiskusi di forum ini dengan suasana akrab dan santai.***(FA)

Administrator

Dosen UM Bandung Ajak Generasi Muda Terlibat Dalam Transformasi Industri Pertanian

UMBANDUNG.AC.ID, Bandung – Dosen prodi Agribisnis UM Bandung Alghif Aruni Nur Rukman mengatakan bahwa peran koperasi dalam struktur kelembagaan pertanian Indonesia masih relevan.

Terutama karena kondisi struktural pertanian yang belum banyak berubah, khususnya dalam hal kepemilikan lahan.

Hal itu Alghif sampaikan saat menjadi pemateri dalam kajian rutin Mimbar Iqra edisi ketujuh di kampus UM Bandung pada Selasa (15/11/2023).

Perdebatan seputar status Indonesia sebagai negara agraris juga muncul, kata Alghif, karena kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang tidak lagi dominan.

“Sementara itu, pada sisi lain transformasi ekonomi yang diharapkan masih tertunda, dengan masih tingginya jumlah tenaga kerja di sektor pertanian,” tutur Alghif.

Menurut Alghif, transformasi ekonomi yang belum tercapai juga tercermin pada pilihan kelembagaan pertanian, khususnya dalam bentuk koperasi.

Alghif berharap koperasi menjadi wadah bagi para petani untuk bersatu.

Namun, perubahan fokus dari komoditas tunggal ke multiple commodity telah mengurangi fokus koperasi, mengarah pada kebergantungan pada bantuan pemerintah.

Kondisi ini, kata Alghif, membawa dampak negatif bagi petani ketika arah pembangunan pemerintah berubah dan pasar global tanpa batas serta persaingan dengan perusahaan besar atau multinasional menuntut kelembagaan yang kuat bagi para petani.

Tantangan anak muda

Salah satu sorotan penting adalah minimnya minat generasi muda terhadap sektor pertanian karena kurang sesuainya dengan ekspektasi dan budaya mereka saat ini.

Alghif mengungkapkan bahwa budaya kebebasan dan teknologi tinggi sulit diterapkan dalam sektor pertanian yang terbatas oleh lahan dan daya tarik finansial yang rendah.

Namun, Alghif percaya bahwa koperasi pertanian bisa menjadi solusi dengan mempertemukan produsen atau petani dan generasi muda.

Dia menekankan pentingnya mengubah paradigma koperasi, menjadikannya tempat bisnis yang menarik bagi anak muda, melibatkan mereka dalam transformasi industri pertanian.

Selain itu, Alghif juga mengusulkan beberapa model koperasi yang bisa menarik minat generasi muda.

Misalnya koperasi model generasi baru, koperasi multipihak, dan platform cooperative yang melibatkan teknologi digital.

“Dengan adanya kemampuan produksi dan ide-ide inovatif dari generasi muda, koperasi pertanian dapat menjadi jembatan untuk transformasi industri pertanian yang lebih maju, mendorong hilirisasi, dan komersialisasi produk pertanian,” tegas Alghif.

Melalui perubahan paradigma dan keterlibatan generasi muda, harapannya adalah koperasi pertanian dapat menawarkan kesempatan yang menarik bagi para pemuda yang ingin berkontribusi pada pertanian serta menghasilkan kesejahteraan bagi petani.

Alghif menegaskan pentingnya menghidupkan kembali peran pertanian dalam kehidupan manusia.

Ia pun merujuk pernyataan Ibnu Khaldun yang mengatakan bahwa pertanian adalah keahlian tertua yang menyempurnakan kehidupan manusia.

Seperti biasa, di samping penggagas Roni Tabroni, Mimbar Iqra UM Bandung ini juga dihadiri puluhan mahasiswa hingga perwakilan tenaga kependidikan.

Kajian rutin berjalan santai dan serius sembari ditemani kudapan tradisional khas Sunda.***(FA)

Administrator

Dosen UNPAD Soroti Isu ESG Dalam Sustainable Finance di Mimbar Iqra UM Bandung

UMBANDUNG.AC.ID, Bandung – Ketua Pusat Studi Manajemen dan Bisnis FEB UNPAD Yudi Ahmad Faisal mengatakan bahwa tema yang berkaitan dengan sustainable finance atau keuangan yang berkelanjutan saat ini sedang banyak dikaji dan dikembangkan.

”Sustainable finance merupakan paradigma baru dan bagi saya ini bidang yang menarik karena belum banyak orang yang masuk,” tutur Yudi saat menjadi pemateri dalam Mimbar Iqra edisi kedua yang berlangsung di Ruang Pertemuan lantai 5 UM Bandung pada Selasa (29/08/2023).

Para pakar di belahan dunia, kata Yudi yang juga dosen UNPAD, sebetulnya sudah menyarankan untuk mengubah paradigma sistem keuangan.

Kenapa perlu visi baru dalam pengembangan sistem keungan? Apakah ada yang salah dengan sistem keuangan sekarang?

Yudi lantas mengutip pendapat Joseph E Stiglitz (salah satu penerima Nobel bidang Ekonomi) yang mengatakan bahwa market economy (ekonomi pasar) pada kenyataannya belum berhasil memberikan kemakmuran dan kesejahteraan bagi masyarakat saat ini.

Kata Josep E Stiglitz justru market economy berpotensi memberikan ekonomi yang destruction.

”Kalau kita melihat global financial crisis, ini terjadi hampir per satu dekade. Dalam setiap sepuluh tahun itu ada saja. Misalnya dulu ada krisis moneter. Ada dua isu kenapa global financial crisis ini muncul. Pertama, isu governance (tata kelola). Kedua, isu pengembangan instrumen-instrumen keuangan yang spekulatif,” kata Yudi.

Menurut Joseph E Stiglitz bahwa dominan view dari pengembangan keuangan ini adalah bagaimana instrumen dan sistem keuangan memaksimalkan kekayaan para pemegang saham.

Pertanyaannya, kata Yudi, kalau dikaitkan dengan konteks saat ini, berapa persen orang Indonesia yang menguasai 90 persen kekayaan Indonesia?

Kata Yudi, mungkin masih di kisaran angka 2 hingga 5 persen saja.

Hal ini kata Yudi cukup berbahaya. Apalagi kalau paradigma keuangan adalah untuk memaksimalkan profit atau keuntungan para pemilik modal.

Kata Joseph E Stiglitz, ungkap Yudi, bisakah membuat sistem keuangan yang juga diarahkan kepada masyarakat secara umum dan kepada kebahagiaan mereka.

Pada satu sisi, Joseph E Stiglitz menyarankan untuk mengubah paradigma sistem keuangan saat ini. Ini adalah tantangan yang kemudian memuncul istilah sustainable finance.

”Jadi, ini termasuk jarang bahwa bagaimana sistem dan instrumen keuangan mulai diarahkan juga untuk memproteksi environment (lingkungan), sosial, dan governance (ESG). Dahulu boro-boro diarahkan seperti ini. Sekarang ESG ini istilahnya sedang happening,” imbuh Yudi.

Menurut Yudi, saat ini, para bankir, institusi keuangan, pemerintah yang punya dana, untuk membangun infrastruktur, sudah mulai diarahkan, mulai ada istilahnya intellectual tsunami, untuk meminta mereka mempertimbangan isu-isu yang berkaitan dengan ESG dalam memberikan pendanaan kepada project-project tertentu.

”Mungkin nanti kita akan sering mendengar istilah ESG. Jadi, sekarang bukan lagi berbicara corporate social responsibility (CSR), sudah jauh daripada itu, perusahaan saat ini bicaranya ESG. Hal ini harus diketahui juga terutama sektor keuangan yang nanti ingin masuk ke sektor-sektor aktivitas tersebut,” tandas Yudi.

”Saya berharap dari diskusi ini ada insight atau penambahan wawasan yang bisa dikembangkan dalam konteks keilmuan di UM Bandung,” pungkas Yudi yang juga Pengurus Pusat MES.

Mimbar Iqra edisi kedua ini dihadiri Wakil Rektor I UM Bandung Hendar Riyadi, Dekan FEB Ia Kurnia, inisiator Mimbar Iqra Roni Tabroni, para dosen, perwakilan mahasiswa dan tenaga kependidikan. Selepas pemaparan materi, narasumber dan peserta Mimbar Iqra pun berdiskusi terkait tema.***(FA)

Administrator