Berita

Kepengurusan Himtekpa UM Bandung Masa Bakti 2024-2025 Resmi Dilantik

UMBANDUNG.AC.ID, Bandung -- Wakil Dekan Fakultas Sains dan Teknologi (Saintek) Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung, Jaya Kuncara Rosa Susila, secara resmi melantik kepengurusan Himpunan Teknologi Pangan (Himtekpa) periode 2024-2025 pada Sabtu (15/03/2025).

Acara yang berlangsung di Auditorium KH Ahmad Dahlan ini turut dihadiri oleh para dosen prodi Teknologi Pangan, Bagian Kemahasiswaan dan Pengembangan Karier, serta berbagai organisasi mahasiswa (ormawa) di lingkungan UM Bandung.

Dalam sambutannya, Jaya Kuncara menekankan pentingnya integritas dan dedikasi bagi pengurus baru Himtekpa. Ia menegaskan bahwa nilai-nilai tersebut tidak hanya harus diterapkan dalam organisasi, tetapi juga dalam kehidupan akademik. Menurutnya, mahasiswa yang aktif berorganisasi memiliki keunggulan dalam softskill yang sangat dibutuhkan di dunia kerja.

Pada periode kepengurusan kali ini, mahasiswa program studi Teknologi Pangan UM Bandung, Ilyas Juliansyah, terpilih sebagai Ketua Himtekpa yang baru. Ia mengusung kabinet "Kinarya Adhikara: Mengabdi dengan Integritas, Memimpin dengan Dedikasi." Ilyas menjelaskan bahwa kabinet ini berlandaskan solidaritas serta komitmen untuk menciptakan lingkungan yang sehat, produktif, dan penuh semangat bagi seluruh anggota organisasi.

Lebih lanjut, Ilyas menegaskan bahwa kepemimpinan bukan sekadar kebanggaan, melainkan amanah yang harus dijalankan dengan penuh tanggung jawab. Ia berharap kepengurusan yang baru dapat semakin maju dan berintegritas dalam menjalankan program-program kerja ke depan. Menurutnya, pelantikan ini bukan sekadar acara seremonial, tetapi menjadi momentum untuk memperkuat kekompakan dalam organisasi.

Sementara itu, Ketua Himtekpa periode sebelumnya, Nurrizky Pangestu, mengapresiasi kepengurusan baru yang telah resmi dilantik. Ia berpesan agar mereka dapat menjaga amanah organisasi dengan baik dan melanjutkan perjuangan generasi sebelumnya. Rizky juga menekankan pentingnya menjaga nama baik organisasi, baik di dalam maupun di luar kampus.

Rizky berharap agar kepengurusan baru Himtekpa dapat menjalankan program kerja mereka dengan sebaik-baiknya. Ia optimistis bahwa kepengurusan baru ini akan memberikan dampak positif bagi mahasiswa serta lingkungan sekitar. "Semoga Himtekpa tetap berlanjut eksistensinya dan semakin berkembang di masa mendatang," tutupnya.***(FK)

Administrator

Waspada Bahaya Makanan Instan, Pakar UM Bandung Ingatkan Risiko Kesehatan

UMBANDUNG.AC.ID, Bandung -- Dosen program studi Teknologi Pangan UM Bandung Dr Saepul Adnan SSi MSi mengingatkan pentingnya menjaga pola makan selama bulan Ramadan. Ia menegaskan bahwa puasa tidak sekadar menahan lapar dan haus. Namun, menjadi momentum untuk memperbaiki diri dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam memilih makanan yang dikonsumsi.

Menurutnya, pada era modern ini, masyarakat dihadapkan pada tantangan berupa maraknya konsumsi ultra-processed food atau makanan yang telah melalui proses pengolahan intensif. Makanan jenis ini biasanya mengandung berbagai bahan tambahan, seperti pengawet, pewarna, perasa buatan, serta tinggi gula, garam, dan lemak.

”Contoh makanan tersebut meliputi mi instan, makanan ringan kemasan, minuman bersoda, serta olahan daging seperti nugget dan sosis. Meskipun praktis dan mudah diperoleh, makanan ini sering kali minim nutrisi dan berpotensi berdampak buruk bagi kesehatan,” ujar Saepul seperti dikutip dari kanal YouTube UM Bandung pada Senin (17/03/2025).

Dalam Islam, umat diajarkan untuk mengonsumsi makanan yang halal dan tayib, sebagaimana firman Allah SWT dalam Surah Al-Baqarah ayat 168, ”Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah seitan karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” Halal berarti sesuai dengan syariat Islam, sedangkan tayib merujuk pada makanan yang sehat, bermanfaat, dan menyehatkan tubuh serta jiwa.

Saepul menambahkan bahwa meskipun makanan ultra-processed mungkin halal, ketayibannya masih menjadi pertanyaan. Kandungan bahan-bahan tidak alami dan proses pengolahan yang berlebihan dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan.

”Oleh karena itu, bulan Ramadan sebaiknya menjadi kesempatan untuk membersihkan tubuh dari konsumsi makanan yang kurang sehat dan beralih ke pola makan yang lebih alami serta bernutrisi,” tambah Saepul.

Untuk memilih pangan yang lebih sehat, ia menyarankan masyarakat agar lebih cerdas dalam membaca label kemasan makanan. Memahami komposisi bahan, kandungan gizi, dan menghindari bahan tambahan berlebihan dapat membantu dalam menentukan pilihan yang lebih baik.

Selain itu, ia juga mengimbau agar lebih banyak mengonsumsi makanan utuh, seperti buah-buahan, sayuran, biji-bijian, lalu protein nabati dan hewani yang minim olahan.

Ia juga menganjurkan masyarakat untuk membiasakan memasak sendiri agar dapat memastikan bahan yang digunakan benar-benar segar, halal, dan tayib. Mengontrol kandungan garam, gula, dan lemak dalam makanan juga menjadi langkah penting dalam menjaga kesehatan.

”Meskipun makanan ultra-processed tidak sepenuhnya dihindari, konsumsi makanan ini sebaiknya dibatasi dan hanya dijadikan pilihan sesekali,” imbuh Saepul.

Sebagai penutup, Saepul mengajak masyarakat untuk menjadikan bulan Ramadan sebagai momentum meningkatkan kesadaran akan pentingnya makanan halal dan tayib. Dengan memilih makanan yang menyehatkan tubuh dan jiwa, ibadah puasa dapat dijalankan dengan lebih baik serta meraih keberkahan Ramadhan secara maksimal.***(FA)

Administrator

Akademisi UM Bandung Ajak Umat Islam Manfaatkan Media Sosial untuk Dakwah yang Efektif

UMBANDUNG.AC.ID, Bandung -- Kaprodi Komunikasi Penyiaran Islam UM Bandung Dr Rahmat Alamsyah MAg menegaskan bahwa tugas dakwah merupakan tanggung jawab semua umat Islam. Menurutnya, setiap muslim yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya memiliki kewajiban untuk menyampaikan dakwah kepada sesama.

”Dakwah itu memiliki beragam bentuk, bisa melalui lisan, tulisan, maupun dakwah bil hal, seperti event atau program lainnya. Saat ini, dengan berkembangnya teknologi informasi, kita juga bisa berdakwah melalui media sosial,” ujar Rahmat seperti dikutip dari Tausiah Ramadan di kanal YouTube UM Bandung pada Senin (17/03/2025). Ia pun mengutip hadis Rasulullah yang berbunyi "ballighu ‘anni walaw ayah" (sampaikanlah walaupun satu ayat).

Rahmat menjelaskan bahwa media sosial dapat menjadi sarana yang efektif untuk menyampaikan pesan-pesan agama dan kebaikan. Melalui platform digital, umat Islam dapat berbagi konten yang dapat meningkatkan kualitas keimanan, ketakwaan, serta memperkuat kapasitas diri sebagai seorang muslim.

Lebih lanjut, ia berharap bahwa dakwah yang dilakukan melalui media sosial dapat membentuk karakter mulia dalam kehidupan umat, masyarakat, dan bangsa secara keseluruhan. Hal ini sejalan dengan konsep Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi seluruh alam). Oleh karena itu, ia mengajak umat Islam untuk mengisi media sosial dengan konten-konten yang memperkuat iman dan memperbaiki kualitas spiritual mereka.

”Tentu pesan-pesan dakwah harus disampaikan dengan cara yang kreatif, inovatif, dan atraktif. Dengan demikian, masyarakat tidak akan bosan dan lebih mudah menerima pesan tersebut,” tambahnya.

Dalam ajaran Islam, lanjut Rahmat, Al-Quran telah memberikan pedoman tentang cara berdakwah yang efektif. Salah satunya tercantum dalam Surah An-Nahl ayat 125 yang menganjurkan dakwah bil hikmah wal mauizzatil hasanah (dengan kata-kata yang bijaksana dan nasihat yang baik) serta wajadilhum billati hiya ahsan (berdebat dengan cara yang baik).

”Jika ada perbedaan pendapat atau argumentasi, maka harus disampaikan dengan cara yang logis, rasional, dan tetap menjaga etika. Yang terpenting adalah bagaimana kita mengarahkan masyarakat agar memiliki pemahaman yang positif dalam menjalani kehidupan,” imbuhnya.

Sebagai akademisi di bidang media dan komunikasi, Rahmat menilai bahwa dakwah melalui media sosial kini telah menjadi kebutuhan dan keharusan yang tidak bisa dihindarkan. Perkembangan teknologi memungkinkan setiap orang untuk berbagi konten-konten islami yang dapat menginspirasi banyak orang.

Ia mencontohkan bahwa di bulan Ramadan, konten dakwah bisa berupa ajakan untuk berbagi dan berderma, edukasi agama, serta doa-doa yang bermanfaat bagi pengguna media sosial. Selain itu, umat Islam juga bisa memperbanyak konten yang membahas isu-isu aktual dari sudut pandang Islam.

Rahmat menekankan bahwa agar dakwah di media sosial berjalan efektif, umat Islam setidaknya harus memahami tiga prinsip utama, yaitu tepat konten, tepat komen, dan tepat momen. ”Dengan memahami ketiga hal ini, insyaallah dakwah kita di media sosial akan lebih efektif dan diterima oleh masyarakat secara luas,” pungkasnya.***(FA)

Administrator

Inovasi Wakaf Kian Berkembang di Era Digital

UMBANDUNG.AC.ID, Bandung -- Ketua Program Studi Ekonomi Syariah Universitas Muhammadiyah Bandung Yudistia Teguh A Fikri menyoroti perubahan hukum dalam syariah Islam yang dipengaruhi oleh perkembangan zaman. Salah satu aspek yang mengalami transformasi signifikan adalah wakaf, yang kini semakin berkembang dengan berbagai inovasi.

Dalam konteks ekonomi Islam, wakaf selalu menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari instrumen sosial seperti zakat, infak, dan sedekah. Saat ini, dunia Islam menyaksikan pertumbuhan pesat lembaga-lembaga wakaf yang dikelola dengan baik oleh pemerintah ataupun sektor swasta. Lembaga-lembaga tersebut mengembangkan berbagai produk wakaf yang lebih beragam dan inovatif.

“Dahulu, wakaf hanya dikenal dalam bentuk tanah, bangunan, atau aset fisik. Namun, dengan kemajuan digitalisasi yang merambah berbagai bidang, inovasi dalam wakaf kini semakin berkembang,” ujar Yudistia seperti dikutip dari Tausiah Ramadan di kanal YouTube UM Bandung pada Minggu (16/03/2025).

Salah satu skema wakaf modern yang berkembang saat ini adalah wakaf uang yang dikelola oleh lembaga zakat. Dana tersebut kemudian diinvestasikan dalam bentuk sukuk atau obligasi syariah. Hasil investasi dari wakaf ini dapat digunakan untuk pembangunan masjid, pemberian beasiswa bagi masyarakat kurang mampu, serta pengembangan berbagai program produktif yang memberikan manfaat luas bagi masyarakat.

Lebih lanjut, Yudistia menegaskan bahwa wakaf bukan sekadar instrumen keuangan, melainkan juga bentuk ibadah dan kebajikan. Menurutnya, manusia secara alami memiliki kecenderungan untuk mencintai harta. Namun, Allah SWT menjanjikan ganjaran besar bagi mereka yang berinfak dan mewakafkan hartanya sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran surah Ali Imran ayat 92.

Ia juga mengingatkan pentingnya niat yang tulus dalam berwakaf. “Apa pun bentuk infak atau wakaf yang diberikan, Allah SWT mengetahui niat di baliknya. Jika niatnya kurang baik, seperti karena ingin dipuji atau merasa sombong, maka tidak akan mendapatkan balasan kebaikan dari Allah,” tambahnya.

Dengan semakin berkembangnya inovasi dalam wakaf, diharapkan masyarakat semakin memahami dan memanfaatkan instrumen ini untuk kepentingan umat. Digitalisasi menjadi jembatan yang membuka lebih banyak peluang dalam pengelolaan wakaf sehingga manfaatnya dapat dirasakan secara luas dan berkelanjutan.***(FA)

Administrator

Perdana Digelar! Festival Nasional Qur’ani PTMA Bakal Jadi Agenda Rutin

UMBANDUNG.AC.ID, Bandung -- Lembaga Pengembangan dan Pengkajian Al-Islam Kemuhammadiyahan (LPPAIK) Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung sukses mengadakan Babak Final Festival Nasional Qur’ani PTMA pada Rabu (12/03/2025).

Acara yang berlangsung di Gedung UM Bandung itu, dihadiri oleh puluhan peserta dari berbagai Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah se-Indonesia (PTMA). Mulai dari UMSU, UM Metro, UM Cirebon, UM Kuningan, UM Malang, UM Pontianak, UM Mataram, Unisa Bandung, hingga UM Bandung sebagai tuan rumah.

Adapun beberapa kategori yang dilombakan seperti Musabaqah Fahmil Qur’an, Musabaqah HIfdzil Qur’an, Musabaqah Tilawatil Qur’an, dan Musabaqah Kaligrafi Qur’an.

Ketua Pelaksana Rovi Husnaini mengatakan bahwa kegiatan ini menjadi sarana yang sangat penting dalam membina generasi Qurani, khususnya di lingkup mahasiswa PTMA se-Indonesia. ”Kegiatan ini juga tentunya menjadi wadah untuk mempererat ukhuwah Islamiah dan membangun karakter berakhlakul karimah,” ucap Rovi.

Kegiatan perdana LPPAIK UM Bandung ini berlangsung mulai dari babak penyisihan secara online dari tanggal 24 Februari hingga 4 Maret 2025 serta pada babak akhir dilaksanakan secara offline di Auditorium Kiai Haji Ahmad Dahlan UM Bandung. ”Semoga dengan adanya kegiatan ini bisa tetap melestarikan tradisi keilmuan oleh para peserta,” kata Rovi.

Ajang asah kemampuan

Sementara itu, Kepala LPPAIK Universitas Muhammadiyah Bandung Dikdik Dahlan Lukman mengucapkan selamat datang kepada para peserta. Dirinya menegaskan bahwa kegiatan musabaqah bagi seluruh PTMA ini menjadi pertama kalinya dilaksanakan di lingkungan PTMA se-Indonesia. ”Tentu kegiatan perdana yang kita adakan ini akan menjadi kegiatan setiap tahunnya,” tinjau Dikdik.

Oleh karena itu, ia berpesan kepada para peserta untuk menjadikan perlombaan ini sebagai ajang silaturahmi antar sesama perguruan tinggi di lingkungan Muhammadiyah ataupun Aisyiyah. ”Semoga para peserta juga bisa menjadikan perlombaan ini sebagai ajang untuk mengasah kemampuannya masing-masing,” terangnya.

Penyelenggaraan acara tersebut berlangsung berkat bantuan dari donatur Badan Pengelolaan Keuangan Haji (BPH), Lazismu (Lembaga Zakat, Infak, dan Sedekah Muhammadiyah), dan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas).

Berikut para pemenang Festival Nasional Qur'ani PTMA. Juara Musabaqah Fahmil Qur'an: tim UM Bandung, tim UMSU, dan tim UM Metro. Juara Musabaqah Khathil Qur'an: Raufani Nur Annisa, Rauvina Nur Annisa, dan Erliza Syafitri. Juara harapan: Rin Rin Nur Samsiah dan Najla Balqis Khansa.

Adapun Juara Musabaqah Tilawatil Qur'an: Handini Lutfiani, Rizka Jadidah Gulo, dan Mujahidin. Juara Harapan: Arjuna dan Sabrina Al Malika. Juara Musabaqah Hifdzil Qur'an: Mochilia Sakinah, Hasanul Anwar, dan Durratul Hikmah. Juara Harapan: Abdul Haris Assauri dan Wahyu Fahmi Arsyad.***(FK)

Administrator

Hidup Sehat dengan Obat Halal, Dosen UM Bandung Beri Penjelasan

UMBANDUNG.AC.ID, Bandung -- Kesehatan merupakan anugerah yang harus dijaga agar manusia dapat menjalani kehidupan dengan optimal, termasuk dalam menjalankan ibadah. Dalam sebuah tausiah Ramadan 1446 Hijriah yang disiarkan di kanal YouTube Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung pada Kamis (13/03/2025), dosen program studi Farmasi UM Bandung, Alfat Wahyu Firdaus, menyoroti pentingnya pengobatan dalam Islam yang telah diatur melalui ajaran Al-Quran dan hadis.

Alfat menjelaskan bahwa ajaran Islam mengenal konsep thibun nabawi atau pengobatan ala Nabi yang bersumber dari Al-Quran dan hadis. Menurutnya, berbagai jenis obat alami sebenarnya dapat ditemukan di lingkungan sekitar manusia. "Sebenarnya, semua obat itu bisa kita temui di sekitar kita. Misalnya, jika kita mengalami demam, kita bisa memanfaatkan jahe untuk meningkatkan imunitas tubuh," ujarnya.

Tidak hanya jahe, Alfat juga menyebutkan bahwa madu dapat dimanfaatkan sebagai obat alami untuk melawan infeksi karena mengandung zat yang mampu membunuh bakteri dalam tubuh. Selain itu, banyak bahan herbal lainnya yang dapat digunakan untuk menjaga kesehatan. Menggunakan obat-obatan herbal merupakan bentuk ikhtiar agar tubuh tetap sehat sehingga ibadah dapat dilakukan secara optimal.

Lebih lanjut, dosen farmasi tersebut menekankan pentingnya memilih obat-obatan yang halal dan tayib (baik dan berkualitas). "Saat kita memilih obat-obatan herbal yang halal dan tayib, itu juga menjadi bagian dari usaha kita dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT," ungkapnya. Menurutnya, keberkahan dalam hidup dapat diperoleh jika tubuh mendapatkan asupan yang bersumber dari bahan-bahan yang halal.

Alfat juga menambahkan bahwa konsumsi makanan dan obat yang halal dapat berpengaruh pada akhlak seseorang. Dengan memilih obat yang halal dan tayib, seseorang tidak hanya menjaga kesehatannya, tetapi mendapatkan kemudahan dalam meningkatkan ketakwaan dan ketaatan kepada Allah SWT. Ia mengingatkan masyarakat agar selalu mengecek kehalalan suatu obat sebelum dikonsumsi dan memastikan produk tersebut sudah memiliki logo halal.

Pada akhirnya, kesadaran untuk mengonsumsi makanan dan obat-obatan yang halal menjadi salah satu cara menjaga kesehatan fisik dan spiritual. Dengan menggunakan bahan-bahan alami, masyarakat juga bisa mengurangi ketergantungan terhadap obat-obatan berbahan kimia. Dengan tubuh yang sehat, seseorang dapat menjalani kehidupan dengan lebih baik dan meningkatkan kualitas ibadahnya.***(FA)

Administrator