Berita

Inilah 10 Tips Menjaga Kualitas Puasa Ramadan

UMBANDUNG.AC.ID -- Puasa Ramadan merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim yang telah memenuhi syarat. Kewajiban ini ditegaskan dalam firman Allah SWT dalam Al-Quran Surah Al-Baqarah ayat 183: "Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."

Puasa tidak sekadar menahan diri dari makan, minum, dan hawa nafsu dari terbit fajar hingga terbenam matahari, tetapi menjadi sarana pembinaan diri untuk meningkatkan ketakwaan. Ibadah ini melatih kesabaran, keikhlasan, serta kepedulian sosial terhadap sesama, terutama kepada mereka yang kurang beruntung.

Selain nilai spiritual, puasa juga memiliki manfaat kesehatan, seperti detoksifikasi tubuh dan meningkatkan sistem metabolisme. Oleh karena itu, menjalankan puasa dengan penuh kesadaran dan keikhlasan bukan hanya memenuhi kewajiban sebagai muslim, tetapi juga membawa keberkahan dalam kehidupan dunia dan akhirat.

Berikut 10 tips untuk menjaga kualitas puasa agar semakin bermakna dan penuh berkah:

Niat yang Ikhlas

Pastikan niat puasa dilakukan dengan tulus karena Allah, bukan sekadar kebiasaan atau mengikuti orang lain.

Menjaga Salat Lima Waktu

Salat adalah tiang agama, maka pastikan untuk menjalankannya tepat waktu agar puasa semakin bernilai di sisi Allah.

Perbanyak Tilawah Al-Quran

Membaca, memahami, dan mengamalkan Al-Quran akan meningkatkan kualitas ibadah selama Ramadan.

Menjaga Lisan dan Perbuatan

Hindari berkata kasar, gibah, dan melakukan hal yang sia-sia agar puasa tidak kehilangan maknanya.

Menjaga Pola Makan Saat Sahur dan Berbuka

Konsumsi makanan bergizi seimbang untuk menjaga energi sepanjang hari, serta hindari makan berlebihan saat berbuka.

Memperbanyak Sedekah

Memberi kepada sesama, baik dalam bentuk materi maupun kebaikan lainnya, akan melipatgandakan pahala di bulan Ramadan.

Mengendalikan Emosi dan Hawa Nafsu

Hindari amarah, rasa iri, dan dendam karena puasa juga melatih kesabaran serta pengendalian diri.

Memanfaatkan Waktu dengan Amal Ibadah

Gunakan waktu luang untuk berzikir, berdoa, dan melakukan ibadah sunnah seperti salat tarawih dan tahajud.

Bergaul dengan Lingkungan yang Positif

Hindari lingkungan yang dapat mengurangi pahala puasa, dan bergabunglah dengan orang-orang yang mendukung ibadahmu.

Menjaga Konsistensi Ibadah Setelah Ramadan

Puasa bukan sekadar ritual tahunan, tetapi latihan untuk menjadi pribadi yang lebih baik sepanjang tahun.

Administrator

Jangan Lupakan Akhirat di Tengah Kesibukan Dunia

UMBANDUNG.AC.ID, Jakarta -- Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dadang Kahmad menceritakan sebuah kisah yang termaktub di dalam Riwayat At-Tirmidzi. Suatu ketika, Umar bin Khattab mengajak seorang dari Kaum Anshar untuk bersua dengan Nabi Muhammad SAW.

Kemudian, sesampainya bersua dengan Nabi, berkatalah orang itu, “Wahai Nabi, siapakah orang yang paling cerdas?” Kata Nabi, "Orang yang paling banyak dalam mengingat mati dan dan paling siap menghadapinya. Merekalah yang paling cerdas.”

“Hadis ini memberikan satu arah pada kita, pelajaran bagi kita, bahwa orang-orang cerdas adalah orang yang sudah mengetahui hidup ini sebentar. Hidup ini hanya sebuah perjalanan yang singkat. Tetapi yang abadi itu ialah ketika kita sudah meninggal dunia, ketika hidup di akhirat,” jelasnya Kamis (06/03/2025) dalam program Nasihat Ayahanda Dadang Kahmad di TVMU.

Dadang memandang, sangat tidak bermanfaat bagi orang yang berlomba-lomba mengumpulkan bekal hanya untuk diorientasikan kepada dunia. Namun, di sisi lain, yang paling substansial (kehidupan di akhirat) justru dialpakan dengan tidak mempersiapkan diri dengan perbekalan yang sebaik-baiknya (amal saleh).

“Oleh karena itu, sekali lagi, orang yang cerdas itu adalah orang yang bisa memperhitungkan dirinya. Mana yang dipentingkan, apakah kehidupan yang abadi (ribuan tahun) atau yang hanya puluhan tahun (duniawi)? Artinya, kalau orang cerdas sudah bisa membandingkan (yang dipentingkan duniawi atau ukhrawi),” tuturnya.

Dadang mengingatkan dengan menukil redaksi QS Al-Qashash (28]) ayat 77. Maknanya, berusahalah sekuat tenaga dan pikiran untuk memperoleh harta dan carilah pahala negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan oleh Allah di dunia. Namun, pada saat yang sama janganlah kamu lupakan bagianmu dari kenikmatan di dunia dengan tanpa berlebihan.

“Artinya, penekanannya tetap pada di kehidupan akhirat. Oleh karena itu, marilah kita sama-sama menyadari betul hidup ini sebenar, seperti mimpi. Tidak seperti yang kita perkirakan. Nanti kalau Anda semua sudah menginjak lansia, akan terasa betapa waktu itu begitu cepat,” tegasnya.

Dalam sebuah riwayat, Dadang mengutarakan bahwa Nabi Muhammad SAW mengingatkan bahwa manusia di dunia itu laksana pengembara. Yang pada akhirnya nanti akan berpulang kepada Allah Sang Maha Pencipta. “Marilah kita mempersiapkan diri sebaik-baiknya untuk bekal nanti di Yaumil Akhirat,” tandasnya.***(Cris)

Administrator

Ramadan Momentum Menjalankan Lima Manifestasi Takwa

UMBANDUNG.AC.ID, Bandung -- Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dadang Kahmad mengatakan bahwa puasa tidak hanya dilakukan oleh orang Islam. Namun, pada banyak tempat dan kepercayaan juga menjalankan ibadah puasa dengan cara yang berbeda-beda.

Oleh karena itu, tegas Dadang, puasa bukan ciri khas bagi orang Islam. Menurut Ketua Badan Pembina Harian Universitas Muhammadiyah Bandung ini, ciri khas orang Islam adalah salat yang dikerjakan lima kali sehari dan salat-salat sunat lainnya.

“Ciri kita dengan orang lain itu bukan puasa, zakat juga bukan, karena orang lain juga ada zakat. Hal yang membedakan kita dengan orang lain adalah salat. Salat itu ciri khas kita. Tidak ada yang menyamai kita,” kata Dadang dalam program Gerakan Subuh Mengaji Aisyiyah Jawa Barat pada Kamis (06/03/2025).

Puasa bukan ciri khas utama orang Islam karena disebutkan dalam Al-Quran Surah Al-Baqarah ayat 183 bahwa telah diwajibkan puasa sebelum kamu (orang beriman). Artinya, kata Dadang, perintah puasa telah ditujukan kepada umat sebelum umat Nabi Muhammad SAW.

Ibadah puasa menurut Dadang juga sebagai lembaga pendidikan akhlak, khususnya untuk pengendalian diri. Ketika seseorang melakukan ibadah puasa, dia dianjurkan untuk menahan dirinya dari syahwat yang merugikan.

Meski bukan sebagai ciri khas utama orang Islam, tetapi ibadah puasa merupakan manifestasi dari sebuah ketakwaan yang dimiliki oleh orang beriman kepada Tuhannya. Khususnya puasa yang dikerjakan dalam bulan suci Ramadan.

Dadang menjelaskan bahwa takwa tidak cukup hanya dengan keyakinan dalam hati. Namun, harus diwujudkan dalam amalan fisik. Ada harta yang dikeluarkan, membangun hubungan sosial, dan memiliki tujuan hidup yang pasti (akhirat).

“Takwa itu seperti itu. Kemudian jika la'allakum tataqqun itu harus memiliki lima kategori ini. Termasuk ketika berpuasa itu lahirlah lima kategori ini,” katanya. Selama bulan Ramadan, kata Dadang, kelima manifestasi dari takwa itu dijalankan oleh orang Islam.***

Administrator

Kabinet Adhiyaksi KPM UM Bandung Resmi Dikukuhkan

UMBANDUNG.AC.ID, Bandung -- Kepengurusan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Korps Protokoler Mahasiswa (KPM) Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung masa bakti 2024-2025 resmi dilantik pada Kamis (06/03/2025) di Auditorium Kiai Haji Ahmad Dahlan.

Acara pelantikan ini dihadiri oleh Bagian Kemahasiswaan dan Pengembangan Karier, Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa, serta perwakilan dari berbagai organisasi mahasiswa (ormawa) di lingkungan Universitas Muhammadiyah Bandung.

Ketua KPM UM Bandung periode 2024-2025, Shalbi Naila Makarim, menjelaskan bahwa kepengurusan kali ini mengusung Kabinet Adhiyaksa yang memiliki makna keharmonisan, keseimbangan, kemajuan, dan keberlanjutan.

"Kami ingin memajukan Korps Protokoler Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Bandung sebagai organisasi yang terus berkelanjutan dan semakin maju," ujar Shalbi. Menurutnya, pada usia KPM yang akan menginjak tahun kedelapan, organisasi ini tidak hanya harus berkembang, tetapi semakin profesional.

Shalbi menegaskan bahwa fokus utama KPM UM Bandung selama satu periode ke depan adalah percepatan, keberlanjutan, dan penyempurnaan dari berbagai hal.

"Apa yang sudah dibangun oleh kepengurusan Korps Protokoler Mahasiswa sebelumnya akan kami pertahankan dan yang belum optimal akan kami maksimalkan. Semua ini membutuhkan momentum dan semangat dari seluruh pengurus," jelasnya. 

Ia juga berharap kepengurusannya dapat mengemban amanah dengan baik dan memberikan dampak kebermanfaatan bagi masyarakat secara luas.

Sementara itu, Ketua KPM UM Bandung periode sebelumnya, Roy Febriansyah, berharap agar kepengurusan baru dapat lebih progresif dan maju dibandingkan dengan sebelumnya.

"Keberhasilan sebuah generasi ditentukan oleh keberhasilan generasi selanjutnya yang dapat melampaui generasi sebelumnya," ujar Roy. Ia juga menekankan pentingnya orientasi pada tugas dan hasil tanpa mengesampingkan proses sebagai kunci utama dalam pembentukan karakter kepemimpinan yang solid.

Pembina KPM UM Bandung Euis Evi Puspitasari mengungkapkan bahwa KPM memiliki peran penting dalam membangun citra kampus, baik di lingkungan internal maupun eksternal.

"Korps Protokoler Mahasiswa menjadi wajah UM Bandung dalam setiap kegiatan formal yang berlangsung di kampus. Oleh karena itu, kepengurusan baru ini harus mampu meneruskan pencapaian sebelumnya dan terus berinovasi," ungkapnya.

Euis yang juga menjabat sebagai dosen dan Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi berharap agar para anggota KPM UM Bandung selalu disiplin dalam menjalankan tugas dan mampu menginspirasi mahasiswa lainnya.

"Semoga dengan dilantiknya kepengurusan baru ini, KPM Universitas Muhammadiyah Bandung semakin solid, profesional, dan tetap menjadi kebanggaan kampus," tandas Euis.***(FK)

Administrator

Jauhi Jurnal Predator! Dosen UM Bandung Tekankan Pentingnya Referensi Kredibel

UMBANDUNG.AC.ID, Bandung -- Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung melalui Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) mengadakan Campaign Darurat Epistemik bertajuk "Melek Literasi dan Riset untuk Inovasi".

Kegiatan yang berlangsung di mini teater Lobi Utama Kampus pada Selasa (04/03/2025) ini bertujuan meningkatkan kesadaran mahasiswa tentang pentingnya literasi dan riset sebagai fondasi akademik.

Ketua BEM UM Bandung, Muhammad Tazakka Ahsan, menekankan bahwa literasi adalah kunci utama dalam membangun peradaban. Menurutnya, rendahnya tingkat literasi di kalangan mahasiswa menunjukkan adanya kondisi darurat epistemik yang perlu segera diatasi.

“Sebagai agent of change, mahasiswa harus memperkaya wawasan sebelum melakukan perubahan besar. Percayalah, peradaban dimulai oleh mereka yang berpikir dan bergerak,” ujarnya.

Dalam sesi pertama, dosen Program Studi Bioteknologi UM Bandung, Nelis Hernahadini, menjelaskan pentingnya riset dalam dunia akademik. Ia mengingatkan mahasiswa agar tidak menunda riset hingga akhir perkuliahan dan sebaiknya mulai sejak dini dengan mendiskusikan tema penelitian bersama dosen pembimbing.

Selain itu, mahasiswa juga disarankan mencari sumber pendanaan dari hibah pemerintah atau Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan.

Nelis juga menyoroti pentingnya menggunakan referensi riset yang kredibel. Ia merekomendasikan mahasiswa untuk merujuk pada jurnal yang terakreditasi, seperti Sinta atau Scopus, guna memastikan validitas penelitian.

Selain itu, ia mengingatkan agar mahasiswa berhati-hati dalam memilih referensi dan menghindari jurnal predator yang tidak melalui proses verifikasi ketat. “Temuan yang bermanfaat dari riset akan memberikan dampak jangka panjang, bahkan pahalanya akan terus mengalir meski kita telah tiada,” tegasnya.

Pada sesi edukasi literasi, Kepala Unit Pelaksana Teknis Perpustakaan UM Bandung, Muhsin Jazuli, mengajak mahasiswa untuk lebih aktif memanfaatkan perpustakaan kampus. Ia menjelaskan bahwa perpustakaan kini semakin representatif dengan koleksi buku yang terus bertambah dan menjadi ruang untuk berbagai kegiatan akademik.

Salah satu program unggulan yang telah berjalan adalah Maljum School, hasil kolaborasi dengan Majelis Pustaka dan Informasi PWM Jawa Barat, yang membahas isu-isu kemuhammadiyahan dan keislaman.

“Kami mengundang mahasiswa untuk lebih banyak membaca dan memanfaatkan fasilitas perpustakaan. Jika ingin mengadakan kegiatan di sini, kami sangat terbuka,” pungkasnya.***(FA)

Administrator

Ramadhan: Bulan Petunjuk Umat Manusia

Oleh: Ace Somantri*

Marhaban yaa Ramadhan. Kehadiranmu selalu dinantikan dengan penuh suka cita oleh umat Islam di seluruh dunia. Bulan yang penuh berkah ini tak hanya sekadar rutinitas ibadah tahunan, tetapi juga menjadi simbol keagungan dan kasih sayang Allah SWT kepada hamba-Nya.

Sejarah mencatat, bahkan Rasulullah SAW merasa sedih setiap kali bulan ini akan berlalu. Begitu besar nilai dan makna yang terkandung di dalamnya, sehingga umat Islam menyambutnya dengan kebahagiaan yang tak terhingga.

Ramadhan bukan sekadar bulan puasa, tetapi momentum spiritual yang menghadirkan petunjuk dan motivasi bagi kehidupan manusia. Sejarah mencatat, peristiwa luar biasa terjadi di bulan ini ketika Rasulullah SAW menerima wahyu pertama.

Detik-detik itu begitu menggetarkan, bahkan membuat beliau gemetar dan terkesima. Peristiwa ini menjadi awal dari perubahan besar dalam peradaban manusia, sebab wahyu tersebut merupakan petunjuk Ilahi yang abadi.

Wahyu pertama yang turun di bulan Ramadhan adalah Iqra, yang berarti “bacalah”. Satu kata yang mengandung makna mendalam tentang pentingnya ilmu dan pemahaman. Dengan membaca, manusia dapat membuka cakrawala pengetahuan dan membangun peradaban yang lebih maju. Al-Quran, yang diturunkan sebagai pedoman hidup, bukan hanya sekadar bacaan ritual, tetapi solusi bagi berbagai persoalan manusia di sepanjang zaman.

Setiap manusia memiliki tujuan hidup yang ingin dicapai. Namun, tujuan itu membutuhkan arahan yang jelas agar tidak tersesat di persimpangan jalan. Ramadhan hadir sebagai momentum untuk memperbaiki niat dan orientasi hidup. Melalui ibadah puasa dan peningkatan spiritualitas, manusia diajak untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT dan menemukan petunjuk dalam setiap langkah kehidupannya.

Bulan suci ini bukan hanya tentang menjalankan kewajiban ibadah, tetapi tentang meneladani sifat kasih sayang Allah SWT. Dalam Ramadhan, umat Islam diajarkan untuk meningkatkan empati terhadap sesama, berbagi dengan mereka yang membutuhkan, dan memperkuat nilai-nilai kemanusiaan. Inilah bentuk nyata dari kasih sayang Ilahi yang harus diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai bulan yang penuh petunjuk, Ramadhan mengajarkan bahwa Al-Quran bukan hanya sekadar teks suci, tetapi panduan yang fleksibel dan relevan sepanjang masa. Setiap ayatnya mengandung makna yang dapat diaplikasikan dalam berbagai aspek kehidupan, dari sosial, ekonomi, hingga politik. Dengan memahami dan mengamalkan ajaran Al-Quran, umat Islam dapat menciptakan tatanan dunia yang lebih harmonis dan adil.

Tadarus Al-Quran di bulan Ramadhan seharusnya tidak berhenti pada membaca teks semata. Sebagaimana Rasulullah SAW, umat Islam perlu menggali makna di balik setiap ayat dan mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata.

Al-Quran adalah solusi bagi segala permasalahan manusia, baik yang tampak maupun yang tersembunyi. Oleh karena itu, memahami dan mengamalkannya adalah kunci menuju kehidupan yang lebih baik.

Semoga Ramadhan kali ini menjadi momen yang penuh keberkahan bagi kita semua. Dengan hati yang bersih dan niat yang tulus, mari jadikan bulan suci ini sebagai ajang untuk meningkatkan keimanan, memperbaiki diri, dan menemukan petunjuk yang benar-benar mencerahkan pikiran serta hati kita. Insyaallah, dengan rida Allah SWT, kita akan meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Amin.

*Dosen UM Bandung

Administrator