Berita

Tak Hanya Jadi Guru Agama, Ini 8 Prospek Kerja Lulusan PAI UM Bandung

UMBANDUNG.AC.ID, Bandung -- Mungkin selama ini banyak yang beranggapan bahwa mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) hanya dipersiapkan untuk menjadi guru agama. Namun, kenyataannya, lulusan PAI memiliki peluang karier yang jauh lebih luas, mencakup berbagai bidang yang masih terkait dengan ilmu yang mereka pelajari selama kuliah. Jadi, apa saja prospek kerja bagi lulusan PAI Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung? Berikut 8 peluang karier yang bisa mereka raih.

1. Guru agama Islam

Lulusan PAI memiliki peluang besar untuk berkarier sebagai guru agama Islam di berbagai tingkat sekolah, mulai dari SD hingga SMA, serta di lembaga pendidikan lainnya seperti pesantren atau madrasah. Dengan keahlian dalam mengajar dan pengetahuan mendalam tentang agama Islam, mereka berperan penting dalam membentuk karakter siswa, menanamkan nilai-nilai moral, dan membimbing generasi muda untuk memahami serta mengamalkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.

2. Konselor atau konsultan agama Islam

Lulusan PAI juga memiliki peluang karier sebagai konselor atau konsultan agama Islam, baik di lembaga pendidikan, organisasi keagamaan, maupun instansi lainnya. Sebagai konselor, mereka membantu individu atau kelompok dalam memahami dan menyelesaikan persoalan hidup berdasarkan prinsip ajaran Islam. Dengan pengetahuan mendalam tentang nilai-nilai agama, mereka berperan sebagai pendamping yang memberikan arahan, motivasi, serta solusi spiritual untuk mendukung kesejahteraan psikologis dan moral masyarakat.

3. Penulis atau jurnalis yang fokus pada topik agama Islam

Lulusan PAI memiliki peluang karier sebagai penulis atau jurnalis yang fokus pada topik agama Islam. Dalam peran ini, mereka dapat menyampaikan nilai-nilai Islam melalui berbagai media, seperti artikel, buku, atau berita yang menginspirasi dan mendidik masyarakat. Dengan kemampuan analisis yang mendalam dan pemahaman yang kuat tentang ajaran Islam, mereka berkontribusi dalam memperkaya literasi keagamaan, membangun pemahaman yang lebih baik antarumat beragama, serta menghadirkan perspektif Islami yang relevan dengan isu-isu terkini.

4. Peneliti atau akademisi yang fokus pada studi agama Islam

Sebagai peneliti atau akademisi yang fokus pada studi agama Islam, lulusan PAI berperan penting dalam mengembangkan kajian ilmiah yang mendalam tentang ajaran Islam, sejarah, budaya, dan aplikasinya dalam kehidupan modern. Mereka dapat menjadi dosen, pemateri seminar, atau penulis jurnal ilmiah yang berkontribusi pada pengayaan pengetahuan di bidang keislaman. Dengan menganalisis isu-isu keagamaan dan sosial secara kritis, para akademisi ini turut membangun wawasan yang lebih luas dan menjembatani pemahaman antara tradisi Islam dan tantangan dunia kontemporer.

5. Pekerja sosial yang memfokuskan pada masyarakat muslim atau lembaga amal Islam

Sebagai pekerja sosial yang fokus pada masyarakat Muslim atau lembaga amal Islam, lulusan PAI memiliki peluang untuk berkontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan umat melalui berbagai program sosial dan kemanusiaan. Mereka dapat bekerja di lembaga zakat, wakaf, atau organisasi filantropi Islam, merancang dan melaksanakan program pemberdayaan masyarakat, pendidikan, hingga bantuan kemanusiaan. Dengan pemahaman mendalam tentang nilai-nilai keislaman, mereka mampu memberikan solusi yang relevan dan berbasis syariat untuk menghadapi tantangan sosial, sekaligus memperkuat solidaritas dan kepedulian dalam komunitas Muslim.

6. Penceramah yang bertujuan untuk memberikan pencerahan keagamaan di masyarakat

Lulusan PAI juga memiliki kesempatan untuk berkarier sebagai penceramah atau dai yang bertujuan memberikan pencerahan keagamaan kepada masyarakat. Dengan pengetahuan agama yang mendalam, mereka dapat menyampaikan ajaran Islam secara lugas dan inspiratif, membimbing umat dalam menjalani kehidupan yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Melalui ceramah di masjid, pengajian, atau forum-forum keagamaan lainnya, penceramah dan dai ini berperan penting dalam memperkuat keimanan dan ketaqwaan masyarakat, serta menyebarkan nilai-nilai Islam yang damai dan penuh kasih sayang.

7. Pegawai di lembaga keagamaan

 

Lulusan PAI juga memiliki peluang berkarier sebagai pegawai di lembaga keagamaan seperti majelis taklim, pesantren, atau organisasi keagamaan. Dalam peran ini, mereka dapat membantu pengelolaan kegiatan keagamaan, mendampingi proses pendidikan, serta membina santri atau jamaah dalam memperdalam pemahaman agama Islam. Dengan bekal pengetahuan agama yang kuat, lulusan PAI mampu memberikan kontribusi dalam menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pembelajaran agama dan penguatan spiritualitas umat, sekaligus mendukung kegiatan dakwah dan pengembangan program-program keagamaan.

8. Pelaku bisnis yang mengedepankan prinsip-prinsip keagamaan Islam

Lulusan PAI juga memiliki peluang untuk terjun sebagai pelaku bisnis yang mengedepankan prinsip-prinsip keagamaan Islam. Dalam dunia bisnis, mereka dapat mengelola usaha dengan menerapkan nilai-nilai etika dan moral Islam, seperti kejujuran, keadilan, dan transparansi. Dengan memahami konsep ekonomi Islam, seperti sistem bagi hasil atau larangan riba, mereka bisa memimpin bisnis yang tidak hanya menguntungkan, tetapi memberikan dampak positif bagi masyarakat, serta mendukung pengembangan ekonomi yang lebih adil dan berkelanjutan. Pelaku bisnis dengan latar belakang PAI turut berperan dalam menciptakan ekonomi yang lebih berkah dan sesuai dengan ajaran agama.

 

Lulusan PAI UM Bandung memiliki prospek karier yang sangat luas, baik di sektor publik maupun swasta. Mereka dapat berkarier di lembaga pemerintah, baik di tingkat nasional maupun lokal, yang berfokus pada isu-isu keagamaan, serta di lembaga keuangan Islam, seperti bank syariah atau lembaga keuangan mikro syariah.

Selain itu, dengan pesatnya perkembangan teknologi digital, lulusan PAI UM Bandung juga memiliki peluang untuk menjadi pengusaha online, seperti mengembangkan aplikasi atau situs web yang berfokus pada pendidikan agama Islam. Secara keseluruhan, prospek kerja bagi lulusan PAI UM Bandung terus berkembang, mengikuti kebutuhan masyarakat akan edukasi dan pelayanan dalam bidang agama Islam, sehingga tidak perlu khawatir soal peluang karier di masa depan.***

Administrator

Atlet Tapak Suci UM Bandung Torehkan Prestasi Gemilang di Kejuaraan Silat Nasional

UMBANDUNG.AC.ID, Sumedang -- Dua atlet Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Tapak Suci Putera Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung mencetak prestasi gemilang dalam ajang Kejuaraan Pencak Silat Nasional Sumedang Challenge 2024. Acara bergengsi ini digelar di Gelanggang Olahraga ITB Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat, pada Sabtu (28/12/2024).

Dua atlet peraih medali perunggu tersebut adalah Adrian Pratama dari program studi Farmasi dan Muhammad Zen dari program studi Teknik Elektro. Selain mereka, Azka Dhiaul Haq Rahmana Putera dari program studi Psikologi dan Muhammad Fakhri Yusuf Ibrahim dari program studi Teknik Industri juga menunjukkan prestasi dengan meraih juara harapan.

Prestasi yang diraih para atlet ini semakin menunjukkan kemampuan mereka bersaing di tingkat nasional. Mereka berhasil mengalahkan lawan-lawan tangguh dari berbagai universitas di Indonesia. Keberhasilan ini menjadi bukti nyata kerja keras mereka selama latihan.

Muhammad Zen menyampaikan bahwa ajang ini bukan hanya soal menang atau kalah. Bagi Zen, ini merupakan kesempatan berharga untuk belajar menjadi pribadi yang lebih tangguh. ”Tantangan selama persiapan hingga hari lomba mengajarkan arti disiplin, fokus, dan pantang menyerah. Dukungan dari pelatih dan teman-teman sangat membantu saya untuk lebih percaya diri,” ungkap Zen.

Adrian Pratama juga merasakan kebanggaan yang sama. Dia mengapresiasi pengalaman ini sebagai kesempatan yang luar biasa untuk mengharumkan nama almamaternya. ”Alhamdulillah, kami bisa membawa pulang medali. Kegiatan ini sangat positif dan menjadi pengalaman yang berharga bagi kami,” kata Adrian.

Selain itu, Adrian juga memberikan pujian atas penyelenggaraan ajang ini. Menurutnya, kompetisi berlangsung secara profesional sehingga memberikan kenyamanan bagi para peserta untuk menunjukkan kemampuan terbaik mereka.

Pembina UKM Tapak Suci Putera UM Bandung Ahmad Rifai turut mengapresiasi keberhasilan para atlet. Rifai menyebut pencapaian ini sebagai buah manis dari kerja keras dan dedikasi yang telah ditunjukkan mereka selama masa latihan. ”Ini merupakan kebanggaan besar bagi kampus dan kami semua,” ujar Rifai.

Rifai berharap keberhasilan ini dapat menjadi pemicu dan motivasi bagi atlet-atlet lainnya untuk terus menghadirkan beragam prestasi. Menurutnya, pencapaian ini bukanlah akhir, melainkan awal dari peluang untuk mencetak berbagai prestasi yang lebih besar lagi.

”Selamat kepada para atlet Tapak Suci Putera UM Bandung yang telah berjuang dan meraih medali. Semoga ini menjadi pembuka jalan bagi prestasi-prestasi berikutnya, baik di tingkat nasional maupun internasional,” tambah Rifai.

Keberhasilan ini tidak hanya menjadi kebanggaan bagi UM Bandung. Namun, harus menjadi inspirasi bagi mahasiswa UM Bandung yang lainnya untuk terus berjuang dan memberikan yang terbaik dalam berbagai bidang.***

Administrator

Jamhari Makruf: Jangan Berhenti Belajar

UMBANDUNG.AC.ID, Bandung -- Wakil Ketua Majelis Diktilitbang Pimpinan Pusat Muhammadiyah Jamhari Makruf memberikan pesan penting kepada para lulusan Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung pada acara wisuda ketujuh yang berlangsung di Auditorium KH Ahmad Dahlan oada Minggu (29/12/2024).

Dalam sambutannya, Jamhari mengingatkan para sarjana untuk selalu bersyukur kepada orang tua yang telah berjuang keras membiayai pendidikan mereka. "Orang tua sering kali menyembunyikan rasa lapar dan penderitaan agar anak-anaknya bisa melanjutkan kuliah. Oleh karena itu, kita harus bersyukur kepada orang tua,” ungkapnya di hadapan ratusan lulusan UM Bandung.

Lebih lanjut, Jamhari memberikan dukungan penuh terhadap visi UM Bandung sebagai Islamic Technopreneur University. Ia berharap universitas ini dapat melahirkan pengusaha-pengusaha di bidang teknologi yang berlandaskan nilai-nilai Al-Islam Kemuhammadiyahan. “Seperti halnya Universitas Stanford di Amerika Serikat yang menghasilkan Silicon Valley, saya berharap UM Bandung juga dapat menciptakan hal serupa,” tuturnya.

Selain itu, Jamhari mengingatkan para sarjana untuk mengucapkan terima kasih kepada guru atau dosen yang telah mengajarkan dan membimbing mereka selama perkuliahan. Menurutnya, dosen harus dimuliakan karena tanpa mereka, mahasiswa tidak akan meraih kelulusan yang mereka rayakan saat ini.

“Imam Syafii pernah mengatakan bahwa seorang dosen atau guru, serta dokter, tidak akan memberikan nasihat jika tidak dihormati. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kita memberikan penghormatan kepada para dosen yang telah berjasa,” ujar Jamhari yang disambut tepuk tangan dari hadirin.

Selain itu, Jamhari juga mengajak para sarjana untuk memberi penghargaan pada diri sendiri. Ia mengingatkan bahwa mereka telah melalui perjuangan yang berat selama kuliah hingga mencapai titik ini, yakni wisuda. “Diri sendiri juga layak untuk mendapat ucapan terima kasih,” kata Jamhari.

Pada kesempatan itu, Jamhari memberikan pesan penting untuk segera menikah bagi lulusan yang sudah menemukan pasangan hidup. Ia berharap para lulusan dapat segera membangun keluarga untuk merebut kembali gelar Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia, yang saat ini telah diambil alih oleh Pakistan.

Jamhari menambahkan bahwa dalam beberapa tahun ke depan, India mungkin akan mengambil alih gelar tersebut. Ia juga mengingatkan bahwa saat ini banyak anak muda Indonesia yang terpengaruh oleh tren di Jepang, Korea, dan Singapura yang enggan menikah sehingga mengakibatkan penurunan jumlah penduduk. “Segeralah menikah. Kalau belum ada calon, mintalah bantuan orang tua untuk mencarikannya,” ujarnya disertai tawa hadirin.

Di akhir sambutannya, Jamhari mengingatkan para sarjana UM Bandung untuk mengamalkan ilmu yang telah mereka peroleh selama perkuliahan. Ia menekankan pentingnya ilmu yang tidak hanya dipelajari tetapi juga dipraktikkan di masyarakat. “Ilmu yang tidak diamalkan ibarat pohon yang tidak berbuah,” kata Jamhari. Ia juga mengingatkan agar para lulusan tidak berhenti belajar karena perkembangan ilmu pengetahuan sangat pesat agar tidak menjadi lulusan perguruan tinggi yang kedaluwarsa.***

Administrator

Makna Mendalam di Balik Bunga Wisuda: Simbol Cinta dan Harapan

UMBANDUNG.AC.ID, Bandung -- Wisuda merupakan puncak dari perjalanan panjang yang penuh tantangan bagi para mahasiswa. Hari tersebut bukan hanya soal menerima toga dan ijazah, melainkan tentang simbol-simbol yang mengungkapkan rasa syukur dan apresiasi. Salah satu simbol yang paling mencolok adalah bunga. Bagi banyak wisudawan, bunga tidak hanya sebuah hadiah, tetapi juga sarat makna yang mendalam.

Di berbagai belahan dunia, bunga telah menjadi simbol universal yang erat kaitannya dengan perasaan dan emosi pada momen-momen penting. Di Jepang, misalnya, bunga sakura sering diberikan kepada wisudawan.

Sementara itu, di budaya Barat, bunga seperti tulip dan daffodil menjadi pilihan utama untuk merayakan kelulusan. Di Indonesia, pemberian bunga pada hari wisuda pun telah menjadi tradisi yang tak terpisahkan dari momen kelulusan.

Irfan Kurniawan, paman dari seorang wisudawan UM Bandung, menjelaskan bahwa ia memilih bunga putih untuk diberikan. “Bunga putih melambangkan kesucian dan harapan. Wisuda adalah akhir dari satu babak, tetapi juga awal dari perjalanan hidup yang baru. Semoga pengabdian lulusan di masyarakat bermanfaat,” ungkapnya.

Euis Evi Puspitasari, Kaprodi Ilmu Komunikasi UM Bandung, menambahkan bahwa bunga merupakan simbol ungkapan cinta, kasih sayang, dan penghargaan. "Bunga di hari wisuda itu menunjukkan penghargaan atas prestasi yang diraih, serta sebagai bentuk apresiasi terhadap perjuangan mahasiswa," ujarnya.

Bagi para wisudawan, setiap buket bunga menyimpan cerita dan makna tersendiri. Sindy, wisudawan dari prodi Manajemen, mengungkapkan bahwa bunga yang diterimanya menjadi pengingat atas dukungan teman-temannya selama perjalanan panjang menuju kelulusan. "Bunga ini spesial karena mewakili kasih sayang teman-teman yang selalu ada," kata Sindy.

Ucup, wisudawan Teknik Industri, pun merasakan hal yang sama. "Pemberian bunga ini bukan sekadar hadiah. Di baliknya ada kasih sayang dari orang-orang terdekat, seperti orang tua, pasangan, atau teman-teman," ujar Ucup, yang merasa bahwa bunga tersebut mengandung doa dan harapan untuk masa depannya.

Jihan Nabilah, wisudawan dari prodi Psikologi, menambahkan bahwa bunga merupakan sesuatu yang sangat spesial, apalagi jika diberikan oleh orang-orang yang memiliki arti penting dalam hidupnya. "Bunga dari orang tua atau keluarga sangat berarti, terutama di momen wisuda yang penuh makna ini," ujar Jihan.

Bagi orang tua, pemberian bunga di hari wisuda merupakan wujud kebahagiaan dan rasa bangga terhadap keberhasilan anak-anak mereka. "Bunga ini merupakan lambang cinta dan harapan agar anak-anak kami bisa sukses di dunia dan akhirat," ujar salah seorang orang tua dengan penuh haru.

Di balik setiap pemberian bunga pada hari wisuda, terdapat makna yang mendalam—cinta, harapan, dan perjalanan panjang menuju kesuksesan. Bunga bukan hanya sekadar hiasan, melainkan simbol bagi para wisudawan untuk melangkah ke babak baru dalam hidup mereka dengan penuh doa dan harapan.***(Kaisan/Ghibran)

Administrator

Hima Ilmu Komunikasi dan Psikologi Periode 2024-2025 Resmi Dilantik

UMBANDUNG.AC.ID, Bandung -- Dekan Fakultas Sosial dan Humaniora (FSH) Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung Nanang Rizali resmi melantik kepengurusan baru Himpunan Mahasiswa (Hima) prodi Psikologi dan prodi Ilmu Komunikasi untuk periode 2024-2025 pada Selasa (31/12/2024).

Pelantikan kedua Hima ini berlangsung dengan tertib dan khidmat di Auditorium Kiai Haji Ahmad Dahlan, lantai tiga gedung UM Bandung, Jalan Soekarno-Hatta Nomor 752, Kota Bandung. Selain Dekan FSH, hadir pula dalam acara ini yakni Ketua Program Studi Psikologi, Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi, dan perwakilan organisasi mahasiswa lainnya yang ada di lingkungan di Universitas Muhammadiyah Bandung.

Pada kepengurusan kali ini, mahasiswa prodi Ilmu Komunikasi Rafli Fathur Rahman terpilih sebagai Ketua Hima Ilmu Komunikasi UM Bandung masa bakti 2024-2025. Dalam kepengurusannya, Rafli mengusung Kabinet Langit yang memiliki filosofi yang sarat makna. ”Langit merupakan anugerah yang Tuhan ciptakan untuk manusia yang menggambarkan hamparan luas tanpa batas,” ucap Rafli.

Rafli berkeyakinan bahwa Kabinet Langit akan membawa dampak yang sangat positif kepada para mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Bandung. ”Kami juga berharap mampu terus berkembang dan bermimpi setinggi-tingginya,” ucap Rafli.

Ketua Hima Ilmu Komunikasi yang baru ini juga bertekad bahwa kepengurusannya akan terus mengembangkan berbagai potensi diri tanpa membatasi potensi setiap anggota. ”Dengan semangat kebersamaan, kerja keras, dan inovasi, kami siap menghadirkan program-program yang relevan serta berdampak positif bagi kampus. Kami juga akan terus bersinergi untuk menjadikan organisasi ini profesional, unggul, dan menjunjung tinggi integritas,” tandas Rafli.

Sementara itu, mahasiswa program studi Psikologi Asti Angraeni terpilih sebagai Ketua Hima Psikologi UM Bandung untuk periode 2024-2025. Berbeda dengan Rafli, Asti memperkenalkan Arunika sebagai nama kabinet Hima Psikologi yang baru di bawah koordinasi dirinya. ”Kata Arunika sendiri mengandung makna cahaya matahari pagi,” ungkap Asti.

Menurutnya, kepengurusan Hima Psikologi menjadi sebuah tanggung jawab besar yang harus dijalankan oleh kepengurusan yang baru dengan penuh dedikasi. ”Amanah ini harus kami jalankan demi kemajuan Hima Psikologi dan kebermanfaatan bagi mahasiswa Psikologi Universitas Muhammadiyah Bandung,” jelas Asti.

Kabinet Arunika menurutnya akan selalu berkomitmen melanjutkan program positif dari kepengurusan sebelumnya, sembari menghadirkan inovasi sesuai dengan kebutuhan mahasiswa di era digital saat ini. ”Kami akan mendukung pengembangan minat dan bakat, baik akademik maupun nonakademik, serta meningkatkan partisipasi mahasiswa dalam kegiatan berbasis keilmuan dan keislaman,” terang Asti.

Oleh karena itu, Asti berharap Hima Psikologi dapat memperkuat sinergi antara mahasiswa, dosen, dan seluruh sivitas akademika Universitas Muhammadiyah Bandung. ”Mari bersama-sama menjadikan Hima Psikologi sebagai wadah yang mampu menginspirasi dan membawa kebaikan bagi anggotanya,” pungkas Asti.***(FK)

Administrator

Fenomena Gen-Z: Tantangan Mentalitas dan Soft Skill di Era Digital

Oleh: Ace Somantri*

UMBANDUNG.AC.ID -- Memasuki era milenium, dunia menyaksikan pergeseran generasi yang signifikan. Baby boomers telah melewati masa keemasannya, digantikan oleh milenial, dan kini, generasi alfa mulai mengambil panggung. Di balik itu semua, media sosial menjadi ruang interaksi utama, terutama bagi remaja yang aktif berselancar dalam arus digital.

Teknologi digital berkembang begitu pesat, menerobos batas-batas kehidupan dengan tiba-tiba. Kehadirannya tidak jarang membawa disrupsi besar yang memaksa perubahan tanpa kompromi. Banyak sektor industri kewalahan menghadapi gempuran perubahan ini, bahkan mengalami kejatuhan karena gagal beradaptasi. Akibatnya, gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) semakin meluas, meninggalkan jejak kerugian yang mendalam.

Era digital telah membawa disrupsi besar pada dunia kerja. Banyak perusahaan harus berjuang menyesuaikan diri, terutama dalam mengelola sumber daya manusia (SDM). Generasi milenial dan Gen-Z yang menjadi tulang punggung industri ternyata menghadirkan tantangan tersendiri. Salah satu isu utama adalah transformasi mentalitas kerja mereka, yang dinilai kurang tangguh dan stabil.

Fenomena PHK yang melibatkan Gen-Z banyak dibahas di media. Salah satu alasan utamanya adalah ketidakseimbangan antara kemampuan teknis dan soft skill mereka. Generasi ini kerap berpindah-pindah pekerjaan karena merasa bosan atau tidak nyaman, yang mencerminkan kelemahan pada sisi mentalitas dan inisiatif kerja.

Salah satu akar masalah ini terletak pada pola asuh yang diterapkan di keluarga. Banyak Gen-Z tumbuh dalam lingkungan yang permisif, dengan orang tua yang cenderung memanjakan mereka sejak kecil. Pola ini berbeda jauh dengan generasi sebelumnya, yang terbiasa hidup dalam kondisi keras dan penuh disiplin. Akibatnya, Gen-Z lebih sensitif terhadap tekanan dan cenderung mudah menyerah saat menghadapi kritik.

Selain itu, teknologi digital juga turut membentuk pola pikir generasi ini. Kehadiran smartphone dan media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari mereka, memengaruhi cara mereka berinteraksi dan bereaksi terhadap dunia nyata. Kombinasi antara pola asuh permisif dan pengaruh media sosial membentuk karakter yang kurang tangguh.

Data dari berbagai sumber menunjukkan bahwa rendahnya motivasi kerja menjadi salah satu alasan utama perusahaan melakukan PHK terhadap Gen-Z. Berdasarkan laporan, 35-50 persen PHK disebabkan oleh kurangnya inisiatif dan mentalitas kerja yang lemah. Kondisi ini menjadi catatan penting bagi perusahaan dan institusi pendidikan.

Fenomena ini juga memperlihatkan pentingnya peran pendidikan dalam membentuk soft skill dan karakter generasi muda. Sayangnya, sistem pendidikan formal selama ini cenderung fokus pada aspek kognitif, dengan pendekatan yang sering kali kaku dan tidak relevan dengan kebutuhan zaman. Aspek penguatan soft skill sering kali terabaikan.

Lingkungan keluarga juga memainkan peran penting dalam membentuk mentalitas anak. Orang tua yang terlalu protektif cenderung memberikan segalanya tanpa melibatkan anak dalam proses usaha. Hal ini menyebabkan anak tumbuh dalam zona nyaman yang justru melemahkan kemampuan mereka untuk menghadapi tantangan di dunia nyata.

Pola pengasuhan seperti ini harus dievaluasi. Orang tua perlu memberikan ruang bagi anak untuk belajar mandiri dan menghadapi konsekuensi dari tindakan mereka. Selain itu, institusi pendidikan harus mulai menerapkan pendekatan yang lebih integratif, mengombinasikan penguatan soft skill, pengembangan minat bakat, dan pendekatan spiritual.

Penting pula bagi sekolah dan perguruan tinggi untuk memasukkan materi pengembangan karakter dan soft skill ke dalam kurikulum. Hal ini dapat membekali Gen-Z dengan kemampuan yang relevan untuk menghadapi tantangan dunia kerja dan kehidupan secara umum.

Dalam perspektif psikologi, fase tumbuh kembang seseorang sangat menentukan karakter mereka di masa dewasa. Oleh karena itu, pendekatan yang sistematis dalam mengasah kemampuan soft skill sejak dini menjadi kebutuhan mendesak. Penelitian psikologis yang mendalam diperlukan untuk mengidentifikasi solusi efektif atas permasalahan ini.

Selain itu, penting untuk memperkuat kerja sama antara keluarga, institusi pendidikan, dan masyarakat dalam menciptakan generasi yang tangguh. Dengan pendekatan yang tepat, Gen-Z dapat menjadi generasi yang mampu menghadapi era digital dengan kesiapan mentalitas dan kemampuan yang memadai.

Fenomena PHK massal yang melibatkan Gen-Z harus menjadi perhatian semua pihak. Ini bukan hanya masalah perusahaan, tetapi juga cerminan dari kurangnya kesiapan generasi muda menghadapi tantangan zaman. Dengan evaluasi menyeluruh terhadap pola asuh dan sistem pendidikan, kita dapat menciptakan generasi yang lebih tangguh, adaptif, dan siap bersaing di dunia global. Wallahu'alam.

*Dosen UM Bandung dan Wakil Ketua PWM Jabar

Administrator

A PHP Error was encountered

Severity: Core Warning

Message: Module 'gd' already loaded

Filename: Unknown

Line Number: 0

Backtrace: