Berita

Sebanyak 682 Sarjana UM Bandung Resmi Dilantik, Siap Berkontribusi Kepada Umat dan Bangsa

UMBANDUNG.AC.ID, Bandung -- Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung melaksanakan wisuda ke-6 dengan melantik 682 sarjana pada Sabtu (12/10/2024).

Acara berlangsung di Auditorium KH Ahmad Dahlan, lantai tiga kampus ini, Jalan Soekarno-Hatta Nomor 752, Kota Bandung.

Para sarjana tersebut berasal dari berbagai fakultas, yaitu 334 lulusan dari Fakultas Sains dan Teknologi (FST), 162 lulusan dari Fakultas Sosial dan Humaniora (FSH), serta 187 lulusan dari Fakultas Agama Islam (FAI). Wisuda dilangsungkan dalam dua sesi.

Rektor UM Bandung Herry Suhardiyanto mengucapkan selamat kepada 682 lulusan yang telah berhasil menyelesaikan pendidikan.

”Atas nama UM Bandung, kami mengucapkan selamat kepada para lulusan atas keberhasilan menyelesaikan pendidikan. Ucapan selamat juga saya sampaikan kepada keluarga para lulusan yang senantiasa memberikan doa dan dukungan,” ujar Rektor.

Dalam sambutannya, Rektor mengajak para lulusan untuk menjadi technopreneur islami yang menginspirasi, beradaptasi, berpikir terbuka, dan progresif.

Menurutnya, lulusan tidak hanya dituntut menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi harus mampu membangun karakter yang kuat sebagai landasan untuk meraih kesuksesan di masa depan.

Herry menegaskan bahwa UM Bandung akan terus berperan sebagai pusat inovasi dan penelitian.

UM Bandung mendorong mahasiswanya untuk terus mencari solusi yang lebih baik dalam menghadapi berbagai permasalahan.

Hal ini dilakukan agar lulusan memiliki keterampilan yang dapat menghadapi tantangan masa depan.

Rektor juga menyoroti lima prinsip penting yang perlu dimiliki para lulusan untuk mencapai kesuksesan.

Prinsip pertama adalah keyakinan (belief) yang dianggapnya sebagai fondasi utama dalam hidup.

“Segala sesuatu yang kita lakukan harus berlandaskan nilai-nilai agama dan sukses sejati adalah hasil dari kepercayaan kita kepada Allah SWT,” ungkap Herry.

Prinsip kedua adalah kesadaran (awareness), yaitu pentingnya memahami secara mendalam ilmu yang dipelajari dan mengaplikasikannya untuk kepentingan umat.

Rektor juga menekankan pentingnya sikap (attitude) dan tindakan (action) sebagai faktor penentu keberhasilan.

”Sikap yang baik dibentuk oleh kesadaran. Jika menyadari pentingnya menjaga integritas dan akhlak islami, sikap kita akan mencerminkan nilai-nilai tersebut,” jelasnya.

Rektor melanjutkan, tindakan nyata merupakan wujud dari sikap yang baik, dan keberhasilan tidak akan tercapai tanpa tindakan tersebut.

Prinsip terakhir adalah hasil (result) yang menjadi buah dari keyakinan, kesadaran, sikap, dan tindakan yang dilakukan dengan benar.

Herry mengingatkan bahwa hasil yang diperoleh mencerminkan usaha yang telah dilakukan. Jika semua prinsip ini diterapkan dengan baik, keberhasilan di dunia dan akhirat akan tercapai.

”Kejayaan almamater sangat bergantung pada kiprah, prestasi, dan kecintaan alumninya. Demikian halnya, penghargaan masyarakat terhadap alumni akan meningkat sejalan dengan kiprah dan prestasi almamater. UM Bandung juga sangat terbuka untuk setiap ide, saran, kritik, dan kerja sama pada berbagai bidang,” tegas Rektor.

Sementara itu, Ketua PP Muhammadiyah dan Ketua BPH UM Bandung Dadang Kahmad merasa bangga atas keberhasilan 682 wisudawan dan wisudawati yang telah selesai menempuh pendidikan di kampus ini.

Wisuda adalah puncak perjalanan akademik sekaligus menjadi babak baru untuk mengabdikan diri kepada masyarakat.

”Keberhasilan para wisudawan ini merupakan bukti nyata bahwa UM Bandung telah mampu melahirkan generasi yang berakhlak mulia, berintegritas, dan siap berkontribusi kepada bangsa dan negara. Tentu ini tidak terlepas dari komitmen UM Bandung dalam mengintegrasikan nilai-nilai Al-Islam dan Kemuhammadiyahan dalam setiap aspek pendidikan,” kata Dadang.

Tambahan informasi, untuk lulusan terbaik diraih Nina Amelia dari prodi PAI dengan IPK 3,97 (predikat pujian).

Wisuda kali ini dihadiri tokoh penting, termasuk Ketua PP Muhammadiyah dan Ketua BPH UM Bandung Dadang Kahmad, serta beberapa pejabat, seperti Jamhari Makruf dari Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah, Yurie Aji Priyanto dari LLDIKTI Wilayah IV, Deden Sumpena dari KOPERTAIS Wilayah II Jawa Barat, dan Rektor UBK Entris Sutrisno.

Hadir pula Wakil Ketua PWM Jawa Barat Suhada, pejabat universitas, dan keluarga para sarjana.***(FA/FK)

Administrator

Perkembangan Pesat UM Bandung Mendapat Apresiasi Dirjen Haji dan Umrah Kemenag RI

UMBANDUNG.AC.ID, Bandung -- Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama Republik Indonesia sekaligus Bendahara Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Hilman Latief memberikan paparan inspiratif saat menjadi narasumber dalam Pengajian Umum menyambut awal semester di UM Bandung.

Acara yang berlangsung di Auditorium KH Ahmad Dahlan, Senin (07/10/2024), ini dihadiri oleh mahasiswa baru, dosen, tendik, dan seluruh sivitas akademika.

Dalam paparannya, Hilman Latief menyampaikan apresiasi atas perkembangan pesat yang dialami UM Bandung.

Ia optimis bahwa UM Bandung dapat menjadi salah satu universitas terkemuka di Indonesia dan di lingkungan Perguruan Tinggi Muhammadiyah. 

”Universitas Muhammadiyah Bandung ini berkembang sangat cepat. Baru delapan tahun sudah punya gedung yang megah dan ini luar biasa,” ungkapnya.

Hilman menyoroti perbandingan perkembangan UM Bandung dengan kampus-kampus Muhammadiyah lainnya, seperti Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).

Menurutnya, UMY memulai dari fasilitas yang sederhana hingga kini menjadi salah satu kampus terkemuka di Indonesia.

Ia berharap UM Bandung dapat mengikuti jejak tersebut dengan tetap mengedepankan semangat perjuangan yang sama.

Lebih lanjut, Hilman berbicara mengenai pentingnya gagasan dalam membangun pusat-pusat keunggulan, baik di lingkungan kampus maupun dalam persyarikatan Muhammadiyah.

Ia menekankan bahwa kemajuan tidak hanya ditentukan oleh infrastruktur fisik, tetapi lebih dari itu, oleh ide-ide besar yang mampu menggerakkan perubahan.

”Kiai Ahmad Dahlan membangun Muhammadiyah dengan gagasan-gagasan genuin yang lahir dari pemikiran mendalam,” tuturnya.

Hilman juga mengajak para mahasiswa UM Bandung untuk memahami sejarah Muhammadiyah, termasuk kontribusinya dalam bidang sosial, seperti mendirikan rumah sakit, panti asuhan, dan layanan filantropi lainnya.

Ia mengisahkan bagaimana Muhammadiyah sudah aktif dalam membantu korban bencana, seperti saat erupsi Gunung Kelud pada 1918, meskipun saat itu jumlah anggotanya masih sangat terbatas.

Inovasi yang relevan

Sementara itu, Rektor UM Bandung Herry Suhardiyanto mengamini pentingnya pengembangan pusat-pusat unggulan di kampus Muhammadiyah.

Menurutnya, pendidikan dan aktivitas akademik yang selama ini dilakukan perlu diperluas agar dapat memberikan dampak yang lebih luas bagi masyarakat.

”Kampus tidak cukup hanya mengandalkan aktivitas akademik. Namun, juga harus memiliki kontribusi nyata melalui inovasi yang relevan bagi masyarakat,” jelasnya.

Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa pusat-pusat keunggulan ini perlu menghubungkan kegiatan akademik, penelitian, dan formulasi kebijakan yang inovatif.

Dengan demikian, hasil kajian ilmiah di kampus dapat diimplementasikan untuk menjawab kebutuhan masyarakat dan stakeholders di luar kampus.

Herry menambahkan bahwa pengembangan ini harus berlandaskan pada nilai-nilai Al-Islam dan Kemuhammadiyahan yang menjadi ciri khas kampus Muhammadiyah termasuk UM Bandung.

Menurutnya, salah satu bentuk nyata dari implementasi nilai tersebut adalah melalui filantropi islami.

“Filantropi islami dapat menjadi solusi bagi berbagai keterbatasan dan tantangan yang dihadapi oleh institusi pendidikan serta masyarakat,” tuturnya.

Herry berharap agar UM Bandung dapat terus berinovasi dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat, seraya menjaga dasar-dasar keislaman dalam setiap langkahnya.

Ia juga menyampaikan terima kasih kepada para narasumber yang hadir dan memberikan pencerahan dalam acara pengajian awal semester dan kuliah umum di UM Bandung.***(FA/FK)

Administrator

Tiga Strategi Membangun Sekolah Muhammadiyah Yang Unggul dan Menarik

UMBANDUNG.AC.ID, Bandung -- Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dadang Kahmad memberikan apresiasi sekaligus motivasi kepada para kepala sekolah Muhammadiyah, yang ia sebut sebagai pejuang sejati dalam dunia pendidikan.

Menurutnya, tantangan yang dihadapi dalam mengelola sekolah swasta cukup besar, terutama dalam mencari siswa dan bersaing dengan sekolah negeri.

”Oleh karena itu, kami mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk merenung dan berkomitmen dalam menjalankan tanggung jawab membangun sekolah yang unggul dan berkemajuan,” ujarnya saat membuka Pendidikan Khusus Kepala Sekolah/Madrasah Muhammadiyah (Diksuspala) se-Jawa Barat di Hotel Ibis, Senin (07/10/2024).

Guru besar sosiologi agama UIN Sunan Gunung Djati Bandung ini menyoroti dua tantangan utama yang dihadapi oleh sekolah Muhammadiyah saat ini.

Pertama, perubahan orientasi masyarakat yang kini cenderung memilih sekolah berkualitas meskipun dikelola oleh pihak non muslim.

Tantangan kedua yang dihadapi adalah penurunan tingkat kelahiran lebih dari 50 persen, yang berimplikasi langsung pada jumlah murid di sekolah-sekolah.

”Jika tidak direspons dengan serius, kondisi ini bisa membuat sekolah Muhammadiyah tertinggal,” tambahnya.

Dadang menyampaikan bahwa ada tiga strategi utama untuk menjadikan sekolah Muhammadiyah yang unggul dan menarik.

Pertama, memastikan standar tinggi dalam setiap aspek sekolah. ”Sekolah perlu menetapkan standar tinggi pada sarana, tenaga pendidikan, dan kurikulum yang terintegrasi dengan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK),” jelasnya.

Selain itu, penting bagi sekolah untuk mengembangkan metode pembelajaran yang inovatif dan sesuai dengan perkembangan zaman.

”Metode pembelajaran harus melampaui cara konvensional serta memanfaatkan teknologi agar dapat bersaing dengan sekolah lain,” papar Ketua Badan Pembina Harian Universitas Muhammadiyah Bandung ini.

Strategi ketiga adalah membangun kultur sekolah yang positif untuk mendukung pembentukan karakter setiap siswa.

”Kultur sekolah yang baik tentu akan memperkuat upaya membentuk karakter siswa yang sesuai dengan nilai-nilai Islam,” ungkap Dadang.

Dadang juga mengajak semua pihak yang terlibat untuk tetap bersemangat dalam menjadikan sekolah Muhammadiyah sebagai mercusuar pendidikan.

Ia menekankan pentingnya kolaborasi dalam mencapai visi tersebut.

”Mari kita bersama-sama berjuang untuk menjadikan sekolah Muhammadiyah sebagai pusat keunggulan pendidikan di masa depan,” tutupnya, mengakhiri sambutan dengan ajakan penuh semangat dan optimisme.***(FA/FK)

Administrator

UM Bandung Tuan Rumah Workshop dan Sekolah HAM, Rektor Tekankan Pentingnya Advokasi Hukum

UMBANDUNG.AC.ID, Bandung -- Rektor Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung Prof Dr Ir Herry Suhardiyanto MSc IPU menyoroti persoalan hak asasi manusia (HAM) yang semakin mengemuka di Indonesia dalam acara Workshop dan Training of Trainers (TOT) Sekolah HAM yang digelar di kampus ini dari Sabtu-Minggu (05-06/10/2024).

Menurut Herry, komitmen berbagai elemen bangsa dalam melaksanakan amanah konstitusi semakin melemah.

Padahal, jelas dinyatakan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 bahwa negara harus hadir untuk melindungi segenap warga negara.

Namun, kepentingan sempit sering kali mengesampingkan penegakan hukum dan hak asasi manusia.

Eks Rektor IPB ini menyampaikan bahwa persoalan HAM di Indonesia memiliki spektrum yang sangat luas, mulai dari hak hidup hingga hak mendapatkan penghidupan yang layak.

Fenomena pelanggaran HAM terus muncul, termasuk perampasan hak-hak dasar warga negara.

”Kita sering menghadapi berbagai persoalan ini di tengah masyarakat,” ujar Herry.

Ia pun menekankan pentingnya sinergi berbagai pihak untuk mencegah terjadinya pelanggaran HAM dan mengawal advokasi agar hukum dapat ditegakkan dengan baik.

Bola salju

Acara Sekolah HAM ini, menurut Herry, diharapkan menjadi ”snowball” atau bola salju yang semakin menguat dalam mengadvokasi isu hukum dan HAM.

Lebih dari itu, ia berharap acara ini dapat membentuk advokat dan pejuang HAM yang memiliki kepedulian terhadap hak-hak dan kepentingan masyarakat, khususnya dalam konteks persyarikatan Muhammadiyah.

Herry juga menggarisbawahi persoalan yang sering muncul dalam implementasi hukum di lapangan, seperti adanya mafia hukum dan masalah peradilan yang tidak berjalan semestinya.

Ia menyebutkan bahwa saat ini Muhammadiyah sedang menghadapi tantangan hukum terkait tanah wakaf bersertifikat yang digugat oleh pihak-pihak yang tidak senang.

Menurutnya, tantangan ini perlu dihadapi dengan kesiapan advokat yang mampu mengawal penegakan hukum dengan integritas.

Selain itu, Herry juga mengajak para peserta untuk memperkuat kajian-kajian tentang hukum yang relevan, terutama terkait peraturan perundang-undangan yang sering kali saling bertabrakan.

”Ada banyak undang-undang yang di tingkat implementasi, baik peraturan pemerintah maupun peraturan menteri, justru saling berbenturan,” jelasnya.

Ia menilai hal ini sebagai akibat dari keterlambatan dalam memahami peraturan yang ada sehingga memunculkan kesalahpahaman di tingkat kebijakan.

Hukum dan keadilan

Melalui Sekolah HAM ini, Herry berharap dapat muncul generasi baru advokat yang fokus pada penegakan hukum dan keadilan.

Ia menegaskan bahwa UM Bandung, meskipun belum memiliki fakultas hukum, siap menjadi pusat bagi para advokat yang berkomitmen pada perjuangan HAM dan penegakan hukum.

”Kampus ini bisa menjadi garda penting dalam upaya mencetak para ahli hukum yang berkualitas,” ungkapnya.

Herry menutup dengan harapan besar bahwa melalui program-program seperti Sekolah HAM ini, UM Bandung dapat terus berkontribusi secara signifikan bagi masyarakat dan bangsa.

”Semoga kegiatan ini dapat memperkuat sinergi kita dalam memperjuangkan hak-hak masyarakat serta memastikan hukum ditegakkan dengan adil,” pungkasnya.

Tambahan informasi, Workshop dan Training of Trainers (TOT) Sekolah HAM ini dilaksanakan oleh Majelis Hukum dan HAM Pimpinan Pusat Muhammadiyah serta Majelis Hukum dan HAM Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Barat.***(FA/FK)

Administrator

UM Bandung Buka Program Studi Apoteker, Siap Perluas Kontribusi Bagi Masyarakat

UMBANDUNG.AC.ID, Bandung -- Rektor Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung Herry Suhardianto mengumumkan rencana pembukaan prodi Profesi Apoteker. 

Proses pembukaan prodi ini sebenarnya telah berjalan cukup lama dan saat ini masih dalam tahap penyelesaian izin dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti).

“Kita telah mempersiapkan pembukaan Prodi Apoteker ini sejak beberapa waktu yang lalu. Kita sabar saja. Insyaallah waktunya akan tiba ketika kita bisa membuka prodi ini,” katanya dengan optimis.

Selain prodi Prosesi Apoteker, UM Bandung juga tengah mempersiapkan pembukaan program Magister Manajemen.

Rektor berharap bahwa dengan adanya program-program baru ini, UM Bandung dapat semakin memperluas partisipasi dan kontribusinya bagi umat dan bangsa.

Dalam kesempatan yang sama, Rektor juga menyoroti pentingnya pengembangan pusat-pusat unggulan di perguruan tinggi, terutama di lingkungan kampus Muhammadiyah.

Menurutnya, pendidikan dan aktivitas akademik yang selama ini dilakukan perlu diperluas agar dapat memberikan dampak yang lebih luas bagi masyarakat.

“Kampus tidak cukup hanya mengandalkan aktivitas akademik saja, tapi juga harus memiliki kontribusi nyata melalui inovasi yang relevan bagi masyarakat,” jelasnya.

Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa pusat-pusat keunggulan ini perlu menghubungkan kegiatan akademik, penelitian, dan formulasi kebijakan yang inovatif.

Dengan demikian, hasil kajian ilmiah di kampus dapat diimplementasikan untuk menjawab kebutuhan masyarakat dan stakeholders di luar kampus.

Herry menambahkan bahwa pengembangan ini harus berlandaskan pada nilai-nilai Al-Islam dan Kemuhammadiyahan yang menjadi ciri khas UM Bandung.

Menurutnya, salah satu bentuk nyata dari implementasi nilai tersebut adalah melalui filantropi Islami.

“Filantropi Islami dapat menjadi solusi bagi berbagai keterbatasan dan tantangan yang dihadapi oleh institusi pendidikan serta masyarakat,” tuturnya.

Dalam penutupannya, Herry berharap agar UM Bandung dapat terus berinovasi dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat, seraya menjaga dasar-dasar keislaman dalam setiap langkahnya.

Ia juga menyampaikan terima kasih kepada Dirjen Dikti dan para narasumber lain yang telah berkenan hadir dan memberikan pencerahan dalam acara pengajian awal semester dan kuliah umum di UM Bandung.

“Semoga kita semua selalu diberi kesehatan dan keberkahan untuk melanjutkan pengabdian di kampus yang kita cintai ini. Terima kasih atas kehadiran Bapak Dirjen dan para tamu yang telah meluangkan waktu untuk UM Bandung,” tutup Herry.

Dengan berbagai persiapan yang dilakukan, UM Bandung optimis dapat melahirkan program-program yang berdaya saing dan relevan dengan kebutuhan zaman, serta terus berkomitmen memberikan manfaat bagi masyarakat luas.***(FA/FK)

Administrator

Pengabdian Masyarakat UM Bandung Tingkatkan Produktivitas dan Legalitas UMKM Cileunyi

UMBANDUNG.AC.ID, Bandung –- Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memiliki peran strategis dalam perekonomian daerah.

Persaingan semakin ketat dengan munculnya berbagai usaha baru sehingga UMKM harus terus meningkatkan kualitas produknya untuk dapat bertahan. 

Hal ini juga berlaku bagi UMKM Eat’eung yang memproduksi Dimsum Eat’eung di Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung, yang semakin ramai peminat.

Untuk mendukung peningkatan kualitas produksi dan legalitas, tim dosen Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung yang terdiri atas Ratna Sari Listyaningrum, Reza Fikri Alfatah, dan Mae Amelianawati melaksanakan program pengabdian masyarakat. 

Program ini, yang merupakan bagian dari hibah Pemberdayaan Masyarakat Pemula dari Kemdikbudristek tahun 2024, bertujuan membantu UMKM mitra dalam meningkatkan daya saing.

”Program ini merupakan kolaborasi antara prodi Teknologi Pangan dan prodi Agribisnis, dengan adanya transfer ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan daya saing mitra UMKM. Mahasiswa juga dilibatkan sebagai bagian dari program Merdeka Belajar. Saat ini, pengabdian masyarakat telah mencapai 80 persen dan berlangsung dari Agustus hingga November 2024,” kata Koordinator Pengabdian Ratna Sari Listyaningrum.

Mitra mendapatkan pendampingan dalam perbaikan tata letak produksi. Menurut Ratna, sebelumnya ruang produksi Dimsum Eat’eung kurang terorganisasi, terutama dalam hal penyimpanan bahan baku dan produk jadi yang berpotensi menyebabkan kontaminasi silang.

Setelah dilakukan penataan ulang, tata letak telah disesuaikan dengan standar Cara Produksi Pangan yang Baik (CPPOB) berdasarkan Peraturan Kepala BPOM Nomor HK.03.1.23.04.12.2206 Tahun 2012 sehingga meningkatkan produktivitas dan memastikan keamanan pangan.

Selain itu, tim juga mendampingi mitra dalam pendaftaran sertifikasi CPPOB. Ketiadaan sertifikat CPPOB dapat menghambat akses produk ke pasar yang lebih luas karena banyak distributor dan pengecer mensyaratkan sertifikat ini sebagai persyaratan kerja sama. Sertifikasi ini juga menjadi dasar penting untuk mengurus sertifikasi BPOM.

Ratna juga menekankan pentingnya sertifikasi halal, terutama karena Undang-Undang Jaminan Produk Halal Nomor 33 Tahun 2014 dan Peraturan Menteri Agama Nomor 26 Tahun 2019 mengharuskan seluruh produk makanan dan minuman bersertifikat halal paling lambat 17 Oktober 2024.

Namun, kewajiban ini bagi UMKM ditunda hingga Oktober 2026, memberikan kesempatan bagi UMKM seperti Dimsum Eat’eung untuk segera mengurus sertifikasinya.

Pendampingan ini membantu mitra memahami proses sertifikasi halal dan pihak-pihak terkait.

Sertifikasi CPPOB dan halal merupakan langkah penting untuk meningkatkan legalitas dan daya saing produk Dimsum Eat’eung, membuka peluang untuk masuk ke pasar yang lebih luas seperti supermarket.

Perbaikan kemasan produk juga menjadi fokus. Sebelumnya, kemasan Dimsum Eat’eung belum sesuai dengan standar BPOM.

Setelah program ini, kemasan baru memenuhi regulasi, mencakup nama produk, nama dagang, daftar bahan, berat bersih, produsen, tanggal produksi, kedaluwarsa, izin edar, komposisi, dan nilai gizi.

“Mitra didampingi dalam mendesain kemasan menggunakan aplikasi desain sederhana. Pendaftaran HKI juga penting untuk melindungi merek dari peniruan atau penyalahgunaan,” jelas Ratna.

Program ini juga memberikan beberapa peralatan yang mendukung peningkatan kapasitas produksi. Pelatihan yang diberikan telah meningkatkan pengetahuan pemilik dan karyawan terkait tata letak produksi, sertifikasi, kemasan, dan merek.

Hasil evaluasi menunjukkan peningkatan pengetahuan sebesar 30-40 persen di berbagai aspek. Pemilik Dimsum Eat’eung, Yatni Indriawati, menyampaikan terima kasih kepada Kemdikbudristek dan tim UM Bandung atas dukungan melalui program ini.

Program pengabdian ini tidak hanya meningkatkan kemampuan produksi dan legalitas, tetapi memberikan dasar yang kuat untuk pengembangan usaha di masa depan.

Dengan tata letak yang efisien, kemasan profesional, dan sertifikasi dalam proses, Dimsum Eat’eung siap bersaing di pasar yang lebih luas dan memenuhi standar keamanan pangan.***

Administrator