Berita

Membangun Jiwa Technopreneur, Kemensenra BEM UM Bandung Gelar Pop Up Market

UMBANDUNG.AC.ID, Bandung -- Kementerian Seni, Budaya, dan Olahraga (Kemensenra) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung menyelenggarakan acara Pop Up Market Local Collective pada Selasa (17/12/2024). Bertempat di kantin kampus, acara ini menjadi wadah bagi mahasiswa UM Bandung dari berbagai program studi untuk memamerkan hasil usaha dan jasa mereka.

Kepala Kemensenra Muhammad Hibar Rafi menjelaskan bahwa acara ini bertujuan untuk menumbuhkan jiwa technopreneur di kalangan mahasiswa UM Bandung, sejalan dengan visi kampus sebagai Islamic Technopreneurial University. Menurutnya, kegiatan ini memberikan ruang bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan tugas akhir mereka dalam bentuk usaha yang berkelanjutan.

“Biasanya, mahasiswa dari berbagai program studi ada yang membuat usaha sebagai tugas akhir. Dengan adanya Pop Up Market, hasil tugas akhir tersebut dapat tersalurkan dan tidak hanya berhenti di situ saja,” ujar Hibar.

Acara ini menghadirkan berbagai bazar dengan produk-produk menarik yang menyasar kebutuhan mahasiswa. Beragam barang, seperti aksesori, layanan shoes wash, nail art, bag charm, pakaian, lukisan, gesut baju, rajutan, dan kopi turut meramaikan acara. Keberagaman produk tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung. “Acara ini sangat seru dan saya bisa membeli berbagai kebutuhan di sini,” kata Rizdan, salah satu konsumen yang hadir.

Tidak hanya bazar, Pop Up Market juga dimeriahkan oleh berbagai agenda menarik lainnya, seperti workshop dan jamming session. Kegiatan ini memberikan pengalaman berbelanja yang lebih interaktif sekaligus menghibur pengunjung.

Namun, pelaksanaan acara ini tidak lepas dari tantangan. Menurut Hibar, salah satu kendala yang dihadapi adalah sedikit terganggunya jadwal acara karena kampus kedatangan tamu dari luar pada hari yang sama. “Kami sudah merencanakan acara ini sekitar tiga minggu sebelumnya. Namun, karena hari ini kampus kedatangan tamu dari luar, beberapa rencana harus sedikit tergeser,” ujarnya.

Meskipun demikian, antusiasme peserta dan pengunjung tetap tinggi. Acara ini mendapat apresiasi dari mahasiswa yang merasa bahwa kegiatan seperti ini dapat memperkuat semangat technopreneur sekaligus memberikan pengalaman nyata dalam berbisnis.

Acara Pop Up Market Local Collective diharapkan dapat menjadi langkah awal untuk mendorong mahasiswa mengembangkan jiwa technopreneur mereka. Melalui kegiatan ini, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Bandung tidak hanya belajar secara teoritis tetapi juga mendapatkan pengalaman langsung dalam mempraktikkan ilmu mereka di dunia nyata.

Dengan dukungan penuh dari pihak kampus dan BEM, Pop Up Market menjadi bukti nyata bahwa sinergi antara pendidikan dan kreativitas dapat menciptakan peluang baru bagi mahasiswa untuk berinovasi dan berwirausaha.***(Ghibran/Arini)

Administrator

Muhammadiyah Mengantarkan Umat ke Pintu Surga Jannatun Naim

Oleh: Dadang Kahmad (Ketua Badan Pembina Harian UM Bandung)

UMBANDUNG.AC.ID -- "Maka dengan Muhammadiyah ini, mudah-mudahan umat Islam dapatlah diantarkan ke pintu gerbang surga jannatun na'im dengan keridaan Allah Yang Rahman dan Rahim.

Pernyataan tersebut merupakan alinea terakhir dalam muqaddimah anggaran dasar Muhammadiyah. Di dalamnya menyiratkan optimisme di setiap warga Muhammadiyah yang didorong dari keyakinan yang kuat bahwa organisasi Muhammadiyah ini merupakan jalan yang lurus yang harus ditempuh oleh segenap kaum muslimin agar sampai ke pintu gerbang surga jannatun na'im.

Muhammadiyah yang didirikan 112 tahun yang lalu, merupakan organisasi Islam tertua di Indonesia yang masih berdiri kokoh dan bersinar seperti matahari yang dijadikan lambang organisasi. Sebagaimana sifat matahari yang terus memberi manfaat ke seluruh dunia dan tidak mengalami pasang surut sebagaimana benda langit lainnya. Matahari dipakai sebagai sumber energi yang melimpah yang diperlukan sejak dulu sekarang dan masa yang akan datang.

Sebagai organisasi dakwah Islam Muhammadiyah, mendidik penganutnya untuk selalu berpedoman kepada Al-Quran dan As-Sunnah, mengamalkan ajaran Islam dengan konsisten, serta mempunyai akidah tauhid yang sangat murni. Walaupun menganjurkan berijtihad di bidang muamalah, tetapi sangat puritan di dalam akidah dan Ibadah mahdah. Sehingga memberikan keyakinan kepada anggotanya bahwa inilah jalan yang lurus, jalan yang akan membawa kepada kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Muhammadiyah adalah "bunyanun marsus", bangunan yang kokoh tempat berjuangnya umat Islam dalam menjalankan agamanya dan menyebarkan ajarannya ke segenap pelosok dunia dan ke segenap bangsa. Bangunan kokoh yang laksana benteng pertahanan dipakai sebagai tempat merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi gerak langkah dakwah amar makruf nahi mungkar.

Bunyanun marsus adalah bentuk barisan ideal dalam berjuang yang sangat disukai Allah sebagaimana disebut dalam surah Shaf ayat 4, "Innallaha yuhibbulladzina yuqatiluuna fi sabilihi shaffan ka annahum bunyaanum marshush", "Sesungguhnya Allah mencintai orang- orang yang berperang di jalan-Nya dalam satu barisan, seakan-akan mereka suatu bangunan yang tersusun kokoh."

Sebagai bangunan yang kokoh, Muhammadiyah memberikan rasa aman kepada anggotanya yang aktif baik di persyarikatan maupun di Amal Usaha Muhammadiyah (AUM). Kekokohan itu tercermin dalam kejelasan ideologi dan strategi ataupun dalam perjalanan praksisnya.

Optimisme setiap anggota Muhammadiyah menjadikan roda organisasi terus berputar menuju tujuan yang dicita-citakan terbentuknya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Mengubah tatanan kehidupan masyarakat agar sesuai dengan ajaran Islam. Masyarakat yang memahami dan menerapkan prinsip Islam dan menjalankannya dengan baik tanpa terpengaruh oleh budaya atau tradisi yang bertentangan dengan akidah islam.

Dapat dibayangkan jika tujuan itu berhasil, maka akan terwujud masyarakat Islam yang aman, sejahtera, damai, dan bahagia. Gemah ripah repeh rapih, tata tentrem kerta raharja. Kehidupan surgawi akan diraih tidak hanya di akhirat, tetapi kaum muslimin akan merasakannya sejak di dunia ini. Bebas dari keterbelakangan dan kemiskinan memetik kehidupan bahagia yang berkemajuan. fiddunyaa hasanah, wafil akhirati hasanah, di dunia bahagia dan di akhirat bahagia.

Administrator

UM Bandung Bersama 99 Kampus Wujudkan Kawasan Bebas Sampah

UMBANDUNG.AC.ID, Bandung -- Penanganan sampah menjadi isu serius di Indonesia, termasuk di Kota Bandung. Untuk menghadapi persoalan ini, Pemerintah Kota Bandung bersama LLDIKTI Wilayah IV meluncurkan Program Penanganan Sampah (PPS) yang melibatkan 99 perguruan tinggi swasta, termasuk Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung. Program ini berlangsung selama sebulan penuh, dari 1 hingga 30 November 2024, sebagai bagian dari tridharma perguruan tinggi melalui pengabdian kepada masyarakat.

UM Bandung mendapatkan tugas di dua kelurahan, yaitu Kelurahan Cisaranten Kidul dan Kelurahan Cimincrang, Kecamatan Gedebage, Kota Bandung. Kelurahan Cisaranten Kidul, yang merupakan kelurahan terluas di Kota Bandung dengan 5.365 kepala keluarga, menghadapi tantangan pengelolaan sampah karena minimnya wilayah yang masuk dalam Kawasan Bebas Sampah (KBS).

Luthfia Hastiani Muharram, penanggung jawab tim pengabdian kepada masyarakat UM Bandung, menjelaskan bahwa masyarakat di Kelurahan Cisaranten Kidul, khususnya di RW 06 dan RW 08, belum memahami pentingnya pemilahan sampah secara mendetail.

”Mayoritas warga hanya memahami perbedaan sampah organik dan anorganik. Bahkan, beberapa masih beranggapan bahwa pemilahan sampah adalah tugas pengangkut sampah,” ujarnya.

Untuk mengatasi kendala tersebut, tim mahasiswa UM Bandung mengembangkan metode edukasi yang beragam. Mereka menggunakan pendekatan Door to Door Education (DTDE) dengan mendatangi rumah-rumah warga, memberikan edukasi komunal melalui kegiatan masyarakat seperti Posyandu dan pengajian, serta melibatkan anak-anak TK melalui metode inovatif.

Tidak hanya memberikan edukasi, tim juga turut serta dalam pengelolaan sampah, termasuk di Rumah Magot, fasilitas yang mengolah sampah organik menggunakan larva Black Soldier Fly untuk menghasilkan pupuk dan pakan ternak.

Luthfia menambahkan, hasil monitoring menunjukkan dampak signifikan dari program ini. Data pengelolaan sampah di Cisaranten Kidul menunjukkan perubahan yang positif. “Pada tanggal 8-14 November 2024, total sampah tercatat sebanyak 45,50 m³. Jumlah ini sempat naik menjadi 46,00 m³ pada 15-21 November, tetapi kemudian menurun drastis menjadi 35,90 m³ pada 22-28 November,” ungkapnya.

Upaya edukasi membawa hasil yang menggembirakan, terutama di RW 06. Berdasarkan riset mahasiswa UM Bandung, 94,12 persen warga RW 06 telah melakukan pemilahan sampah. Hal ini berdampak pada peningkatan jumlah Kawasan Bebas Sampah di Cisaranten Kidul dari dua RW menjadi lima RW, termasuk RW 06 dan RW 08 yang kini ditetapkan sebagai KBS oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Bandung.

”Keberhasilan ini bukan berarti program edukasi dapat dihentikan. Masih banyak warga yang belum terbiasa memilah sampah secara mandiri. Pemantauan dan edukasi berkelanjutan tetap diperlukan,” tandas Luthfia.

Lurah Cisaranten Kidul Erwin Fansori mengapresiasi kolaborasi ini. Menurutnya, keterlibatan perguruan tinggi seperti UM Bandung dalam memberikan edukasi langsung kepada masyarakat sangat membantu.

“Ini efektif untuk meningkatkan kesadaran masyarakat sekaligus mengatasi keterbatasan sumber daya manusia di tingkat kelurahan. Kami berharap program ini terus berlanjut meskipun telah berakhir,” ujar Erwin.

Tambahan informasi, kegiatan di Cisaranten Kidul dibimbing oleh Dosen Pembimbing Lapangan yakni Yayu Ulfah Marliani dan Muhammad Fauzi. Selain itu, koordinator mahasiswa oleh Yesi Repani dari program studi Bioteknologi dan Purwestri program studi Kriya Tekstil dan Fashion. Kegiatan ini menjadi komitmen berkesinambungan UM Bandung terhadap permasalahan sampah di Kota Bandung.***

Administrator

Mahasiswa UM Bandung Berbagi Cerita Mengesankan Ikuti Program IISMA di Australia

UMBANDUNG.AC.ID, Bandung -- Berkuliah di luar negeri merupakan impian banyak mahasiswa Indonesia. Bagi Orion Zen EF, mahasiswa prodi Manajemen Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung, mimpi itu menjadi nyata melalui program International Student Mobility Award (IISMA). Selama tujuh minggu, Orion menimba ilmu dan pengalaman di Curtin University, salah satu kampus ternama di Australia.

“Kebetulan saya menjalankan perkuliahan internasional ini di Curtin University,” ujar Orion pada Jumat (20/12/2024) seraya mengenang perjalanannya sebagai salah satu awardee program prestisius ini.

Pengalaman Orion di Australia tidak hanya berfokus pada aspek akademik, tetapi juga memberikan wawasan baru tentang kehidupan sehari-hari di negara maju. Salah satu hal yang paling ia kagumi adalah pendekatan pendidikan di sana. “Mahasiswa di Australia ditekankan untuk belajar secara terarah dan mencapai output tertentu dalam waktu singkat. Mereka juga diberi kebebasan untuk berbicara dan berargumen di depan banyak orang,” jelasnya.

Sistem perkuliahan yang terbagi menjadi kelas lecture dan tutor memberikan Orion pandangan baru tentang metode pengajaran. “Kedua tipe kelas ini memberikan pengalaman yang berbeda, tetapi saling melengkapi,” tambahnya.

Tinggal di homestay bersama keluarga Inggris juga menjadi pengalaman yang tidak terlupakan bagi Orion. Berbeda dari IISMA di kampus lain yang biasanya menempatkan mahasiswa dalam satu gedung, Orion harus beradaptasi dengan suasana keluarga internasional. “Saya merasa ini sangat berkesan karena saya bisa melatih kemampuan bahasa Inggris secara langsung melalui komunikasi sehari-hari,” ujarnya.

Tidak hanya belajar, Orion juga menyerap banyak pelajaran dari keberagaman budaya di Australia. “Negara ini dihuni oleh orang-orang dari berbagai belahan dunia. Kita bisa mendengar banyak bahasa, bertemu, berteman, dan menjalin koneksi dengan orang dari berbagai negara,” katanya. Ia juga mengapresiasi minimnya rasisme dan tingginya penghormatan antarbudaya di sana.

Selain budaya, Australia juga menawarkan keunikan dalam kuliner. Orion mencoba vegemite, makanan khas yang dikenal dengan cita rasa kuatnya. “Awalnya, saya tidak terbayang seperti apa rasanya, tetapi akhirnya saya mencicipinya sebelum pulang. Tidak seburuk yang dibayangkan,” ujarnya sambil tersenyum. Ia juga mencicipi biskuit Anzac, peninggalan zaman perang dunia yang masih populer hingga kini.

Cuaca ekstrem Australia menjadi tantangan tersendiri bagi Orion. “Desember di sana merupakan musim panas. Di Australia Barat, suhu saat summer peak bisa mencapai 40-44 derajat Celsius. Uniknya, dalam satu hari kita bisa merasakan beberapa cuaca berbeda – dari panas, hujan, hingga angin malam,” ungkapnya.

Sebagai mahasiswa UM Bandung pertama yang mengikuti IISMA, Orion merasa bersyukur atas kesempatan ini. Ia tidak hanya menambah ilmu dan pengalaman, tetapi juga memperluas wawasan budaya serta memperkuat kemampuannya berbahasa Inggris. “Pengalaman ini sungguh luar biasa dan akan selalu saya kenang,” pungkasnya.***

Administrator

Pengajian Bulanan UM Bandung Kupas Pentingnya Islam Wasatiah

UMBANDUNG.AC.ID, Bandung -- Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung Afif Muhammad menekankan pentingnya penerapan Islam wasatiah sebagai perisai untuk menjaga persatuan dan mengelola keberagaman dalam kehidupan berbangsa.

Hal tersebut disampaikan dalam pengajian bulanan UM Bandung yang digelar pada Jumat (20/12/2024) di Auditorium Kiai Haji Ahmad Dahlan, Gedung UM Bandung, Jalan Soekarno-Hatta Nomor 752.

Menurut Afif, Indonesia sebagai negara dengan keberagaman yang sangat luas rentan terhadap potensi perpecahan. ”Perbedaan yang ada sering kali menjadi ancaman terhadap persatuan dan keutuhan bangsa. Sejak masa kemerdekaan, isu keberagaman, termasuk pembahasan Pancasila, kerap menjadi persoalan besar,” ujarnya.

Afif menjelaskan bahwa keberagaman merupakan bagian dari sunatullah dan merupakan tanda kebesaran Allah dalam menciptakan manusia dengan berbagai perbedaan. ”Keberagaman adalah fitrah manusia. Namun, untuk tujuan tertentu seperti dalam organisasi Muhammadiyah, kita tetap perlu menyamakan visi dan misi untuk mencapai kebersamaan,” tambah Afif.

Penulis buku ”Agama dan Konflik Sosial” ini memaparkan bahwa Islam wasatiah menawarkan sejumlah indikator penting sebagai pedoman dalam menjaga keberagaman dan persatuan bangsa. Salah satunya adalah menerima perbedaan sebagai watak dasar manusia yang tidak dapat diubah. ”Perbedaan ini adalah fitrah manusia dan sama sekali tidak salah,” jelas Afif.

Afif menambahkan bahwa sikap toleransi merupakan kunci untuk mewujudkan kehidupan yang harmonis dan damai. ”Namun, toleransi pun ada batasnya. Kita tetap harus menjaga identitas pribadi kita sebagai umat muslim,” tegas Afif.

Lebih lanjut, Afif menegaskan bahwa setiap manusia memiliki hak dan kewajiban yang sama, khususnya dalam menjalankan ibadahnya masing-masing. Di Indonesia, menurutnya, urusan keagamaan sudah diatur oleh negara dan sudah sesuai dengan sila pertama Pancasila. ”Ini menunjukkan bagaimana negara kita menghormati nilai-nilai agama dalam kehidupan bermasyarakat,” tandas Afif.

Afif juga menyoroti pentingnya keadilan dalam keberagaman masyarakat. ”Islam wasatiah menekankan bahwa keadilan harus ditegakkan tanpa diskriminasi. Jangan sampai kebencian terhadap suatu kaum membuat kita tidak berlaku adil,” pungkas Afif.

Pengajian bulanan ini diikuti oleh pimpinan, dosen, tenaga kependidikan, karyawan, dan mahasiswa UM Bandung. Para peserta menyimak materi yang disampaikan Afif Muhammad dengan penuh khidmat. Kegiatan ini menjadi pengingat akan pentingnya peran Islam wasathiah dalam menjaga keharmonisan bangsa.***(FK)

Administrator

Ivan Tanoto Siap Mengabdi kepada Umat Setelah Lulus Pelatihan Imam Muda Cendekia

UMBANDUNG.AC.ID, Jakarta -- Alumnus prodi Hukum Keluarga Islam Universitas Muhammadiyah Bandung Ivan Tanoto berhasil menjadi salah satu peserta yang lulus dalam pelatihan Imam Muda Cendekia Season 2. Pelatihan yang diselenggarakan oleh Yayasan Pesantren Bina Cendekia bekerja sama dengan Baznas RI ini berlangsung selama dua pekan, mulai dari 09-22 Desember 2024, di Yayasan Pesantren Bina Cendekia, Jakarta Timur.

Persaingan dalam seleksi pelatihan ini terbilang ketat, dengan lebih dari 300 pendaftar yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Hanya 40 orang yang dinyatakan lolos seleksi untuk mengikuti pelatihan intensif tersebut. Ivan berhasil melalui tahapan seleksi yang meliputi pemeriksaan berkas administrasi dan wawancara, dengan kemampuan membaca Al-Quran dan hafalan menjadi salah satu kunci keberhasilannya.

Para peserta mendapatkan berbagai materi komprehensif yang mendukung kompetensi sebagai seorang imam dan khatib selama pelatihan. Materi yang diajarkan mencakup fikih salat, fikih imam, naghom Al-Quran, dan tajwid. Pengajaran dilakukan langsung oleh para imam berpengalaman dari Masjid Istiqlal, di antaranya Qadarasmadi Rasyid, Moh Salim Ghazali, Ahmad Anshoruddin, dan Ahmad Muzakkir Abdurrahman.

Pelatihan ini juga memberikan pembekalan mengenai fikih zakat yang disampaikan langsung oleh pimpinan Baznas RI. Para peserta mendapat kesempatan mempelajari tata cara khutbah yang efektif bersama Nur Syamsudin, serta penguasaan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) yang dibimbing oleh Ketua Yayasan Pesantren Bina Cendekia, Baharuddin Noveriyanto.

Sebagai bagian dari program pelatihan, peserta diwajibkan untuk melakukan murojaah atau mengulang hafalan Al-Quran setiap malam setelah salat Magrib. Kegiatan setoran hafalan dan bacaan Al-Quran menjadi salah satu indikator penilaian penting, yang bertujuan memastikan peserta benar-benar terlatih untuk menjadi imam yang mumpuni.

Tujuan utama dari pelatihan ini adalah mencetak generasi imam muda yang tidak hanya kompeten tetapi juga memiliki integritas tinggi dalam mengemban tugas di masjid-masjid seluruh Indonesia. Para lulusan diharapkan dapat menjadi pemimpin ibadah yang handal sekaligus teladan di tengah masyarakat.

"Saya merasa terhormat dan bersyukur bisa lulus pelatihan ini. Ilmu yang didapat akan menjadi bekal untuk mengabdi kepada umat di masa depan," ungkap Ivan pada Selasa (17/12/2024). Ia mengaku bersyukur bisa menjadi bagian dari pelatihan yang memberikan banyak pengalaman dan ilmu bermanfaat ini.

Setelah menyelesaikan pelatihan, para peserta akan dipersiapkan untuk menghadapi tugas-tugas nyata sebagai imam muda yang berkompeten. Mereka diharapkan dapat berkontribusi tidak hanya dalam bidang keagamaan, tetapi juga dalam aspek sosial dan kepemimpinan di masyarakat.***

Administrator